
ALAM BARU ITU BERNAMA MEDIA SOSIAL
Sebuah alam baru yang tak pernah terbayangkan oleh manusia adalah media sosial. Secara fisik tak pernah ada, tapi jutaan orang menikmati berselancar di dalamnya.
Mereka bisa mengekspresikan perasaan juga pemikirannya. Mereka bisa berbagi apapun itu, mulai dari yang bermanfaat sampai yang mudharat ada disina.
Tiap jenjang usia menikmatinya. Bahkan sampai ada anggapan, lebih baik istri tertinggal di rumah daripada HP yang tertinggal.
Sebuah gejala sosial baru pun lahir di era digital. Seolah-olah tiap orang punya alam baru yang lebih mengasyikkan dari kehidupan nyata.
Bayangkan. Bangun tidur yang dibuka adalah smartphone. Habis mandi, belum kering rambut pun yang disentuh adalah smartphone. Ketika makan, mulut mengunyah tapi pikiran terbang sampai Amerika sana.
Kini, manusia jadi benar-benar terasing dalam dunia nyatanya. Secara tidak sadar kita mempunyai beban moral baru untuk sekedar menyapa teman-teman virtual kita. Mengajak mereka ikut bergumul dalam setiap masalah kita. Hingga kita lupa bahwa dunia virtual tak melayani pertolongan pertama pada kesulitan kita.
Merupakan satu kesyukuran menjadi seorang anggota Jemaat Ahmadiyah yang memiliki seorang Khalifah. Dimana Khalifah selalu memberikan petunjuk bahkan untuk perkara kecil seperti penggunakan media sosial.
Hazrat Khalifah yang sekarang pernah menyampaikan, “Saat ini banyak penyakit berkembang di media sosial. Anak laki-laki dan perempuan, duduk di depan orang tua mereka, bercakap-cakap dalam diam – foto-foto dan pesan-pesan sedang dipertukarkan.”
Beliau melanjutkan, “Akun-akun baru dibuka dalam program baru dan sepanjang hari terbuang sia-sia di iPad atau komputer, dll. Hal ini menyebabkan memburuknya moral dan merusak karakter, dan anak-anak dengan cepat menjadi tidak terkendali. Semua hal ini perlu diperhatikan dan perlu ada batasan.”
Bahkan, Hazrat Khalifah begitu tinggi perhatiannya, semata-mata agar setiap Ahmadi tidak tergelincir dalam jurang dosa dan kemungkaran. Beliau menasehatkan kepada kaum wanita Ahmadi,
“Saat ini, di media sosial seperti whatsapp, facebook, twitter dan instagram, para wanita dan gadis Ahmadi tidak hanya memasang foto wajah mereka tapi juga tangan-tangan, rambut, leher dan pinggang dll serta kecenderungan ke arah ini meningkat yang seharusnya menjadi hal yang mengkhawatirkan”.
Beliau melanjutkan nasihatnya, “Perlu dipikirkan untuk membuat cara alternatif untuk mengisi waktu mereka. Terus libatkan mereka dalam pekerjaan rumah, libatkan mereka dalam mengkhidmati Jema’at dan kembangkan sarana-sarana untuk memberikan kesibukan bagi mereka yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Ini merupakan tanggung jawab yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh para wanita Ahmadi.”
Tentu tidak ada yang salah dari perkembangan teknologi. Karena ia lahir untuk mengkhidmati peradaban manusia. Agar setiap pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.
Media Sosial lahir di atas prinsip “komunikasi”. Ia adalah sarana komunikasi paling mutakhir abad ini. Setiap kita bisa terhubung dengan siapapun dan kapanpun dengannya. Disinilah prinsip “saring” harus dipakai. Jangan pakai prinsip “sering”.
Hari ini bertepatan dengan peringatan hari “Media Sosial”. Mulai sekarang mari kita bersana-sama menggunakan media sosial dengan bijak, hilangkan hal-hal yang menimbulkan kesia-siaan. Dampingilah selalu putra-putri kita dalam penggunaan media sosial. Kita bersama-sama berusaha untuk selalu menebar kebaikan dan memberikan manfaat untuk kemaslahatan semua orang.
Selamat Hari Media Sosial
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 74