
Jejak Kebaikan dan Keburukan di Dunia
Kematian adalah hal yang pasti bagi setiap makhluk yang bernyawa. Sebagaimana firman Allah S.W.T di dalam surah Al-Ankabut, ayat : 58 yang artinya, “Setiap jiwa akan merasakan maut. Kemudian kepada kami-lah kamu akan dikembalikan”
Bagi orang-orang yang beriman, yang selalu condong berada di jalan Allah, yang tetap teguh dalam keimanan mereka, serta selalu mengerjakan amal-amal saleh, maka ada ganjaran yang akan mereka peroleh jauh melebihi segala yang lepas dari tangan mereka demi kepentingan Allah S.W.T.
Sementara bagi orang-orang yang ingkar, bagi mereka ada azab serta hukuman yang akan menimpa, dari segala penjuru di luar dugaan mereka.
Mengingat hal di atas yang memang sudah pasti akan kita alami, apa yang sudah kita persiapkan? Apakah kita sudah melaksanakan segala perintah, serta menjauhi segala larangan-Nya supaya jalan keridhoan-Nya pun senantiasa mengiringi kita? Apakah selama hidup kita sudah beribadah sekuat tenaga, berkorban semampu kita, serta berbuat baik kepada sesama?
Hal tersebut akan mengantarkan kita kepada suatu masa di mana kita sudah tiada, namun kebaikan kita akan hidup terkenang, dan menjadikan amalan yang terus mengalir.
Sebagaimana kisah para nabi pilihan Allah, yang dengan sifat mulia penuh ketakwaan. Dengan segala kesabaran keimanan yang teguh, dengan penuh pengkhidmatan di jalan Allah Ta’ala, serta menjadi suri tauladan bagi semesta alam. Menjadikan mereka seakan hidup kekal.
Harusnya kita pahami bahwa, setiap amal akan terus membekaskan jejak-jejaknya secara terselubung. Bagaimana pun bentuk perbuatan manusia, sesuai dengan itu Allah Ta’ala akan memperlihatkan kuasanya. Dan Allah Ta’ala itu tidak akan membiarkan dosa atau kebaikan tersebut menjadi sia-sia. Melainkan jejak-jejaknya akan dituliskan pada hati, wajah, mata, tangan dan kaki. Inilah amal perbuatan yang akan zahir secara terbuka pada kehidupan akhirat.
Dalam dunia yang merupakan persinggahan tentunya kita berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan kehidupan kita kelak di akhirat. Kita tanamkan segala bibit kebaikan, yang telah diajarkan para utusan Allah S.W.T.
Namun sungguh disayangkan dalam keadaan di zaman sekarang. Banyak orang yang memiliki ketamakan yang berlebihan kepada dunia, mereka melekatkan hati kepada dunia. Sehingga merintangi diri mereka untuk mencari akhirat.
Manusia yang telah cendrung kepada dunia, mereka seakan tuli, yang tak dapat mendengar seruan kebaikan. Mereka seakan buta yang tak mampu melihat segala kebenaran, bahkan hati mereka seakan mati, rasa empati terhadap sesama manusia pun akan terancam hilang dari nurani.
Apa yang dapat mereka banggakan dengan rasa ingkar mereka sementara tanpa kasih sayang tuhan, mereka bagaikan orang mati yang tak berguna.
Di kutip dari satu hadist yang bunyinya, “Banyak orang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna” (HR. Imam Syafi’i)
Dari hadist di atas, tentunya menjadi suatu keinginan setiap jiwa, bahwa meski kita sudah tiada, semoga nama baik kita akan tetap kekal. Kita akan terus berusaha menjadi manusia yang berguna bagi sesama, penuh ketakwaan serta kecintaan kepada Allah SWT dengan penuh penghambaan.
Visits: 239
Masyaallah…Mubarak Bu Cucu