KEBENCIAN ADALAH BENTUK KEBODOHAN

Dikisahkan bahwa suatu hari, Hasan al-Bashri pernah dihina dan dicaci oleh seseorang di hadapan umum. Namun beliau tidak membalas sedikit pun. Justru, keesokan harinya, beliau mengirimkan hadiah kepada orang tersebut.

Seketika orang itu heran dan bertanya, “Mengapa engkau mengirim hadiah kepada orang yang telah mencacimu?” Hasan al-Bashri menjawab dengan tenang, “Engkau telah memberiku pahala tanpa aku perlu beramal. Maka aku hanya membalas dengan hadiah.” [1]

Jawaban Hasan al-Bashri mencerminkan kebijaksanaan dan kedalaman hati seseorang yang memahami makna ciptaan Allah. Ia tidak melihat manusia dari keburukannya, melainkan dari posisi mereka sebagai makhluk Allah yang sama-sama diuji. Bagi Hasan al-Bashri, membenci manusia merupakan suatu tanda kebodohan, karena orang yang benar-benar mengenal Allah akan melihat setiap manusia sebagai bukti kekuasaan-Nya. Kebencian adalah penyakit hati yang sering kali muncul karena rasa iri, sombong, atau tidak mampu menerima perbedaan yang Allah hadirkan di antara manusia.

Padahal, setiap manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan dengan kehendak dan hikmah-Nya. Membenci sesama berarti menolak keindahan ciptaan-Nya, seolah menolak kebijaksanaan Allah dalam menciptakan manusia dengan segala perbedaan dan keunikannya.

Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” [2]

Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk saling membenci, melainkan sarana untuk saling mengenal dan menghargai. Kebesaran ciptaan Allah justru terlihat dalam keberagaman seperti dalam warna kulit, bahasa, adat, dan cara pandang. Maka ketika seseorang menumbuhkan kebencian terhadap sesamanya, pada hakikatnya ia sedang buta terhadap tanda-tanda kebesaran Allah.

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Hasan al-Bashri antara lain:
1. Setiap manusia adalah ciptaan Allah yang mulia. Tidak ada alasan bagi seseorang untuk merasa lebih tinggi atau lebih baik dari yang lain.
2. Kebencian hanya menggelapkan hati. Ia menjauhkan manusia dari rahmat dan hikmah yang terkandung dalam perbedaan.
3. Memaafkan adalah tanda kecerdasan rohani. Orang yang memahami kebesaran Allah akan mudah memaafkan, karena ia tahu bahwa semua makhluk adalah bagian dari rencana Ilahi.

Sebagaimana sabda Hadhrat Rasulullah saw.:

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” [3]

Kebencian tidak pernah membawa cahaya, hanya kegelapan. Sebaliknya, cinta dan kasih sayang terhadap sesama adalah bentuk pengakuan terhadap kebesaran ciptaan Allah. Semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia mencintai makhluk-Nya. Maka benar perkataan Hasan al-Bashri bahwa membenci sesama adalah tanda kebodohan terhadap kebesaran ciptaan Allah, sementara mencintai mereka adalah bentuk kecerdasan hati yang beriman.

Referensi:

[1] https://islami.co/kisah-imam-hasan-basri-dan-kurma-yang-menangis/?
[2] QS. Al-Hujurat 49: 14
[3] HR. Bukhari dan Muslim

Views: 32

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *