Batu Ujian bagi Manusia

Pada hakikatnya, manusia memiliki harapan dalam menjalani kehidupannya agar dapat menjadi kaya raya dan mati pun dapat masuk surga. Namun sejatinya, semuanya kembali kepada keadaan tabi’i dan keadaan akhlaki manusia itu sendiri.

Orang kaya diuji dengan ketakutan akan kehilangan hartanya. Sehingga, ketika dilimpahi banyak harta benda terkadang timbul dalam dirinya, rasa ketakutan kalau harta bendanya akan berkurang jika ia harus menyedekahkan sebagian hartanya. Sementara, orang miskin diuji dengan kekurangan dan kelaparan.

Dalam keadaan demikian terkadang segala cara diupayakan untuk dapat menghidupi diri dan keluarganya. Manusia seakan lupa bahwa ada Allah SWT. yang mencukupkan segalanya. Allah Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki. Dia adalah sebaik-baik pemelihara.

Allah SWT. telah mengingatkan dalam Al-Qur’an, “Apakah setiap orang dari mereka mengharapkan supaya dimasukan dalam surga yang penuh kenikmatan?” [1] 

Ya, harta benda memang merupakan satu sarana di dalam kehidupan manusia. Namun, dengan harta benda pun manusia diuji yang akan menimbulkan beberapa keadaan seperti, kesedihan, kekurangan dan kelaparan.

Ketika kita dihadapkan dalam suatu keadaan tersebut maka pikiran pun hanya akan berpusat pada bagaimna cara memenuhi kebutuhan? Bagaimana untuk inilah, itulah dan banyak lagi. Lupa kalau di atas segalanya ada Sang Pencipta.

Padahal Allah SWT. sudah menggariskan dalam Al-Qur’an, “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan dan kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” [3]

Dari beberapa keadaan yang dialami, ketika kita mampu melewati keadaan tersebut dengan sabar, maka selanjutnya janji Allah SWT. adalah memberikan kabar gembira. Seperti halnya kaum Muslimin sejati yang harus selalu siap sedia bukan saja mengorbankan jiwa demi kepentingan Islam, tetapi juga harus bersedia menderita dengan segala macam kesedihan yang akan menimpa sebagai cobaan atau ujian.

Dan sesuai kebijaksanaan-Nya yang tak ada batasnya, kala Allah SWT. akan menganggap tepat untuk mengambil sesuatu dari kita, maka tidak ada alasan untuk berkeluh kesah ataupun menggerutu. Seyogyanya tiap-tiap kemalangan yang menimpa, sebaiknya dijadikan suatu dorongan untuk mengadakan usaha yang lebih hebat lagi agar tercapai hasil yang lebih baik dalam hidup.

Lalu surga dan kabar gembira yang dijanjikan Allah SWT. itu milik siapa jika si kaya dan si miskin tidak bersabar dalam ujiannya? Allah SWT. menjawabnya dalam Al-Qur’an, “Orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.” [3]

Maka sebagai manusia hendaknya berusaha mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT. dengan tulus ikhlas, semata-mata untuk mengharap ridha-Nya, serta senantiasa menjauhi apa yang telah dilarang-Nya. Dan salah satu kunci yang menjauhkan kita dari rasa ketakutan adalah hati yang dipenuhi rasa syukur.

Sehingga, apapun keadaan yang kita jalani baik senang maupun susah, suka maupun duka, dalam keadaan rezeki yang lapang maupun sempit, semua itu hanyalah bersifat fana/sementara, dan yang kekal adalah amal saleh ibadah kita. Semoga kita termasuk sang penghuni surga. Insya’Allah, Aamiin.

 

Referensi:

[1] QS. Al-Ma’arij 70: 39

[2] QS. A-Baqarah 2: 156

[3] QS. Al-Baqarah 2: 83

Visits: 57

Cucu Komariah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *