
DUA BINATANG YANG BANYAK DIHINDARKAN UMAT ISLAM
“Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi (oleh Allah).” (HR. Bukhari).
Selain itu Rasulullah saw juga bersabda, “Orang yang penyayang, maka akan disayangi oleh Allah. Sayangilah makhluk Allah yang ada di muka bumi, maka niscaya juga akan disayangi penghuni langit.” (HR. Muslim).
Mencintai hewan memang merupakan amal ibadah yang baik. Mereka sesama makhluk Allah yang turut menyembah Allah dengan tugas kehidupannya masing-masing. Banyak manfaat dan hiburan yang mereka berikan untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan manusia.
Aku jadi tergelitik jelajah cerita berkesan terkait binatang yang turut berkisah dalam hidupku. Kisah pertama tentang anjing.
Binatang yang memiliki peran dalam kisah Ashabul Kahfi. Selain itu waktu aku kecil, ada dua anjing yang tiba-tiba muncul di rumah. Tapi karena kudengar katanya memelihara anjing itu akan mengurangi 1 derajat kemuliaan, kami tidak menyambut hangat kedua anjing itu.
Namun mereka selalu datang ke rumah bahkan akhirnya mereka seolah minta perlindungan ingin ikut berteduh rumah kami. Akhirnya kami beri mereka makan dan kandang untuk berlindungnya dari panas dan hujan.
Di luar dugaan, mereka ternyata begitu setia pada kami terutama ayahku. Setiap shubuh dan maghrib, dengan setianya anjing itu selalu mengantar ayahku dan kami jalan kaki untuk shalat berjamaah ke mesjid Sanding Garut.
Perjalanan dari rumah cukup jauh dan medannya saat itu cukup berat dan menakutkan karena shubuh dan maghrib itu gelap. Kami harus melewati rumah-rumah yang dijuluki orang rumah hantu dan lembah yang katanya didemenin oleh perampok.
Aku sendiri waktu itu takut sekali kalau sudah memasuki area itu jadi aku tetap jalan tapi sambil merem. Begitulah hampir tiap hari kami dan anjing jalan beriring bersama tanpa direncanakan. Kami tak berniat memelihara anjing tapi apa daya sang anjing mengekor terus. Pernah dalam suatu perjalanan, anjing itu tertabrak hingga kepalanya miring. Namun demikian dia tetap bertahan seolah merasa tugasnya harus selalu ikut kami ke mesjid.
Suatu hari, sang anjing bertingkah aneh. Biasanya mereka mengantar kami hingga gerbang halaman mesjid dan menunggu hingga kami selesai shalat dan dars. Tapi kali ini salah satu dari mereka nekad. Ikut menerobos masuk hingga ke tempat imam yang kebetulan ayahku saat itu akan jadi imam.
Kontan seluruh mesjid jadi heboh. Mesjid pun jadi ribut karena anjing masuk mesjid. Setelah hari itu anjing kami hilang tanpa rimba. Entah kemana hingga akhirnya ditemukan jenazahnya. Anjing kami telah kembali ke pangkuan yang Maha Kuasa.
Sejak ini kami berjalan ke mesjid tanpa pengawal lagi. Aku hanya bisa meringis hati teringat anjingku saat temanku yang non muslim bercerita tentang serunya pesta satai anjing. Suatu saat mereka berkemah. Anjing lewat. Mereka sembelih anjing itu dan jadilah barbeque anjing.
Kisah kedua tentang Babi. Sejak kecil aku tahu babi itu haram. Tak tergiur sedikit pun ketika temanku yang non muslim menceritakan betapa lezatnya daging babi dengan tampilan merah menggoda katanya. Namun beberapa kali aku hampir terjebak makan babi, untunglah Tuhan menyelamatkan.
Waktu itu kejadiannya ketika sedang berada di pulau dewata. Daerah yang harus diwaspadai, tak bisa bebas berkulineri halal seperti di Jawa Barat yang didominasi oleh masakan muslim.
Saat itu hotel telah siap dengan sambutan breakfastnya. Aneka hidangan lezat mulai dari menu tradisional hingga western tersedia. Dengan santainya kumasukkan beberapa makanan ke piring. Saat mau nyuap beberapa detik lagi makanan itu menclok di lidahku, tiba-tiba saudaraku langsung menahan sendokku.
Katanya, “Tahu ngga? Itu daging babi?” Ya ampun, aku tak tahu karena belum pernah melihat sebelumnya. Hampir saja. Memang di meja terpampang tulisan nama jenis makanan di deretan meja besar tapi tak nampak ada tulisan itu pas di tempat yang kusendok.
Kejadian kedua saat mau ke pantai Lovina di kunjungan kedua masih ke pulau Bali. Karena ke Lovina harus sebelum waktu breakfast, kami request ke pihak hotel untuk disediakan breakfast khusus bada shubuh. Kami mengejar kapal yang hanya bisa pagi sekali untuk melihat lumba-lumba.
Tanpa ada kecurigaan apa pun kami terima breakfast itu. Ketika perut mulai menggoncang, di perjalanan kami buka bekal itu. Kami pun siap menikmatinya namun tak jadi karena salah seorang dari kami mulai bisa mengenali kalau yang dibekalkan ke kami adalah olahan babi. Hadeuuuuh, sepanjang perjalanan kami akhirnya harus menahan lapar.
Selamat hari binatang sedunia. Mari cintai binatang-binatang yang merupakan ciptaan Allah Ta’ala dengan cara kita, kebiasaan kita dan kepercayaan kita masing-masing. Tanpa harus menaruh kebencian tertentu, karena binatang-binatang itu diciptakan bukan atas kehendaknya sendiri.
.
.
.
Penulis: Iim Kamilah
Editor: Muhammad Nurdin
Visits: 48