
KEKUATAN TOBAT DAN ISTIGHFAR
Kata “taubat” dan “istighfar” adalah dua istilah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Makna dalam kata taubat adalah kita menyadari kekeliruan yang kita lakukan dan ingin memperbaiki serta tidak mengulangi kekeliruan tersebut. Istighfar, jika disebut sendirian, maka maknanya adalah menutup dosa-dosa, menghilangkan dampak dari dosa, dan memohon ampunan dari Allah SWT.
Jelas kiranya bahwa manusia secara alamiah memang lemah sekali, namun dibebani demikian banyak peraturan Ilahi. Karena kelemahan dirinya itu, maka manusia tidak sempurna melaksanakan perintah-perintah Ilahi, terkadang malah dikalahkan hawa nafsu dirinya yang cenderung mengundang dosa. Karena fitrat kelemahan dirinya itu maka setiap kali tergelincir, perlu baginya bertobat dan memohon ampun agar rahmat Ilahi dapat menyelamatkannya dari kerugian.
Sesungguhnya jika Tuhan bukan merupakan Wujud Yang menerima pertobatan, maka manusia tidak akan dibebani dengan demikian banyak ketentuan dan perintah. Hal ini membuktikan secara meyakinkan kalau Tuhan itu cenderung kepada manusia dengan Rahmat-Nya dan bersifat Maha Pengampun.
Tuhan mengaruniakan suatu bentuk wahyu kepada setiap orang yang disebut sebagai cahaya hati yang merupakan fitrat guna membedakan di antara yang baik dan buruk. Ketika manusia melakukan dosa, lalu dengan penuh keyakinan melakukan tobat dan beristighfar, maka Allah akan mengampuninya.
Rasulullah saw. membaca istighfar sebanyak 70 kali, padahal beliau terpelihara dari dosa dan dengan satu kali istighfar saja dosa-dosa di masa lampau dapat diampuni. Maka dari itu terbukti bahwa makna istighfar adalah supaya Allah Ta’ala menekan/menjauhkan setiap kelalaian dan dosa di masa mendatang, serta supaya sama sekali jangan sampai dosa terjadi.
Hal ini jugalah yang terbukti dari ayat, “fa laa tuzakku anfusakum” (maka janganlah kamu membersihkan dirimu). [1] Hal senada selaras dengan sabda Hadhrat Masih Mau’ud as., “Yakni, menjadi ma’shum (suci dari dosa) dan menjadi terpelihara, bukanlah pekerjaan kalian, melainkan pekerjaan Allah. Setiap nur dan kekuatan, hanya datang dari langit.” [2]
Rasulullah saw. juga bersabda, “Barangsiapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” [3]
Semoga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang senantiasa melangkah di atas jalan-jalan pertaubatan selama nyawa masih bersemayam di dalam raga. Aamiin.
Referensi:
[1] QS. An-Najm 53: 33
[2] Malfizat, jld VI, hal. 4
[3] HR. Ahmad
Visits: 67