
MAKNA ULAMA SEJATI DALAM DIRI HADHRAT RASULULLAH SAW.
Seperti yang kita ketahui bahwa arti dari ulama yang sebenarnya adalah orang yang memiliki ilmu, jelasnya secara bahasa, ulama itu عُلَمَاء adalah bentuk jamak dari kata ‘alim عَالِم yang artinya “orang yang berilmu” atau “orang yang tahu”. Jadi, ulama itu secara bahasa artinya “orang-orang yang berilmu”. Namun dimasa kini ilmu yang kita jumpai sering bersimpang jauh dengan ajaran agama Islam sebenarnya, sehingga menyebabkan citra agama Islam menjadi rusak. [1]
Jika merujuk berdasarkan arti diatas, Hadhrat Rasulullah saw. lah ulama yang memenuhi kriteria tersebut. Hal ini dikuatkan juga sebagaimana dalam Al-Qur’an bahwa,
“Dan sesungguhnya engkau [Muhammad] benar-benar memiliki akhlak yang agung” [3]
Dalam sejarah beliau banyak mengajarkan ilmu pengetahuan, bahkan mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang beliau saw. miliki. Diantaranya;
- Ilmu Ekonomi : Beliau mengajarkan prinsip perdagangan yang jujur, larangan riba, konsep zakat, distribusi kekayaan agar adil. Pada saat di Madinah, Hadhrat Rasulullah saw. membangun pasar bebas (Suuq al-Madinah) tanpa monopoli. Beliau juga menetapkan aturan fair trade (jual beli yang adil).
- lmu Strategi Perang : Dalam perang seperti Badar, Uhud, Khandaq, beliau saw. menunjukkan kecerdasan luar biasa dalam merancang strategi untuk berperang, padahal beliau tidak memiliki latar belakang sebagai prajurit perang. Beberapa contoh strategi beliau antara lain, yang pertama beliau saw. Mampu menentukan posisi pasukan berdasarkan arah angin, sumber air, dan kontur tanah. Kedua, Di Perjanjian Hudaibiyah beliau saw. menggunakan strategi diplomasi. Dan yang ketiga, beliau saw. mampu merancang inovasi taktik seperti untuk membuat parit (khandaq) dalam perang.
- lmu Sosial : Hadhrat Rasulullah saw. membangun persaudaraan (muakhah) antara Muhajirin dan Anshar. Beliau menetapkan Piagam Madinah, yang menjadi konstitusi sosial pertama di dunia. Beliau saw. mengatur hubungan antara Muslim, Yahudi, dan suku-suku lain secara damai. Dikesempatan lain pun beliau saw. juga memperjuangkan hak anak yatim, wanita, budak, dan orang miskin.
- lmu Kepemimpinan (Leadership) : Sebagai pemimpin Hadhrat Rasulullah saw memiliki kepribadian yang sangat adil, visioner, dan penuh kasih. Beliau saw. selalu bermusyawarah dengan sahabat (syura), tidak otoriter dan egois dalam menentukan keputusan. Bahkan beliau saw. memberi teladan langsung kepada umatnya, bukan hanya perintah dari atas. Kepemimpinan beliau pun sangatlah fleksibel yang disesuaikan dengan situasi.
- lmu Spiritual dan Akhlak : Beliau mengajarkan tauhid murni meninggalkan kesyirikan yang merebak luas di tanah kelahiran beliau pada saat itu. Beliau pun menanamkan akhlak mulia seperti sabar, jujur, rendah hati, dan berani. Namun pada masa kini akhlak Hadhrat Rasulullah saw. itu sangat bertentangan dengan orang yang menyatakan bahwa dirinya adalah ulama mengatasnamakan umat islam. Hadhrat Rasulullah saw. layak di cap sebagai ulama dikarenakan beliau saw. mampu memberikan dampak positif kepada orang banyak melalui ilmu pengetahuan beliau saw.
Pada abad ke 2-3 H istilah ulama yang dikaitkan dengan agama Islam mulai berkembang pesat, pada saat itulah makna ulama berkaitan dengan agama Islam, padahal sejatinya adalah tidak demikian.[3]
Hematnya adalah bahwa orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan mampu memberikan dampak positif kepada orang banyak bisa disebut ulama, seperti contohnya Paus Fransiskus yang menyampaikan pesan perdamaian kepada umat manusia, beliau bisa dikatakan sebagai ulama. Atau bahkan para tokoh ilmu pengetahuan pun apabila merujuk kepada makna ulama yang sebenarnya maka mereka bisa dikatakan sebagai seorang ulama, hal ini karena ilmu pengetahuan yang mereka kemukakan membawa kebaikan kepada banyak orang.
Referensi :
[1] Kamus Bahasa Arab klasik seperti “Lisaanul Arab” karya Ibnu Manzhur.
[2] QS. Al – Qalam : 5
[3] Ignaz Goldziher dalam The Zahiris: Their Doctrine and Their History dan Introduction to Islamic Theology and Law
Visits: 47