AKHLAK HASAN AL-BASHRI : MENJAWAB GIBAH DENGAN KEBAIKAN

Gibah (menggunjing) adalah salah satu penyakit hati dan lisan yang banyak diremehkan, padahal bahayanya sangat besar dalam kehidupan seorang Muslim.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Tahukah kalian apa itu ghibah?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Beliau bersabda: “Engkau menyebut tentang saudaramu sesuatu yang ia benci.”

-H.R. Muslim

Salah satu ulama besar tabi’in yang sangat tegas dalam menjaga lisan dari gibah adalah Hasan Al-Bashri. Beliau dikenal sebagai sosok yang lembut hatinya, luas ilmunya, dan sangat berhati-hati dalam berbicara.

 

1. Tidak Membalas Gibah dengan Gibah

Diriwayatkan, ketika ada orang yang pernah menggunjing Hasan Al-Bashri, beliau justru mengirimkan hadiah berupa sekeranjang kurma. Beliau menyampaikan:

“Telah sampai kepadaku bahwa engkau menghadiahkan kebaikanmu kepadaku, maka aku ingin membalasmu dengan apa yang aku bisa.”

Kisah ini menunjukkan betapa lapangnya hati Hasan al-Bashri. Beliau sadar bahwa orang yang menggibahinya sebenarnya sedang “mengalihkan pahala” amal kebaikan untuk dirinya. Alih-alih membalas dengan amarah, beliau memilih untuk merespons dengan kebaikan.

 

2. Menasehati dengan Lembut

Hasan al-Bashri sering mengingatkan murid-muridnya agar menjaga lisan. Beliau berkata:

“Jangan sekali-kali engkau menyebut keburukan saudaramu. Sesungguhnya orang yang paling besar kerugiannya pada hari kiamat adalah orang yang sibuk mengungkap aib orang lain, padahal dosanya sendiri ia lupakan.”

Ucapan ini menjadi peringatan agar seorang Muslim lebih sibuk memperbaiki diri daripada mencari-cari kesalahan orang lain.

 

3. Mengajarkan Kontrol Diri

Bagi Hasan al-Bashri, menjaga lisan adalah bagian dari kesempurnaan iman. Beliau menekankan bahwa lisan bisa menjadi penyelamat, tapi juga bisa menjerumuskan. Karena itu, beliau mencontohkan sikap diam ketika tidak ada kebaikan yang bisa diucapkan.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
– HR. Bukhari dan Muslim

 

4. Pelajaran untuk Kita

Dari akhlak Hasan al-Bashri tentang gibah, ada beberapa pelajaran berharga:

Jangan mudah tersulut emosi jika menjadi korban gibah, karena pahala kita justru bertambah.B alas keburukan dengan kebaikan, karena inilah ciri akhlak orang yang hatinya dekat dengan Allah.

Sibukkan diri dengan muhasabah, bukan dengan mencari-cari kesalahan orang lain. Jaga lisan sebagai amanah, karena setiap kata akan dipertanggungjawabkan.

Akhlak Hasan al-Bashri mengajarkan kita bahwa gibah bukan hanya soal dosa besar, tapi juga cermin dari kebersihan hati. Beliau menunjukkan betapa indahnya jika seorang Muslim membalas keburukan dengan kebaikan, karena sejatinya yang menang bukanlah orang yang membalas dengan kata-kata, melainkan yang mampu menahan diri.

 

Referensi :

QS. Al-Hujurāt [49]: 12

HR. Muslim no. 2589

Hilyatul Awliya’ – Abu Nu’aim al-Ashfahani

Siyar A’lam an-Nubala’ – Adz-Dzahabi

Views: 74

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *