Berlebihan yang Membahayakan

Pernah merasa penat, sumpek, ruwet, hidup terasa suram tapi tak tahu mengapa? Bisa jadi terlalu banyak barang di rumah atau bahkan hidup Anda!

Fumio Sasaki dalam bukunya yang berjudul Goodbye, Things menulis bahwa terlalu banyak benda mampu menghisap waktu dan perhatian kita. Menyita waktu untuk dibersihkan, dirapikan, dan dibereskan. Menyita perhatian kita karena ia seperti mampu memberi pesan untuk segera kita gunakan, dan mengetuk perasaan bersalah bila kita abaikan.

Jauh sebelumnya, Hadhrat Umar bin Khattab ra. pernah bersabda, “Jangan berlebihan dalam mencintai sehingga menjadi keterikatan, jangan pula berlebihan dalam membenci sehingga membawa kebinasaan.”

Kecintaan pada benda, kekayaan, pun kepada hal-hal duniawi, pada akhirnya akan mengikat jiwa seseorang. Keterikatan ini bisa melahirkan perasaan tak bahagia karena seolah-olah diri dan kebahagiaan kita ditentukan dari kualitas dan kuantitas kebendaan dunia yang kita punya.

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: 

“Hendaknya sahabat-sahabat saya melihat kenyataan, bahwa seseorang jangan terlalu asyik dalam kecintaan terhadap kekayaan dan istri-istri serta anak-anak, sehingga dia begitu bernafsu, melampaui batas dan berlebihan sehingga hal itu menjadi tabir penghalang antara dia dan Tuhan Yang Maha Perkasa. 

Itulah sebabnya mengapa kekayaan dan anak-anak disebut ujian. Mereka juga menyiapkan neraka bagi orang itu dan jika dia dipisahkan dari mereka, dia menjadi begitu amat gelisah dan itulah “Api Allah yang dinyalakan, yang sampai ke dalam hati” (Al Humazah, 7-8). Yakni, api itu yang membakar hati manusia seperti daging bakar dan membuatnya lebih hitam daripada arang adalah kecintaan terhadap ghairullah (sesuatu selain Tuhan Yang Maha Perkasa).” (Malfuzat II, hlm 101-102)

Kecintaan yang terlalu besar terhadap kekayaan, bahkan anak dan istri, mampu membakar habis kecintaan terhadap Allah Ta’ala. Karena kecintaan yang berlebihan menimbulkan keterikatan, sehingga bila manusia dijauhkan sedikit saja, ia akan menjadi begitu gelisah bahkan merasa merana. 

Akan tetapi di sisi lain, terlalu membenci pun tidak akan membawa kebaikan, pun kebahagiaan. Benda dan kekayaan, bila digunakan dengan niat untuk meraih ridho dan kedekatan dengan Allah Ta’ala, justru akan mendatangkan limpahan keberkatan.

Hadhrat Masih Mau’ud as.  bersabda, “Di sini hendaknya diingat, bahwa sebagaimana pada waktu tertentu muncul kemudaratan dari benda-benda ini, hal itu adalah akibat kesalahan dan ketidakpahaman sendiri, bukan karena dalam nafs ammarah benda-benda itu terdapat kemudaratan. Tidak, melainkan karena kesalahan dan kesilapan sendiri.” (Malfuzat, jld. I, hlm. 110-111)

Tidak ada benda yang tidak berguna. Akan tetapi nilai sebuah benda, apakah ia membawa kebaikan atau mendatangkan mudharat, bergantung pada penilaian manusia sendiri. Yang patut kita benci adalah kecintaan berlebihan terhadap benda, bukan benda itu sendiri. Karena menyebarkan kebaikan dan kebenaran Ilahi pun membutuhkan sarana-sarana kebendaan duniawi.

Membenci berlebihan terhadap kebendaan dan hal-hal duniawi lainnya, justru akan menjerumuskan kita dalam keterpurukan jiwa dan rohani. Karena sesungguhnya sarana-sarana keduniawian itu telah diciptakan Allah Ta’ala untuk memfasilitasi kita demi memenuhi tujuan utama kita di dunia ini, yaitu untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. 

Sebagai solusi, Hadhrat Masih Mau’ud as. menyampaikan:

“…tatkala hubungan dengan benda-benda dunia itu dibalut di dalam hubungan dengan Allah, dan kecintaan terhadap terhadap benda-benda itu dituangkan dalam kecintaan terhadap Allah, maka pada saat itu pergesekan mereka antara satu sama lain akan mengakibatkan terbakarnya rasa cinta terhadap ghairullah (selain Allah), dan sebagai gantinya akan muncul suatu cahaya dan nur, kemudian keridhaan Allah menjadi keridhaannya, dan keridhaannya menjadi keridhaan Allah.” (Malfuzat II, hlm 101-102)

Tak ada ciptaan Allah Ta’ala yang tak berguna, pun sarana kebendaan dunia. Tapi apakah benda itu menjadi kebaikan atau keburukan, manusialah yang menentukan. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi karena terlalu cinta atau bahkan terlalu benci. Karena segala yang terlalu, hanya membuat kebaikan menjauh.

Visits: 362

Lisa Aviatun Nahar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *