HARI INTERNASIONAL PEREMPUAN & ANAK PEREMPUAN DALAM SAINS : KAMI BERTANYA APA ARTI MENJADI ILMUWAN WANITA MUSLIM AHMADI?

Tanggal 11 Febuari menandai perayaan Hari Internasional Perempuan & Anak Perempuan dalam Sains, yang dideklarasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015 untuk mencapai akses dan partisipasi yang setara dalam sains bagi perempuan dan anak perempuan. Untuk merayakan acara ini, kami bertanya kepada para perempuan Muslim Ahmadi yang bekerja di bidang akademik dan industri STEM: ‘Apa arti bagi Anda menjadi seorang ilmuwan wanita Muslim Ahmadi?’ 

Berikut adalah tanggapan inspiratif mereka.

“Sebagai Muslim, kita senantiasa diajarkan untuk mencari kebenaran, untuk mencari ilmu pengetahuan ke mana pun itu menuntun kita, dan khususnya bagi perempuan, saya bersyukur kepada Islam, karena telah menetapkan hak saya (sejak abad ke-7) untuk menjadi seorang ilmuwan.’ Keindahan menjadi seorang ilmuwan perempuan Ahmadiyah bagi saya adalah mengetahui adanya keselarasan antara sains dan spiritualitas, serta pentingnya memobilisasi sains untuk kemaslahatan seluruh umat manusia (terutama mereka yang tertindas atau terpinggirkan). Dalam menekuni sains, saya menyadari prinsip penting Islam tentang menjaga keseimbangan dan moderasi (jalan tengah) untuk memastikan keselarasan antara kehidupan pribadi saya sebagai ibu dari tiga anak dan karier saya sebagai profesor. 

Dalam studi saya tentang sistem pangan (dari pertanian, hingga ke meja makan, bahkan di luar angkasa), prinsip-prinsip seperti keadilan, akuntabilitas, interkonektivitas, dan tauhid (kesatuan) menjadi dasar bagi saya untuk mengidentifikasi solusi. Demi menghormati penekanan Islam yang mendalam pada keadilan, kita harus memanfaatkan Hari Perempuan & Anak Perempuan Internasional dalam Sains untuk mendorong kesetaraan yang lebih besar dan menjamin kesempatan bagi semua perempuan di seluruh dunia untuk menjadi ilmuwan jika mereka ingin menekuni jalan ini.”

– Tammara Soma PhD MCIP RPP, asisten profesor, Sekolah Manajemen Sumber Daya dan Lingkungan, Universitas Simon Fraser Kanada.

 

“Menjadi hanya seorang Ilmuwan Perempuan tidak akan banyak berpengaruh, baik bagi saya maupun dunia. Namun, ketika saya mengidentifikasi diri sebagai “Ilmuwan Wanita Muslim Ahmadi”, saya merasakan berkah, tanggung jawab, dan kehormatan yang luar biasa. Identitas ini membuat saya merasa dikelilingi pertolongan Allah dalam setiap situasi dan perjuangan. Saya selalu menemukan bimbingan melalui doa dan arahan Khalifah tercinta saya. Khalifah saya adalah orang yang sabdanya telah menetapkan tanggung jawab besar bagi saya untuk melaksanakan tugas-tugas saya sebaik mungkin, sebagaimana yang beliau harapkan dari para wanita Ahmadi, tidak kurang dari apa yang dicapai oleh Profesor Abdus Salam, peraih Nobel. Menjadi seorang Ahmadi selalu merupakan suatu kehormatan bagi saya; hal itu memungkinkan saya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa saya bukan sekadar ilmuwan wanita, tetapi seorang wanita yang rendah hati dan cerdas dengan kepribadian khas yang dimotivasi oleh ajaran Islam.”

– Sabiha Salma, mahasiswa Doktor Ilmu Komputer, Universitas George Mason

 

“Saya bangga menjadi seorang wanita Muslim Ahmadi dan menjunjung tinggi iman saya. Saya menikmati pekerjaan saya dan saya menikmati tantangan yang menyertainya. Sungguh menakjubkan melihat keterkaitan antara kemajuan ilmiah di zaman modern dan bagaimana kemajuan tersebut berkaitan dengan nubuat-nubuat dalam Al-Qur’an lebih dari 1400 tahun yang lalu. Bekerja di industri petrokimia juga telah memperkuat iman saya. Saya ingat mempelajari benzena dan struktur senyawa ini di perguruan tinggi dan takjub membaca kutipan dari buku “Wahyu, Rasionalitas, Pengetahuan, dan Kebenaran” di mana Khalifah Keempat, Hazrat Mirza Tahir Ahmad (rh) merujuk pada mimpi Kekule yang membantu penelitiannya tentang struktur benzena. Saya merasa diberkati memiliki iman yang mendukung perolehan pengetahuan bagi setiap pria dan wanita, tetapi yang lebih penting, tidak memaksa saya untuk memilih antara agama dan sains.”

– Bareah Alam, S.Si. Kimia, S.Si. Teknik Kimia, Ahli Kimia Litbang

 

“Sebagai guru STEM, saya memiliki hak istimewa dan kehormatan untuk menanamkan kecintaan terhadap sains kepada generasi muda. Melalui eksperimen, penemuan, dan pengetahuan tentang cara kerja alam, tujuan saya sebagai seorang guru sains Muslim Ahmadi adalah untuk memberdayakan pelajar muda dengan keterampilan ilmiah kritis yang diperlukan untuk sukses sebagai warga dunia. Dalam masyarakat modern saat ini, terdapat pula beberapa pertanyaan moral dan etika yang berkaitan dengan sains, dan sebagai seorang Muslim Ahmadi, saya merasa perlu untuk secara khusus menempatkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam perspektif saat saya menyusun pelajaran agar para siswa tidak hanya dapat mempelajari literasi sains, tetapi juga implikasi dan tanggung jawab yang dimiliki para ilmuwan dan masyarakat umum dalam membentuk masyarakat yang murni. Dalam perencanaan pembelajaran sehari-hari saya untuk kelas biologi atau kimia, menjadi seorang guru STEM Muslim Ahmadi memberi saya kesempatan untuk merenungkan keajaiban alam dan bagaimana keajaiban tersebut memberikan kita apresiasi yang lebih mendalam terhadap sifat-sifat Allah SWT.”

– Khulood Sharif, M.A. dalam Pengajaran, Guru Sains di Waltham High School

 

“Saya menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ilmuwan Wanita Ahmadi AS dan secara profesional sebagai Ilmuwan Utama Senior di Unit Penelitian Inflamasi & Imunologi di Pfizer, Massachusetts, AS. Sebagai seorang wanita Ahmadi, profesi saya sebagai ilmuwan telah memberdayakan saya untuk bekerja sama dengan beberapa ilmuwan terkemuka. Para ilmuwan yang bekerja di Pfizer-lah yang memimpin pengembangan vaksin Covid-19 dengan kecepatan rekor untuk menyelamatkan jutaan nyawa selama pandemi global ini. 

Yang membedakan saya dari yang lain adalah menjaga dalam bimbingan Al-Qur’an dan inspirasi dari Khalifah Kelima, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) di garis depan penelitian ilmiah. Dampak seorang ilmuwan Muslim Ahmadi dapat jauh lebih besar karena kita memiliki doa dari Khalifah kita tercinta (aba) dalam mengatasi tantangan dan memajukan inovasi ilmiah. 

Sebagai seorang ilmuwan Muslim Ahmadi, saya diberkati untuk menjunjung tinggi nilai-nilai inti Islam dan meniru kreativitas di seluruh tim di Pfizer, dalam menemukan obat-obatan untuk kepentingan umat manusia. Saya merasa terhormat untuk berjuang memenuhi misi agung yang diberikan kepada kita oleh Yang Mulia, Khalifah (aba), “kalian semua harus menganggapnya sebagai misi kalian untuk meraih keunggulan di bidang pilihan kalian.”

– Dr. Nusrat Sharif, Ph.D. di bidang Imunologi Molekuler, Ilmuwan Utama Senior di Pfizer

 

“Ingatlah bahwa kunci bagi suatu bangsa untuk berkembang dan maju terletak di tangan para ibu dari bangsa tersebut. Pernyataan indah ini disampaikan oleh Khalifah kita tercinta aba. pada acara Ijtima Waqifat-e-Nau Nasional (24 Februari 2018). Sebagai seorang ilmuwan, guru, dan seorang ibu, saya terinspirasi oleh kutipan ini untuk berusaha sebaik mungkin dalam menemukan pengetahuan baru, berbagi pengetahuan yang ada, dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.”

Dr. Noveera Tahir, Ph.D. di bidang Biologi Sel, Associate Professor di St. John Fisher College

 

“Al-Quran penuh dengan banyak fakta ilmiah yang, pada saat diturunkan, banyak fakta yang belum diketahui. Penemuan-penemuan ilmiah mendukung fakta-fakta yang terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kecerdasan yang sama. Hadhrat Muhammad saw. memerintahkan laki-laki dan perempuan untuk mencari ilmu, dan bahwa ilmu adalah harta yang hilang bagi seorang mukmin. Dengan mempertimbangkan hal ini, menjadi seorang ilmuwan perempuan Muslim Ahmadi berarti saya sedang melakukan suatu usaha yang merupakan bagian dari Islam.

Mempelajari sains adalah suatu bentuk ibadah di mana saya dapat menghargai keajaiban ciptaan Allah SWT. Saya tidak berpikir sains menjauhkan seseorang dari Tuhan; melainkan, sains mendorong seseorang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Penguasa Alam Semesta. Sebagai guru sains SMA, saya menyampaikan pengetahuan ilmiah kepada murid-murid saya agar mereka melek huruf dan dapat membuat keputusan yang tepat dalam hidup mereka, sebagaimana para sahabat Hadrat Muhammad saw. yang berbagi ilmu agama agar orang lain mendapatkan manfaatnya.”

– Abeeha Alam, M.S.Ed. Pendidikan Remaja, Biologi, Guru Sains dan Matematika Sekolah Menengah

 

Penerjemah : Penerjemah: Dildaar Ahmad Dartono, Muballigh Muslim Ahmadiyah di Jemaat lokal Piyungan-Bantul-Daerah Istimewa Yogyakarta

Terjemah dari :

International Day of Women & Girls in Science – We Asked What it Means to be an Ahmadi Muslim Woman Scientist

 

Views: 90

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *