
Harta Qarun: Sebuah Kesaksian Atas Keserakahan Manusia
Sebuah kisah datang dari zaman Nabi Musa a.s. Kisah ini cukup terkenal dan disebutkan juga dalam Al-Qur’an. Ada seorang lelaki kaya raya bernama Qarun. Tak hanya kaya, ia juga termasuk orang berilmu. Ia adalah pengikut Nabi Musa yang cerdas. Kepandaiannya dalam ilmu agama membuatnya sering disebut sebagai “munawir” karena kemerduannya dalam membaca kitab Taurat. Qarun juga lihai dalam berbisnis dan berinvestasi.
Jauh sebelum bergelimang harta, Qarun hidup miskin dan tak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sehingga ia datang pada Nabi Musa untuk didoakan agar Allah memberikan harta benda untuknya. Nabi Musa pun berdoa untuknya, dan tak lama Allah pun mengabulkan do’a tersebut. Hingga Qarun pun hidup bergelimang harta.
Ribuan gudang yang dimilikinya penuh dengan emas dan perak. Pakaian mewah, pelayan banyak, serta hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan ia memiliki 60 unta yang membawa kunci-kunci gudang dimana hartanya tersimpan.
Kekayaan yang tak ternilai itu membuat Qarun terlena. Ia semakin menjauh dari Allah, bahkan menganggap bahwa hartanya adalah hasil dari jerih payah dan kepintarannya sendiri tanpa ada campur tangan Allah. Ia berbuat zalim dan menginjak orang-orang yang lemah. Semakin hari Qarun menjadi semakin sombong dan bangga atas kekayaannya.
Hingga akhirnya Allah membinasakan Qarun dengan menenggelamkannya bersama seluruh kekayaannya. Tempat di mana Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi kini dikenal dengan sebutan Danau Qarun (Bahirah Qarun). Tidak ada hartanya yang tersisa kecuali puing-puing istananya yang bernama Qasru el-Qarun di sebuah kota di Mesir.
Kisah Qarun ini merupakan peringatan kepada manusia, bahwa harta bisa membawa mereka dalam kebinasaan. Harta adalah godaan paling umum bagi manusia untuk menjauhi Allah. Karena banyak orang yang sibuk menimbun harta sampai lupa akan kewajibannya, yaitu beribadah kepada Allah. Semakin banyak harta, semakin besar celah untuk terlena.
Imam Ghazali pernah memberikan nasihat, “Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk mengumpulkan harta karena takut miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.”
Karena sangat disayangkan, di dunia yang sementara ini, manusia sibuk mengejar fatamorgana. Waktu yang berharga telah disia-siakan. Rohani menjadi semakin miskin, setan pun membelenggu. Mari belajar dari kisah Qarun, bahwa hidup tidak melulu soal mencari kekayaan. Tapi mensyukuri apa yang sudah Allah berikan dengan mendekatkan diri kepada-Nya.
Visits: 435