BURUKNYA PERILAKU AMBISIUS MENGEJAR KEKUASAAN

Sejak dahulu hingga sekarang banyak orang berlomba-lomba ingin mendapat kedudukan untuk menjadi penguasa. Terjadinya peperangan pun adalah dampak dari ambisi terhadap keinginan menguasai walaupun jiwa dan raga harus dikorbankan.

Bila saja kita belajar dari teladan yang dicontohkan para sahabat Rasulullah saw. Salah satu sahabat bernama Miqdad, dia seorang filosof dan ahli pikir yang ulung.

Pada suatu hari ia diangkat oleh Rasulullah sebagai Amir di suatu daerah. Tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi saw. bertanya:

“Bagaimanakah pendapatmu bila menjadi Amir?” Maka dengan penuh kejujuran dijawabnya: “Anda telah menjadikan aku menganggap diri di atas semua manusia sedang mereka semua di bawahku. Demi yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang untuk selama-lamanya.”

Dipegangnya jabatan sebagai Amir, hingga dirinya diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan menolak untuk menjadi Amir lagi setelah pengalaman pahit itu. Kemudian ternyata bahwa ia menepati janji dan sumpahnya itu, hingga semenjak itu ia tak pernah mau menerima jabatan Amir.

Oleh karena jabatan sebagai Amir itu dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan -atau hampir menimbulkan- fitnah bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya, ialah dengan menjauhinya.

Keberatan para Sahabat untuk menjadi pemimpin disebabkan mereka mengetahui konsekuensi dan resiko menjadi pemimpin. Mereka mendengar hadits-hadits Nabi Saw.  tentang tanggung jawab pemimpin di dunia dan di akhirat. “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.” (HR. Muslim)

Berbeda halnya dengan orang-orang dunia yang mengejar ambisi dalam berkuasa. Bagaikan hidangan makanan lezat, kekuasaan dan jabatan diperebutkan untuk sebuah kedudukan. Entah untuk tujuan memuaskan nafsu serakah atau untuk mengharapkan puji sanjung dari manusia.

Padahal apa yang dikejar itu tidak akan membawa pada keridhaan Allah SWT. Untuk orang-orang semacam itu Rasulullah SAW bersabda: “Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan.” (HR. Muslim)

Tidak akan ada pertolongan dari Allah Ta’ala bagi orang yang berambisi besar mendapat kedudukan. Malahan, beban berat akan dipikul dengan sendirinya.

Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya pemimpin memiliki beban dan tanggung jawab besar di pundaknya, ia selayaknya adalah pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Namun pada kenyataannya, seringkali yang nampak adalah yang berkuasa yang ingin dilayani.

Seharusnya para pemegang amanah berhati-hati dengan amanah yang diembankan. Karena Allah Ta’ala bisa jadi menjatuhkan sejatuh-jatuhnya di saat berada di puncak kekuasaan bila amanah tidak dijalankan dengan sebaik-baiknya.

 

Visits: 265

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *