
IBNU KHALDUN DAN GAGASAN EKONOMI DALAM MUKADIMAH: WARISAN CENDIKIA MUSLIM YANG TERLUPAKAN
Sejarah ekonomi merupakan gudang teori, arus intelektual, dan imajinasi yang sangat luar biasa. Di balik kejayaan sejarah ekonomi terdapat tokoh-tokoh besar, seperti Adam Smith atau Karl Marx yang mungkin langsung terlintas di benak kita. Akan tetapi jauh sebelum mereka lahir, dunia Islam sudah melahirkan pemikir besar yang tidak hanya mendalami sejarah dan politik, tetapi juga ekonomi—dialah Ibnu Khaldun (1332–1406), seorang ilmuwan Muslim dari Afrika Utara yang dikenal melalui karya besarnya, AlMuqaddimah (atau Mukadimah).
Buku yang ditulis pada abad ke-14 sebagai pengantar untuk karya sejarahnya Kitab Al‘Ibar, Mukadimah kini diakui dunia sebagai salah satu karya besar yang paling visioner dalam sejarah intelektual manusia. Beberapa aspek yang paling menarik dalam buku AlMuqaddimah ini adalah bagaimana Ibnu Khaldun menentukan gagasan ekonomi yang hingga kini tetap tepat dan penting.
- Kerja sebagai Sumber Nilai
Salah satu konsep penting dalam Mukadimah adalah bahwa kerja merupakan sumber utama atau dasar dari nilai dan kekayaan. Menurut Ibnu Khaldun, nilai pasar atau harga barang tidak semata berasal dari bahan baku atau faktor alam, tetapi dari tenaga kerja yang mengubah dan mengolahnya.
“Pekerjaan manusia adalah asal dari kekayaan dan penghasilan.” [1]
Pemikiran ini secara terselubung atau tidak terang-terangan menjadi landasan bagi teori nilai kerja (labor theory of value) yang kemudian dikembangkan oleh ekonom modern seperti Adam Smith dan David Ricardo berabad-abad setelahnya.
- Peran Negara dan Keseimbangan Pajak
Ibnu Khaldun juga memberikan perhatian besar pada hubungan antara negara dan ekonomi. Ia mengkritik pajak yang berlebihan dan memperingatkan bahwa tingginya pengeluaran pajak akan menurunkan produktivitas masyarakat, serta menimbulkan penerimaan negara akan menyusut.
“Jika negara menaikkan pajak, maka usaha dan produksi akan menurun. Akhirnya, pendapatan negara pun turun.” [2]
Ini sangat mirip dengan konsep kurva Laffer dalam teori fiskal modern, yang menyatakan bahwa ada titik optimal dalam tingkat pajak yang dapat memaksimalkan penerimaan negara.
- Spesialisasi dan Kesejahteraan Masyarakat
Ibnu Khaldun juga mengakui pentingnya pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam pemikirannya, tidak ada individu yang sanggup memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, manusia secara alami akan membentuk komunitas dengan peran yang saling membutuhkan atau saling bergantung.
“Setiap individu membutuhkan yang lain. Spesialisasi memperkuat produktivitas.” [3]
Konsep ini sangat dekat dengan teori ekonomi modern tentang spesialisasi dan keunggulan komparatif, yang mendorong efisiensi dalam produksi dan distribusi.
- Dinamika Politik dan Ekonomi: Teori Siklus Dinasti
Merujuk pada suatu gagasan yang sangat khas dalam Mukadimah adalah teori siklus peradaban atau siklus dinasti, yang menggambarkan bagaimana kekuasaan dan ekonomi mengalami fase naik dan turun. Dimana keluarga baru biasanya dimulai dengan kekuatan militer dan moral yang tinggi, lalu mencapai puncak kemakmuran ekonomi, tetapi akhirnya merosot karena korupsi, kemewahan, dan beban pajak yang berat.
Ibnu Khaldun menyoroti bagaimana kemerosotan moral dan birokrasi yang membengkak dapat memicu kejatuhan ekonomi sebuah negara. Ini merupakan pandangan yang sangat terhubung antara politik, ekonomi, dan etika sosial.
- Warisan yang Perlu Diangkat Kembali
Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun dalam Mukadimah bukan sekadar teori-teori abstrak, tetapi hasil dari observasi mendalam mengenai keberadaan atau kenyataan sosial, politik, dan ekonomi pada waktunya. Yang istimewa, konsep-konsep ini disampaikan tanpa perangkat matematika rumit, tetapi tetap tajam, logis dan terstruktur.
Sayang sekali, dalam sejarah pemikiran ekonomi internasional atau global, kontribusi Ibnu Khaldun sering dikesampingkan atau hanya disebut sepintas. Padahal, jika dibaca dengan saksama, Mukadimah menawarkan model analisis ekonomi yang menyeluruh— berbasis pada realitas manusia, prinsip moral, dan dinamika kekuasaan.
Ibnu Khaldun mengajarkan bahwa ekonomi tidak bisa dipisahkan dari etika, politik, dan struktur sosial. Sebuah pelajaran berharga di tengah era modern yang sering memisahkan ekonomi dari nilai-nilai kemanusiaan.
Pada saat ini, saat dunia menghadapi tantangan kesenjangan dan ketidakstabilan ekonomi, bisa jadi sudah waktunya kita berbalik membuka Mukadimah—dan belajar kembali dari salah satu pemikir terbesar dunia Islam. [4]
Referensi:
[1] Mukadimah, Bab 1 (Ibnu Khaldun. Mukaddimah. penerjemah Masturi Irham,Lc , Malik Supar,Lc , dan Abidun Zuhri edisi Indonesia oleh Pustaka Al-Kautsar. Penerbit Pustaka Al-Kautsar)
[2] Mukadimah, Bab 3 (Ibnu Khaldun. Mukaddimah. Penerjemah Masturi Irham,Lc , Malik Supar,Lc , dan Abidun Zuhri edisi Indonesia oleh Pustaka Al-Kautsar. Penerbit Pustaka Al-Kautsar)
[3] Mukadimah, Bab 1 (Ibnu Khaldun. Mukaddimah. penerjemah Masturi Irham,Lc , Malik Supar,Lc , dan Abidun Zuhri edisi Indonesia oleh Pustaka Al-Kautsar. Penerbit Pustaka Al-Kautsar)
[4] Review of Religions, 13 April 2021, Ibnu Khaldun Bapak Ekonomi yang Terlupakan
Visits: 29