AJARAN AL-QUR’AN TENTANG JIHAD

Di bulan Mei kemarin, salah satu buku yang selesai saya baca adalah Pemerintah Inggris dan Jihad karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Masih Al-Mau’ud as. Buku ini adalah penjelasan mengapa beliau as. menentang konsep Jihad berupa peperangan secara fisik.

Beliau as. menjelaskan bahwa Jihad yang bentuknya peperangan secara fisik, yang dipahami dan bahkan diamalkan oleh sebagian umat Islam, justru bertentangan dengan apa yang diajarkan Islam.

Ada dua poin besar mengapa Jihad peperangan fisik sudah tidak relevan. Beliau as. menyatakan:

“Pertama, dalil mereka tentang Jihad tidak mendasar. Nabi kita Muhammad saw. sama sekali tidak pernah mengangkat pedang untuk menyerang siapa pun kecuali untuk melawan orang-orang yang telah terlebih dahulu menghunus pedang, dengan tanpa belas kasihan membunuh orang-orang yang tak berdosa, orang-orang shaleh, kaum perempuan dan anak-anak dengan cara biadab hingga jika sekarang kita membaca kisah tentang peristiwa ini, kita pun akan berlinang air mata.

“Kedua, jika kita beranggapan bahwa Jihad seperti yang difahami oleh para Ulama itu telah diwajibkan pada masa permulaan Islam, maka perintah itu sudah tidak lagi berlaku pada zaman ini, karena telah tertulis bahwa Jihad dengan pedang dan peperangan agama akan berakhir dengan munculnya Almasih Yang Dijanjikan, yang tidak akan mengangkat pedang dan tidak akan memegang senjata duniawi apa pun. Hanya doa yang akan menjadi sarananya, dan keyakinan kuatnya itu yang akan menjadi pedangnya. Ia akan menegakkan perdamaian dan menghimpun kambing dan singa dalam satu gembala. Zamannya akan menjadi zaman perdamaian, lemah lembut dan kecintaan kepada umat manusia.”

Bertahun-tahun lamanya umat Islam awwalin menghadapi penyiksaan, pelecehan, bahkan pembunuhan tak berperikemanusiaan karena keimanannya pada Tauhid. Hadhrat Masih Mau’ud as. menulis:

“Dalam situasi yang seburuk itu pun, Tuhan tetap memerintahkan untuk tidak melakukan tindakan balasan terhadap kejahatan. Dan orang-orang shaleh ini, yakni orang-orang pilihan tersebut taat dan patuh terhadap perintah sebagaimana diperintahkan. Ketika lorong-lorong jalanan menjadi merah oleh darah mereka, mereka tetap diam tak bersuara. Mereka disembelih layaknya hewan-hewan, namun mereka tetap tidak melawan.”

Kesabaran kaum Muslim malah semakin memprovokasi para penentang untuk bersikap lebih liar dan biadab. Karena itulah Allah Ta’ala kemudian menurunkan perintah untuk melawan. Beliau as. menulis:

“Kemudian, Tuhan Yang tidak menghendaki kezaliman dan perbuatan aniaya itu melampaui batas di bumi, mulai menoleh hamba-hamba-Nya yang dizalimi, dan api kemurkaan-Nya ditimpakan kepada para penjahat. Dia memberitahu hamba-hamba-Nya yang lemah dan dizalimi itu melalui kalam suci-Nya, Al-Quran Syarif: “Aku melihat segala sesuatu yang menimpamu dan mulai saat ini, Aku mengizinkan kalian untuk melakukan perlawanan. Aku adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Aku tidak akan membiarkan orang-orang zalim berlalu tanpa hukuman.”

Karena itu, di jaman sekarang, kondisi yang menimpa kaum Muslim awwalin tidak lagi dialami kaum Muslim di masa kini. Sehingga tak ada alasan untuk melanggengkan peperangan atas nama Jihad, terlebih lagi korbannya lebih banyak orang-orang dan pemerintahan yang tak berdosa.

Selain itu, konsep Jihad peperangan fisik sudah berhenti ketika Imam Mahdi yang Dinubuatkan Hadhrat Rasulullah saw. tiba. Dan sebagaimana Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. telah mendakwahkan dirinya sebagai Al-Masih Al-Mau’ud yang telah dijanjikan kedatangannya di akhir zaman, maka Jihad peperangan fisik sudah tidak diperlukan.

Dengan mendasarkan pada ajaran Al-Qur’an, buku ini menjelaskan ajaran perkara Jihad dengan tepat dan masuk akal. Dan perkara ini pun sangat penting untuk meluruskan fitnah dan pemahaman yang salah selama ini dari mereka yang tidak mengenal Islam.

Hadhrat Umar bin Khattab ra. pernah bersabda, “Al-Qur’an adalah pelita yang terang, dan petunjuk yang jelas. Siapa yang mengikuti petunjuknya, ia akan selamat dari kegelapan.” Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan untuk semua bangsa dan segala zaman, karena sejatinya manusia akan terus membutuhkan petunjuk hingga dunia ini mencapai akhirnya.

Namun, manusia tidak akan mampu memahami Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya tanpa bimbingan seorang utusan Allah Ta’ala. Karena, terbukti sudah tiba masanya bahkan ajaran di dalam Al-Qur’an sendiri disalahpahami oleh banyak umatnya. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala selalu menjanjikan akan selalu mengirimkan utusan-Nya sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an sendiri, sebagai upaya untuk memelihara kemurnian ajaran Al-Qur’an, salah satunya adalah konsep Jihad ini.

Umat Islam sendiri telah menjadi korban dari ajaran Al-Qur’an yang disalahpahami dengan timbulnya Islamophobia di banyak negara di muka bumi. Saat ini, kita masih harus berupaya keras untuk menjernihkan citra Islam yang telah dinodai aksi-aksi terorisme dan anarkisme. Padahal, Islam adalah agama yang penuh cinta kasih. Mereka yang tak bisa, atau bahkan tak mau melihat ajaran nilai-nilai cinta kasih ini, berarti gagal memahami esensi sesungguhnya menjadi Muslim yang sejati.

Views: 72

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *