KEKAYAAN HATI

Jika manusia selalu memandang luasnya langit maka tidak ada hasrat yang mampu menghentikan nafsunya kecuali mati. Ini adalah watak fitrah manusia yang tidak akan pernah merasa puas akan keinginannya. Semakin manusia memiliki harta, semakin ingin memiliki lebih banyak lagi harta dunia. Tidak akan pernah puas sampai akhir hayat di ujung hidupnya. 

Itulah mengapa Rasulullah SAW. bersabda: “Jika manusia memiliki dua jurang berisi uang maka Dia akan mencari jurang berisi uang yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut manusia kecuali tanah. Allah menerima tobat orang yang bertobat.” (HR. Bukhari) 

Ukuran kaya bukan seberapa banyak rumah, seberapa tinggi gedung, seberapa panjang mobil terparkir di garasi yang dimiliki.  Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta. Namun kekayaan hati.” (HR. Bukhari).

Lantas, apa yang dimaksud kaya hati? Yaitu ikhlas menerima pemberian dari Allah SWT. setelah berusaha. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits, “Ridha Allah dengan pemberian Allah, maka kamu adalah hamba yang paling kaya.” (HR. Tirmidz)

Bersyukur merupakan satu amalan yang senantiasa dianjurkan Islam, karena bersyukur sungguh meringankan hati dari jeratan nafsu mengejar duniawi. Langkah langkah yang harus dilakukan supaya selalu bersyukur adalah:

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Lihatlah orang yang ada di bawah kalian. Dan janganlah melihat kepada orang yang di atas kalian. Hal itu lebih pantas untuk tidak meremehkan nikmat dari Allah kepada kalian.” (HR. Muslim)

Inilah kunci kebahagiaan hidup. Ridho dengan apa yang Allah berikan kepada kita, penuh rasa syukur akan membuat hati kita tenang, pikiran dan hati pun menjadi lapang. Dengan bersyukur, InsyaAllah menyebabkan kita mampu menggapai ridho Allah SWT. dalam menjalani hidup. Dan ridho-Nya inilah kebahagiaan sejati yang sesungguhnya. 

Imam Syafi’i mengatakan, “Apabila sikap hatimu selalu rela dengan apa yang ada, maka tidak ada perbedaan bagimu antara dirimu sendiri dan para hartawan.” Tidakkah ini luar biasa? Kita bisa merasakan, bahkan memiliki kekayaan yang lebih dari para hartawan, hanya dengan merasa cukup. 

Karena seringkali tanpa kita tahu, banyak dari hartawan itu yang tak memiliki perasaan cukup. Terbenam di antara hartanya yang sudah sedemikian melimpah, mereka masih bisa merasa kekurangan. Karena itulah perasaan cukup, bersyukur atas apapun yang dimiliki, justru mampu menyamakan -bahkan lebih- manusia yang hartanya tidak berlimpah dengan mereka yang sudah memiliki harta berlimpah. 

Kemewahan duniawi sungguh tidak mampu menjanjikan kebahagiaan hakiki, ia justru memiliki jerat kuat untuk menjadikan hati semakin tamak. Karenanya kita sangat membutuhkan rasa syukur dan tawakal. Kita tidak akan silau oleh kemewahan dunia, karena hati kita penuh tawakal. Dan itulah kekayaan hati yang sejati. 

Visits: 227

Sri Wahyuni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *