MEMAHAMI MAKNA HARI KHILAFAT : TINJAUAN SPIRITUALITAS

Hari Khilafat di dalam Ahmadiyah merupakan hari perayaan tahunan yang selalu dirayakan oleh para Ahmadi di seluruh dunia, perayaan tersebut adalah momentum untuk mengenang dan merenungkan kembali institusi Khilafat yang kita yakini sebagai sistem kepemimpinan rohani yang langsung mendapat bimbingan rohani dari Allah Ta’ala. Perayaan ini jatuh pada 27 Mei setiap tahunnya dan menandai suatu momen penting terpilihnya Khalifah pertama Hadhrat Maulana Hakim Nuruddin ra yang terpilih pada tahun 1908. Tepat sehari setelah kewafatan pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. 

Makna Hari Khilafat bagi Jemaat Muslim Ahmadiyah sangatlah mendalam dan mencakup berbagai aspek spiritual, teologis, dan komunitas sebagai Jemaat. Perayaan ini menjadi momen utama untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Ta’ala atas karunia berupa kepemimpinan yang datang dari-Nya yang memberi spirit berkelanjutan melalui institusi Khilafat.

Kita melihat institusi Khilafat sebagai “berkah Ilahi yang agung” yang tanpa itu tidak akan ada solidaritas, kohesi, dan kemajuan sejati bagi kita sebagai Muslim. Perayaaan Hari Khilafat berfungsi sebagai pengingat dan peneguhan kembali akan pentingnya janji bai’at dan ketaatan kita kepada seorang Khalifah yang sedang menjabat.

Kita meyakini ketaatan menjadi kunci bagi perkembangan spiritual individu dan kekuatan kolektif Jemaat. Kita memahaminya sebagai kelanjutan dari misi para nabi, khususnya Nabi Muhammad saw. dan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Al-Masih AlMau’ud (Isa yang Dijanjikan) dan Imam Mahdi. Seperti yang diriwayatkan oleh Abdullah bin al-Mubarak bahwa, 

عبد الله بن المبارك قال: “لا يكون إسلام إلا بجماعة، ولا جماعة إلا بإمام، ولا إمام إلا بطاعة، فإن أمر الناس على غير علم كان هلاكهم وهلاك إمامهم، وإن أمروا على علم كان في ذلك نجاتهم ونجاة إمامهم”.

“Tidak ada Islam kecuali dengan berjamaah, dan tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. Jika manusia mengangkat pemimpin tanpa ilmu, maka itu akan menjadi kehancuran bagi mereka dan bagi pemimpinnya. Tetapi jika mereka mengangkat pemimpin atas dasar ilmu, maka itu akan menjadi keselamatan bagi mereka dan pemimpinnya.” [1]

Melalui bimbingan, nasihat, dan doa-doa Khalifah, para muslim Ahmadi merasakan adanya penguatan hubungan pribadi dengan Allah Ta’ala. Shalat berjamaah, tilawat al-Quran, dan menyampaikan shalawat kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Khilafat yang kita yakini menjadi sarana untuk mencapai “kedekatan kita dengan Allah Ta’ala”.

Khilafat adalah figur strategis yang mempersatukan Jemaat Muslim Ahmadiyah secara global, yang melampaui batas-batas negara, budaya, dan bahasa. Dengan perayaan Hari Khilafat kita mengharapkan mampu memperkuat rasa persatuan dan identitas komunitas kita sebagai Jemaat.

Di bawah kepemimpinan seorang Khalifah, Jemaat Muslim Ahmadiyah memobilisasi para Anshar, Lajnah, dan Khudam untuk berbagai kegiatan dan inisiatif kolektif yang bertujuan untuk perbaikan masyarakat dan penyebaran pesan Islam yang damai. Di Indonesia, misalnya, kontribusi Jemaat Muslim Ahmadiyah bagi bangsa dan negara seringkali ditegaskan dalam berbagai kegiatan dan pertemuan di jemaat yang diisi dengan kegiatan edukatif seperti ceramah, diskusi, kuis, dan lomba yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman anggota Jemaat, khususnya generasi muda, mengenai sejarah, makna, dan pentingnya Khilafat.

Selain itu, Jemaat Muslim Ahmadiyah juga memberikan kontribusinya bagi nilai-nilai kemanusiaan. Seperti donor darah, donor mata, sembako murah, pakaian layak pakai dan terlibat dalam lembaga Humanity First. Hari Khilafat menjadi momen penting untuk merenungkan kembali tanggung jawab kita dalam menyebarkan ajaran Islam yang sejati dan penuh damai ke seluruh dunia.

Secara esensial, Hari Khilafat adalah hari untuk merayakan dan menegaskan kembali pentingnya kepemimpinan rohani yang memperoleh bimbingan Ilahi dalam kehidupan Muslim Ahmadi, baik secara individu maupun sebagai komunitas global. Dan menjadi momen penting bagi Muslim Ahmadi untuk merayakan, merenungkan, dan memperbarui komitmen kita terhadap institusi Khilafat yang kita sepakati sebagai pilar fundamental dalam keyakinan dan praktik keagamaan kita. Inilah hari untuk refleksi, bersyukur atas kepemimpinan rohani yang berkelanjutan, memperkuat ikatan kolektif kita dengan seorang Khalifah ‘Ala minhajin Nubuwah, memperbaharui komitmen kita terhadap ajaran Islam dan meneguhkan kembali dedikasi dan pengkidmatan kita sebagai Muslim Ahmadi dalam menjalankan misi Jemaat Ahmadiyah dengan menyebarkan pesan Islam yang penuh damai dan melayani kemanusiaan. Di bawah payung, tameng, dan nizam khilafat kita diberkati dan diselamatkan. Aamiin.

Referensi :

[1] Diriwayatkan oleh Imam ad-Dārimī dalam Sunan ad-Dārimī, Kitab al-Muqaddimah, Bab Dzihāb al-‘Ilm (1/79 dalam beberapa cetakan)

Visits: 91

Life for Character Building

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *