MESKI DIA BUKAN PUTRIKU

Malam Ummi… Ummi… Juni lolos jalur SNMPTN di jurusan Teknik Kimia Mi...” 

Dengan binar mata penuh kebahagiaan gadis belia teman sekolah putriku di SMA itu terlihat begitu bahagia. Menyampaikan informasi kelulusannya  masuk sebagai calon Mahasiswi di salah satu Universitas Negeri terbaik di daerah kami.

Terlihat dia begitu ingin memelukku dan putriku jika saja tidak ada anjuran social distancing saat pandemi ini terus merebak. Dengan tatapan kehangatan penuh haru dan senyuman lebar dibibirku, aku mengucapkan selamat untuknya atas pencapaian yang diraihnya.

Kami persilahkan dia masuk dan diapun segera duduk dan mulai melanjutkan menceritakan kabar bahagia yang diterimanya tersebut.

“Jadi bagaimana nak, apa kamu sudah menyampaikan berita bahagia ini kepada orangtuamu?” 

Seketika suasana menjadi hening. Kulihat dia mulai menahan sekuat mungkin riak bening di matanya. Diapun mulai bercerita tentang kondisi ekonomi keluarganya saat ini. Dia juga tak bisa mengabari keluarganya karena layar HPnya pecah.

Juni adalah seorang gadis nonmuslim berdarah asli Nias, anak ke 6 dari 8 bersaudara, yang dititipkan orangtuanya kepada adik kandung ibunya untuk menempuh pendidikan di SMA yang sama dengan putriku.

Sulitnya kondisi ekonomi keluarganya mengharuskan keluarganya kembali ke Pulau Nias untuk bisa meneruskan sekolah dua  orang adik laki-lakinya, karena biaya sekolah di Nias lebih murah dibandingkan dengan daerah kami.

Meski Juni tak seakidah dengan putriku, namun mereka bisa saling mengisi. Mereka bisa menjadi teman tanpa ada sekat keyakinan yang berbeda.

Di tengah keterbatasan Juni, melihat begitu giatnya ia dalam mengejar cita-citanya, kami ingin membantu semampu yang kami bisa. Saling berbagi beberapa sarana yang dimiliki putri kami. Mulai dari buku-buku, aplikasi belajar online juga berbagai informasi tentang pendidikan dan tugas-tugas sekolah.

Meski Juni mendapatkan sebuah kabar gembira tentang masa depannya. Tapi ia masih memendam satu kesedihan. Ia tahu, dengan diterimanya ia di Universitas Negeri bukan berarti masalah selesai. Ia tahu jalan cerita dari perjuangannya masih sangat panjang.

Dengan penuh kehati-hatian aku dan suami memberikan support padanya. Kami meyakinkan bahwa akan membantunya untuk menyampaikan berita baik ini pada keluarganya, agar bisa memperjuangkan cita-citanya melalui jalur yang disediakan pemerintah bagi keluarga kurang mampu.

Wejangan yang penuh kehangatan layaknya seorang ayah dan ibu yang tengah menguatkan anaknya, kami berusaha untuk mengembalikan senyum Juni yang biasa ia perlihatkan. Akhirnya, gadis Nias itu mulai tersenyum kembali. Ada secercah harapan yang menyala di balik bola matanya.

Juni kembali bersemangat untuk mengurus semua berkas-berkas penting demi melanjutkan pendidikannya.

Ya Allah meski dia bukan putriku. Berbeda keyakinan dengan kami. Tapi aku doakan semoga apa yang dia cita-citakan untuk memperbaiki kehidupannya, dapat ia raih dengan sukses.

Ya Rahmaan aku yakin dengan sifat  kasih-Mu. Mudahkanlah urusannya dalam mencapai tujuannya untuk memuliakan keluarga dan orangtuanya.

Visits: 49

1 thought on “MESKI DIA BUKAN PUTRIKU

  1. Jadi terharu…
    Usia yg sama dg putra saya , semoga dimudahkan jalannya utk meraih impian.
    Aamiin tsumma Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *