
DARI LISAN MENUJU KEDEKATAN ILAHI
Manusia dilahirkan memiliki fitrah lemah, tetapi manusia juga diberikan akal, hati, dan nurani, serta memiliki potensi untuk terus meningkatkan kualitas keimanannya dan selalu berusaha senantiasa berada dalam keridhaan Allah Ta’ala.
Karena fitratnya yang lemah, manusia sering kali salah dan tergelincir dalam dosa, ketika tidak bisa menahan emosi dan tanpa disadari mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain.
Hadhrat Rasulullah saw bersabda: “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya mengatakan perkataan yang baik atau tetaplah diam. Dan hendaknya tidak menyakiti tetangganya dan hendaknya hormatilah para tamunya.” [1]
Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda dalam sebuah kesempatan: “Kita harus ingat bahwa ada pertentangan yang sangat sengit dan berbahaya antara aql (intelektual, kecerdasan) dengan kemarahan. Ketika nafsu dan amarah menguasai seseorang, maka intelektualitasnya tidak akan bisa benar. Namun, orang yang bersabar dan menunjukkan teladan kesabaran dan kelunakan hatinya, akan dianugerahi cahaya cemerlang yang kemudian menciptakan cahaya baru dalam kekuatan kecerdasan (intelektualitas) dan daya pikirnya. Kemudian cahaya tersebut terjaga tetap terang dan ia dihasilkan dari cahaya. Sedangkan dalam kondisi amarah dan nafsu, akan membuat gelap hati dan pikiran, selanjutnya kegelapan ini akan mengarah kepada kegelapan yang lain lagi.” [2]
Dalam Al-Qur’an Surah Qaf:19, Allah SWT berfirman: “Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, melainkan disisinya ada malaikat pengawas yang siap mencatatnya.” [3]
Menurut beberapa ahli tafsir, malaikat yang duduk di sebelah kanan manusia mencatat amal baiknya, dan yang ada di sebelah kirinya mencatat amal buruknya. Tiap perbuatan dan perkataan yang diucapkan meninggalkan bekasnya di udara dan dengan demikian tetap tersimpan.[4]
Dalam buku Filsafat Ajaran Islam, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s menguraikan tentang salah satu akhlak manusia dalam meninggalkan keburukan adalah rifq (ucapan yang baik) dan qaulun hasan (tutur kata yang baik).
Pada satu kesempatan, Hadhrat Masih Mau’ud as menasehati kita, “Ada satu hal penting lainnya yang perlu disampaikan yaitu Jemaat kita hendaknya senantiasa menaruh perhatian untuk menjaga mulut kita dari mengucapkan perkataan-perkataan yang laghw. Mulut merupakan beranda tubuh kita. Dengan menyucikan mulut kita, seolah-olah Allah Ta’ala telah hadir di beranda rumah (tubuh) kita. Ketika Allah Ta’ala telah berada di beranda rumah kita, maka tidak mungkin Dia tidak masuk ke dalam rumah kita.” [5]
Apa itu beranda? Itu ada di pintu utama atau main gate (gerbang utama) sebuah rumah. Ketika Allah Ta’ala sampai di depan pintu rumah kita, pasti Dia akan masuk ke dalam rumah kita itu. Tidak ada yang meragukan hal itu. Oleh karena itu, Allah Ta’ala akan semakin mendekat kepada orang-orang yang menghindarkan diri mereka dari segala perbuatan laghw, orang-orang yang memperlihatkan akhlak yang luhur dan menggunakan bahasa yang sopan. Jika hal itu dilakukan dengan dawam, maka Allah Ta’ala akan memperlihatkan karunia-nya kepada orang-orang seperti itu dan menjadikan mereka sebagai milik-Nya. Inilah maksud dari kedatangan Allah Ta’ala di rumah, yaitu Dia menjadikan hambanya itu sebagai milik-Nya. Ketika Allah Ta’ala menjadikan seseorang milik-Nya, maka ia akan mendapatkan taufik untuk semakin meningkat dalam hal ibadah dan kebaikan. Jadi, kebaikan akan menghasilkan kebaikan juga dan pintu kedekatan kepada Allah Ta’ala akan senantiasa terbuka. [6]
Dengan menyadari kehadiran Allah Ta’ala di sisi kita, serta para malaikat yang senantiasa mengawasi di kanan dan kiri, kita akan terdorong untuk menjaga diri, bertutur dengan sopan, berperilaku baik, dan terus berusaha menjadi kekasih Allah..
Referensi:
[1] Sahih Bukhari
[2] Ringkasan Khotbah Jumat Kunci Perdamaian dan Harmoni oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad 23 September 2016 di Masjid Baitul Futuh, UK.
[3] QS. Qaf : 19
[4] Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Tafsir Saghir. Terj. Surah Qaf: ayat 19. Rabwah: Nazarat Nashr wa Isha’at, Sadr Anjuman Ahmadiyya.
[5] Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Malfuzat, Jilid 3, hlm. 245–246. Edisi 1985. London: Nazarat Nashro Isha’at, UK.
[6] Ringkasan Khotbah Jumat Jalsah Salanah Jerman 2016 oleh Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Mirza Masroor Ahmad 2 September 2016 di Jerman
Visits: 127