
MENJADI ISTRI TENAGA MEDIS DI TENGAH WABAH
Rerintikan hujan mengguyur temaram. Menemaniku yang tengah diliputi lelah akibat rutinitas harian. Suasana yang masygul tiba-tiba pecah. Terdengar suara dari arah pintu gerbang. Mungkin, pikirku, suami baru saja tiba dari pengkhidmatannya?
Betul saja dugaanku, suami baru kembali dari pengkhidmatan untuk kemanusiaan sebagai Paramedis 119. Dengan tatapan nanar terucap sepenggal perintah dari bibirnya, “Tolong naik ke atas dulu ya Pi,” kepada anak bungsunya yang hendak menyambut kepulangan sang ayah.
Dalam hati terbersit sebuah pertanyaan, “Ada apakah gerangan ?” tidak biasanya suami ini bersikap demikian, ketika mendapat sambutan dari istri dan anak-anaknya.
Dalam rasa penasaran yang merasuk hati juga fikiran, akhirnya aku melontarkan sebuah tanya, “Apa Bapak hari ini antar pasien suspect corona?”
Ia sempat terdiam. Menghela nafas sejenak. Menjawab singkat, “Iya, pasiennya seorang wanita dengan kondisi sudah sesak nafasnya.”
Seolah waktu tiba-tiba berhenti saat kudengar jawabannya. Rasa kaget dan cemas menguasai diri. Dengan tatapan syok, pandanganku tertuju kepada wajah suami. Ia berusaha mengungkapkan semua kegalauannya kepadaku, meski dengan diamnya.
Pada akhirnya, aku tersadar, sungguh tidak sepantasnya sebagai istri larut dalam situasi seperti itu. Tatkala suami ada dalam kecemasan dan kegalauan peran istrilah untuk menguatkan dengan perhatian dan dukungan dalam kasih-sayang disertai doa khas yang senantiasa terpanjatkan setiap saat.
Dengan tegar aku sambut suami masuk kedalam rumah. Serangkaian upaya sterilisasi dilakukan pada seragam dinas dan seluruh anggota badan dengan penyemprotan disinfectant. Bahkan sanitizer agar steril dari Covid-19. Lalu diakhiri berbilas diri agar bersih.
Sejenak ketika suami berbilas diri di jamban. Aku berusaha untuk menenangkan anak-anak yang berada di lantai dua.
Di sudut ruang tivi, nampak anak gadisku yang kedua sedang menangis. Sebagai bentuk ekspresi diri turut merasakan rasa cemas yang tengah diderita bapaknya.
Temaram malam ini sungguh kelabu. Siapa sangka, virus yang kini menghantui kehidupan umat manusia, ia sekarang amat dekat dengan keluargaku.
Sebagai istri sekaligus ibu, aku bertekad bahwa aku harus kuat. Aku sampaikan sebuah pesan yang teramat dalam, saking dalamnya, diri ini bergetar saat mengucapkannya, “Saatnya harus tegar dan saling menguatkan. Tatkala tugas negara memanggil, ingatlah ucap sumpah yang telah diikrarkan sebagai paramedis sebagai profesi pilihan. Doa mamah selalu hadir dalam tiap keadaan.”
Aku harus tegar dan tangguh dalam situasi pandemi. Dimana pandemi tersebut kini amat dekat dengan kami.
Ungkapan motivasi lainnya dikutip dari Sabda Sang Imam Zaman, “Tujuan, hasrat, dan keinginanku adalah mengkhidmati umat manusia. Ini adalah tugasku, keyakinanku, kebiasaanku dan jalan hidupku.”
Dan ungkapan motivasi lainnya adalah Instruksi Terbaru Khalifatul Masih sebagai Amirul Mukminin terkait Covid-19, “Setiap Ahmadi (pengikut Muslim Ahmadiyah) harus terjun aktif membantu langsung Pemerintah dan masyarakat dalam kondisi wabah penyebaran virus corona saat ini, untuk menyenangkan Allah Ta’ala dan memelihara ciptaan-Nya”
Sesudah berbicara dari hati ke hati suasana galau dan cemas akhirnya reda dalam keikhlasan.
Jelang tengah malam akhirnya kami sekeluarga beranjak ke peraduan. Lampu-lampu ruanganpun dimatikan.
Ketika memasuki kamar, suami mengungkapkan permohonannya agar untuk malam ini, aku tidak tidur dengannya karena masih ada rasa cemas dan galau menggelayuti perasaannya. Mendengar permohonan suami akhirnya sebagai istri, aku mengiyakannya dengan tidur di kamar si bungsu dilantai 2 dan meninggalkan suami dengan Karantina Mandiri di kamarnya.
Suami mengatakan bahwa besok akan dilakukan “Rapid Test” untuk setiap tenaga medis yang berdinas di 119 sebagai upaya deteksi dini covid-19. Akupun menutup malam dengan serangkaian doa dan harapan semoga hasil Rapid Test.
Pagi pun menjelang. Namun suasana kaku masih belum bisa dihilangkan. Seluruh anggota keluarga tidak bisa bertatap muka karena jaga jarak yang masih dijalankan dalam ketaatan sebelum didapatkan hasil Rapid Test suami dari Pemerintah Kota Bandung.
Suamipun sudah siap berkhidmat kembali. Tapi tidak untuk tugas penjemputan dan pengantaran Pasien Suspect Corona ke Rumah Sakit-Rumah Sakit yang menjadi rujukan karena penerapan jadwal bergiliran, hari itu hanya diisi kegiatan menjalani Rapid Test yang sudah dijadwalkan sebelumnya.
Alhamdulillah sujud syukur yang terucap mengungkapkan perasaan tenang dalam kebahagiaan, setelah Rapid Test dilaksanakan hasilnya menyatakan bahwa suami negatif dan terbebas dari Covid-19.
Wajah sumringah dan bahagia terpancar di wajahnya dan kebersamaan dalam keluarga pun terjalin kembali dalam kehangatan yang mewarnai stay at home yang sedang dijalani selama ini.
Harapan terbesar dalam doa, semoga negeri tercinta ini kembali pulih dan tersenyum dengan kesucian hati untuk menyambut indahnya Ramadhan.
Visits: 60