
BAHAYA DALAM PERUT YANG KENYANG
Makanan sesungguhnya tidak hanya sekadar penghalau rasa lapar, apalagi saat ini. Makan menjadi suatu bagian dari gaya hidup dan menjadi salah satu tujuan kesenangan serta gengsi. Maka tak aneh jika saat ini banyak tempat-tempat makan berkelas pun tidak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan, ada yang rela memesan kursi jauh-jauh hari sebelumnya.
Namun, tahukah kita bahwa dalam hidupnya, Rasulullah tidak pernah makan sampai kenyang. Saat menikah dengan Siti Aisyah, Rasulullah Saw bahkan pernah berada dalam kondisi lapar hingga perutnya berbunyi.
Fuad Abdurahman menceritakan, sejak datang ke Madinah, pernah selama tiga hari berturut-turut keluarga Rasulullah SAW tidak makan kurma hingga mereka begitu menginginkannya. Namun, keinginan sederhana itu baru bisa terpenuhi setelah peristiwa penaklukan Khaibar.
Berlebihan dalam hal makan juga tidaklah dibenarkan dalam Islam. Demikian pula orang yang senantiasa menuruti hawa nafsu perutnya tanpa memikirkan status kehalalannya.
Dikisahkan Nabi Yahya AS berjumpa iblis yang sedang membawa alat pancing. Bertanya Yahya AS, ”Untuk apa alat pancing itu?”
”Inilah syahwat untuk mengail anak Adam.”
”Adakah padaku yang dapat kau kail?”
Iblis menjawab, ”Tidak ada, hanya pernah terjadi pada suatu malam engkau makan agak kenyang hingga kami dapat menggaet engkau sehingga berat untuk mengerjakan shalat.”
Yahya AS terkejut, ”Kalau begitu aku tak akan mau kekenyangan lagi seumur hidupku.”
Dengan perut yang kekenyangan dapat membuat tubuh seseorang menjadi malas bergerak, mata pun menjadi cepat mengantuk. Akibatnya mengerjakan ibadah pun menjadi berat sehingga sangat mudah bagi iblis membisikkan tipu dayanya. Tanpa kita sadari otak pun menjadi tidur, tubuh jadi gemuk, lemak dapat mudah menumpuk.
Rasulullah SAW. selalu berpesan agar kita makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Para sahabat pun mengikuti ajaran itu.
Seorang Imam Syafi’i mengatakan :
“Kekenyangan dapat memberatkan badan, mengeraskan hati, mengusir kecerdasan, mengundang tidur dan melemahkan semangat ibadah”.
Sangatlah jelas mengapa Al-Qur’an tidak membenarkan tindakan yang berlebih-lebihan, dalam hal ini adalah makan (kekenyangan). Karena di samping dari sisi kesehatan akibat banyak makan tentu dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, banyak makan juga memberatkan seseorang untuk beribadah dan lebih celakanya lagi, akan dapat mematikan hati nurani.
Visits: 742