
Buah dari Kesombongan
Pada zaman Nabi Ibrahim terdapat seseorang yang begitu sombong, ia adalah Raja Namrud. Raja Namrud dikenal karena memiliki harta karun yang luar biasa. Cadangan makanannya berlimpah, bala tentaranya banyak, serta istana yang megah bersama menara babel Raja Namrud.
Dengan semua nikmat dan kekayaan tersebut, ia berperilaku sombong. Sifat tersebut ternyata membuat ia lupa diri dan mengaku sebagai Tuhan. Ia juga meminta pengakuan kepada seluruh rakyatnya. Setiap orang yang datang ke istananya untuk meminta makanan akan ditanya, “Siapakah Tuhanmu?” Maka, mereka semua menjawab, “Engkau wahai rajaku.” Raja Namrud pun memberikan makanan kepada mereka.
Suatu ketika Nabi Ibrahim as. datang ke hadapan Raja Namrud. ditanyalah beliau as. “Siapakah Tuhanmu?” Nabi Ibrahim as. pun menjawab, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan.” Raja Namrud kembali mengatakan, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Maka, Nabi Ibrahim meminta Raja Namrud untuk menerbitkan matahari dari Barat seperti yang dilakukan oleh Allah SWT. “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkan lah ia dari Barat.”
Mendengar Nabi Ibrahim menjawab itu, Raja Namrud hanya terdiam dan mengusirnya. Nabi Ibrahim pun pulang dengan membawa tangan kosong. Namun, Allah SWT memberikan rezeki tak terduga kepada Nabi Ibrahim. Ia mengubah sebuah kantong pasir menjadi makanan lezat dengan berbagai macam pilihan.
Setelah hari itu, Raja Namrud pun gelisah. Allah SWT pun mengutus malaikat dan mengajaknya untuk beriman kepada Allah. Hanya saja, lagi-lagi sifat sombongnya membuat ia lupa diri. Ia menyangkal kekuasaan Allah dengan berkata, “Memangnya ada Tuhan selain diriku?” Malaikat utusan Allah pun datang hingga dua kali tetapi Raja Namrud tetap tak mau beriman.
Pada kali ketiga malaikat datang dan ditolak oleh Raja Namrud. Malaikat pun berkata “Kumpulkan lah seluruh bala tentara mu hingga tiga hari.” Ia pun mengumpulkan seluruh tentaranya, lalu Allah mengazabnya dengan mengirim jutaan nyamuk menuju bala tentara Raja Namrud. Saking banyaknya, sinar matahari pun tertutup oleh gerombolan nyamuk.
Nyamuk tersebut menghisap seluruh darah bala tentara Raja Namrud. Melihat itu, Raja Namrud pun lari dan bersembunyi ke ruangan khusus tetapi satu nyamuk mengikutinya dan masuk ke kepalanya melalui lubang hidungnya. Ia menyiksa Raja Namrud selama ia berkuasa dengan sifat sombongnya. Raja Namrud pun meninggal dunia dengan keadaan zalim.
Sombong adalah sifat dan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah SWT. Namun, kerap kali sifat dan perbuatan sombong ini muncul pada diri seorang manusia yang lupa diri juga melupakan bahwa segala sesuatu yang ia dapatkan adalah atas kehendak Allah Ta’ala.
Apabila kita diberikan kekayaan dan keberhasilan dalam hal keduniawian, terkadang kita juga merasa lebih hebat dari orang lain. Padahal, kekayaan dan segala keberhasilan itu sejatinya hanyalah ujian dari Allah untuk manusia. Allah ingin menguji kita apakah dengan semua itu kita bisa lebih bersyukur atau sebaliknya merasa hebat dari yang lain dan muncul kesombongan dalam diri seorang manusia. Seharusnya dengan segala keberhasilan duniawi itu menjadikan jalan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Pernah bersabda: “Janganlah gembira sedemikian rupa atas keberhasilan-keberhasilan duniawi yang sementara itu, sehingga kalian akan menjadi jauh dari keberhasilan hakiki, melainkan jadikanlah keberhasilan-keberhasilan itu sebagai sarana untuk mengenal Allah. Jangan lupa daratan (sombong) atas kegigihan dan upaya kalian, dan jangan menganggap bahwa keberhasilan ini merupakan buah suatu kemampuan dan kerja keras kalian, melainkan renungkanlah, bahwa “Tuhan Yang Maha Pengasih itulah Yang tidak pernah menyia-nyiakan kerja keras sejati seseorang. Dia telah memberikan buah atas kerja keras kami.”
Ketika kesombongan menemukan jalannya dalam hati manusia, perasaan demikian dengan cepat mempengaruhi cara berbicara, bertindak, dan memperlakukan orang lain. Itulah sebabnya, sikap menyombongkan diri harus dihindari dan kita sebagai manusia dengan berjuta kelemahan seyogyanya berupaya menjauhi perasaan sombong ini sekuat kita menjauhi dosa-dosa lainnya.
Visits: 206