PERSATUAN DAN KETAKWAAN MUKMIN SEJATI
“Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang seharusnya, dan janganlah maut mendatangi kalian kecuali dalam keadaan menyerahkan diri”[1].
Ayat Al-Qur’an ini menjelaskan keadaan seorang mukmin sejati, yakni mereka yang memenuhi seluruh tuntutan ketakwaan. Tuntutan tersebut tergambar dalam Al-Qur’an Karim, yaitu menyadari semua hak Allah dan hak sesama manusia, berusaha mempraktikkan segala kebaikan, melaksanakan seluruh perintah-Nya, serta menerima semua nubuatan Allah dan Rasul-Nya. Tidak cukup bagi seseorang menyebut dirinya Muslim hanya karena menyandang nama itu, sebab menjadi mukmin sejati adalah sebuah proses berkelanjutan untuk mengikuti perintah Allah dan meneladani kehidupan Rasulullah saw. Hanya mereka yang benar-benar mematuhi hal tersebut yang dapat disebut mukmin sejati.
Rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya”[2]. Sabda ini menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan yang penuh permasalahan, baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan, maupun hingga tingkat internasional.
Kita dituntut untuk berusaha meneladani kehidupan Rasulullah saw sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku. Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[3]. Rasulullah saw bahkan pernah menyampaikan kepada kaum Muslimin ketika Perang Uhud bahwa seorang mukmin bagaikan kepala dari sebuah tubuh; jika kepalanya sakit, maka seluruh tubuh merasakannya.
Apabila umat Islam masa kini benar-benar menyadari hal tersebut, musuh tidak akan berani menyerang mereka. Namun kenyataan yang terlihat justru sebaliknya. Dunia non-Muslim mengetahui bahwa umat Islam tidak bersatu, bahkan sebagian Muslim menumpahkan darah saudaranya sendiri. Ribuan anak-anak dan orang-orang tak berdosa terbunuh di tangan sesama Muslim. Hal ini membuat kaum non-Muslim semakin berani melakukan kekejaman, karena mereka beranggapan bahwa jika umat Islam tega terhadap saudaranya sendiri, maka tidak mengapa melakukan hal yang sama kepada mereka. Padahal Allah dengan tegas telah memperingatkan dalam Al-Qur’an untuk tidak membunuh sesama Muslim, dan menetapkan ancaman neraka bagi pelakunya.
Hadhrat Khalifatul Masih V aba berdoa agar umat Islam bersatu dan menjadi sarana terhentinya ketidakadilan, bukan justru saling bertengkar satu sama lain. Beliau juga berdoa semoga Allah Ta’ala menyelamatkan orang-orang yang tidak bersalah dari berbagai bentuk kezaliman. Aamiin [4].
Referensi:
[1] Al-Qur’an. Surah Ali ‘Imran, 3:102.
[2] Al-Bukhari, Imam & Muslim, Imam. Sahih al-Bukhari No. 6011 & Sahih Muslim No. 2586. Beirut: Dar Ihya al-Turath al-Arabi.
[3] Al-Qur’an. Surah Ali ‘Imran, 3:31.
[4] Ringkasan Khotbah Jumat oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Masjid Mubarak, Tilford, UK, 19 April 2023 & 8 Desember 2023.
Views: 144
