BEGINI PETUNJUK RASUL DAN ULAMA AGAR ILMU LEBIH BEBERKAT

Manusia dianugerahi akal dan pikiran karena inilah manusia mendapat predikat sebagai makhluk ciptaan Allah Ta’ala yang paling sempurna. Namun akal itu tidak akan dapat berkembang bila tidak diasah. Dan cara untuk mengasah akal dan pikiran itu adalah dengan menuntut ilmu.

Ilmu dibutuhkan sebagai sarana obat bagi hati kita. Bila jasmani membutuhkan asupan gizi maka hati pun membutuhkan asupan gizi melalui ilmu dan hikmah.

Seorang ulama bernama Fatah Musali berkata, “Bukankah bagi seorang yang sakit dan tidak diberi makan, minum dan obat-obatan akan segera meninggal? Demikian pula hati, tiga hari saja tidak dimasukkan ilmu dan hikmah kedalam hatinya maka sekonyong-konyong akan mati.”

Di abad permulaan banyak tokoh-tokoh Islam yang alim sangat gigih dalam mencari ilmu. Bahkan mereka rela menempuh perjalanan yang jauhnya bermil-mil dari tempat mereka hanya untuk mencari guru yang akan mengajarkannya sebuah ilmu yang penuh hikmah kepada mereka.

Begitu beberkatnya kedudukan orang-orang yang gigih dalam menuntut ilmu sehingga dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridha pada para pencari ilmu.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

Dalam hal ini ilmu yang dicari pun haruslah ilmu yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia. Ilmu yang baik akan bermanfaat dan manfaat yang paling besar dalam kehidupan ini adalah mengajak manusia pada kebaikan dan meninggalkan keburukan.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik, melarang berbuat buruk, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.” (QS. Ali-‘Imran: 105)

Salah seorang Imam mazhab, Imam Malik berkata, “Ilmu itu bukan sekedar banyak menghafal riwayat, namun ilmu adalah cahaya yang Allah letakkan pada hati seorang hamba.”

Sumber penerima kebaikan atau keburukan ada di hati. Hati yang suci dan bersih akan dengan mudah menerima ilmu-ilmu kebaikan. Ilmu pun akan menjadi cahaya karena ada orang-orang yang menyalakannya dan cahayanya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan penerangan.

Jadi pada hakikatnya ilmu yang dicari akan lebih bermanfaat bila kembali diajarkan kepada manusia lainnya. Bukan semata-mata hanya untuk kepentingan diri sendiri saja.

Ilmu akan berkembang dengan mengajarkan dan mengamalkannya. Dengan mengajarkan kembali akan melahirkan generasi baru yang berilmu. Dan mengamalkannya akan mengajak membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.

Visits: 327

Rauhun Thayibah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *