
Jangan Jadikan Ilmu sebagai Jalan Menuju Neraka
Ilmu adalah cahaya, yang dengannya seseorang mampu keluar dari gelapnya kehidupan tanpa pengetahuan, menuju dunia baru yang lebih baik. Namun apa jadinya jika seseorang yang memiliki Ilmu malah membuat pintu neraka terbuka lebar baginya?
Jika dimaknai dari sisi bahasa, ilmu adalah mengetahui atau memahami. Tidak cukup bagi seseorang dikatakan berilmu jika hanya sebatas mengetahui ilmu tersebut, karenanya sangat dibutuhkan pemahaman. Orang yang dikatakan memahami sesuatu, adalah ketika ia mampu memperlihatkan hasil dari pengetahuannya, dampak dan pengaruhnya, termasuk salah satunya dalam hal bersikap.
Pada hakikatnya semua ilmu mengantarkan manusia kepada tujuan yang mulia dan membuahkan perkara-perkara bermanfaat, baik ilmu yang berkaitan dengan dunia maupun yang berkaitan dengan akhirat. Apabila keduanya berjalan beriringan, maka ilmu akan membimbing manusia kepada jalan yang benar, memperbaiki akidah, meningkatkan kualitas akhlak dan amalan sehingga orang yang berilmu akan bersikap lebih bijaksana, beradab, toleran, bersifat kritis yang positif namun mampu memberi solusi membangun. Orang yang berilmu cenderung memiliki karakter merendah diri tapi mampu mengangkat orang lain.
Namun sudah menjadi sunatullah bahwa syaitan akan terus menjerumuskan manusia pada keburukan. Dan orang yang berilmu pun tak luput dari godaan syaitan. Bibit ketakaburan mulai disemai olehnya, hingga seseorang yang memiliki ilmu namun lemah dalam keimanan akan terjebak dalam ketakaburan yang akhirnya mengundang azab Allah Ta’ala. Seperti halnya gambaran umat terdahulu yang berbangga dengan ilmu yang sedikit, lalu mendustakan tanda-tanda nyata utusan Allah sebagaimana tercantum dalam Al Quran:
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allâh yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (QS. Al-Ghâfir 40: 83)
Seorang manusia yang berbangga diri dengan ilmu yang dia miliki, menganggap rendah orang lain, mempertontonkan kepiawaiannya dalam berbicara hanya semata-mata untuk mendapatkan pujian dari manusia, sesungguhnya telah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam neraka. Bahkan seperti yang tertera pada ayat di atas, dengan ilmu yang masih terbatas sebagian manusia mampu mendustakan kebenaran dan menolak utusan Allah, hingga pada akhirnya ilmu yang ia miliki membawanya pada kemurkaan dan mengundang azab Allah Ta’ala.
Berkaitan dengan ilmu di lain sisi Rasulullah S.A.W. juga menyampaikan pesan penting kepada umatnya, beliau S.A.W. bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka.” (HR. Tirmidzi)
Oleh karenanya, berupayalah mengawal ilmu dengan kekuatan iman, senantiasa bersikap waspada dalam menjaga kualitas ilmu dengan terus meningkatkan keimanan. Karena ilmu tanpa iman akan membuahkan kehancuran.
Pendiri Jamaah Ahmadiyah menyampaikan, “Ingatlah, kata-kata dan ungkapan saja tidak bermanfaat kecuali diikuti dengan amal perbuatan. Kuatkanlah keimanan kalian. Amal adalah senjata keimanan. Jika gaya hidup manusia tidak benar, maka di sana tidak ada keimanan.”
Jadi dalam hal mencari dan memahami ilmu pengetahuan, perlihatkanlah efeknya pada sikap atau akhlak. Sebab hakikatnya, seseorang yang memiliki banyak pengetahuan akan semakin mengikis hilang rasa pengakuan dan kesombongan atas dirinya, sehingga yang terlihat adalah perubahan baik dari adab dan perilakunya kepada orang lain.
Visits: 311