
Ketakwaan Sumber Kemuliaan dan Kehormatan Manusia
Pada zaman ini kekacauan merebak di berbagai belahan dunia. Kita banyak menemukan kekacauan yang ditimbulkan atas nama agama. Ada juga kekacauan yang ditimbulkan demi membuktikan kekuatan dan keunggulan duniawinya, serta timbul pula kekacauan untuk membuktikan keunggulan ras atau garis keturunan. Tak jarang kekacauan antarsuku dan etnik budaya menimbulkan keresahan yang mengusik ketenangan warga masyarakat.
Kita dapat melihat dari sisi mana pun, maka akan kita temukan kekacauan yang meliputi dunia sehingga membawa pada kehancuran. Mereka melupakan Allah Ta’ala dan menganggap dunia sebagai sembahannya sehingga nyaris menjadi tuhannya. Kini kita tengah berjalan selangkah demi selangkah menuju jurang kehancuran, bahkan sudah mendekatinya.
Realitas keberagaman sepatutnya menjadi media yang membangun solidaritas yang penuh kedamaian tanpa ada pertikaian dan permusuhan. Karena, sejatinya perbedaan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, sehingga kita perlu menyikapinya secara bijak untuk saling belajar dan bertukar pikiran.
Allah Ta’ala sendiri telah mengatur bagaimana menyelesaikan kekacauan di dunia ini yaitu dengan menciptakan kecintaan dan persaudaraan satu sama lain serta menimbulkan kesadaran untuk mengenal-Nya. Namun, sayangnya umat Muslim tidak mau menaruh perhatian akan hal tersebut dan inilah yang menyebabkan umat Muslim paling banyak mengalami kekacauan di dunia saat ini. Pemimpin agama dan pemerintahan mendorong mereka pada kegelapan sehingga satu sama lain terjebak dalam ajang saling membunuh diantara para penduduk.
Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda, “Bukanlah ciri khas orang mutaki (bertakwa) bahwa mereka terlibat dalam perselisihan antaretnis, sebab Allah Ta’ala telah memutuskan bahwa bagi-Nya status suku bangsa (etnis) tidak mempunyai arti apa-apa, sebab yang dapat menimbulkan kehormatan dan kebesaran sejati hanyalah ketakwaan.”
Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis aba. mengutip sabda Hadhrat Masih Mau’ud as., “Dengarlah! Tingkatan pertama keimanan adalah hendaknya manusia bertakwa.” Kemudian beliau .as. bersabda, “Apakah takwa itu? Jawabannya adalah, menghindarkan diri kita dari segala jenis keburukan. Nilai pembeda yang membuat seorang hamba dipandang mulia adalah karena ketaatannya kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya, bukan karena keturunan dan kedudukan. Kita hendaknya selalu menginstopeksi diri, melakukan perbaikan diri menjadi orang yang senantiasa menghidupkan kerohanian, barulah kita akan menjadi peraih keridhaan Ilahi dan kehormatan.”
Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud as. menjelaskan bahwa,” Taat secara sempurna kepada segala perintah Allah Ta’ala dan hanya meraih keridhaan-Nya semata, bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini adalah suatu perkara yang memerlukan upaya gigih dan selalu memanjatkan doa.” [*]
Kita harus mendidik diri sendiri dan memperbaiki diri sendiri sebelum menyebarkan dan menablighkan agama. Sehingga kita menjadi pancaran keindahan serta kejuitaan sifat-sifat Allah Ta’ala. Ciptakanlah ketakwaan di dalam diri karena jika takwa ada maka seluruh pekerjaan pun perlahan-lahan akan terselesaikan.
Semoga kita menjadi orang-orang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah Ta’ala dengan tulus semata-mata hanya ingin meraih ridha-Nya. Semoga Allah memberikan jalan-Nya untuk dapat melaksanakan perbaikan amal perbuatan kita agar tergolong menjadi orang yang bertakwa.
Referensi:
[*] https://ahmadiyah.id//khotbah/ketakwaan-dan-kedekatan-dengan-allah
Visits: 50