
KIAT MENGATUR KEBUTUHAN HIDUP MENURUT AGAMA
Pernah dengar istilah lapar mata? Pasti pernah ya. Ungkapan ini sering kita dengar khususnya bagi yang punya hobi shopping atau belanja-belanja.
Siapa sih yang tidak ingin memiliki kalau lihat baju model terbaru, tas keluaran terbaru, sepatu dan sebagainya yang terbaru apalagi kalau itu barang diskonan. Pasti dah buru-buru diangkut, kata emak-emak.
Tapi haruskah keinginan-keinginan itu kita turuti, terlebih tanpa pertimbangan, apalagi hanya untuk melengkapi barang koleksi saja? Tentu kalau dipandang dari sisi kemanfaatan, itu termasuk dalam kategori pemborosan.
Terlebih di masa pandemi saat ini yang mengakibatkan dampak yang besar di bidang ekonomi. Semua orang ikut merasakan dampaknya dalam kehidupan. Harus pandai-pandai dalam mengatur keuangan dan sebisa mungkin pengeluaran yang tidak penting harus bisa dihindari.
Allah Ta’ala sangat tidak menyukai sifat boros dalam hal keduniaan. Seperti yang difirmankan dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya para pemboros itu saudara setan, dan setan tidak tahu berterima kasih kepada Tuhannya.” (QS Al-Isra: 28)
Tafsir ayat ini adalah, “Orang yang tidak mempergunakan anugerah-anugerah Tuhan dengan cara yang baik, sebenarnya tidak bersyukur terhadap-Nya, dan ia yang memboroskan kekayaannya, pada hakikatnya mencari jalan untuk menghindari kewajiban-kewajiban yang terletak di atas pundaknya untuk mempergunakannya dengan cara yang baik.”
Pemborosan yang dilakukan tidak pada tempatnya adalah bentuk ketidak-syukuran kita kepada Sang Maha Pemberi Rezeki. Memang betul jerih payah atas kerja keras yang dilakukan seseorang tidak ada salahnya digunakan untuk memanjakan diri. Namun bila digunakan hanya untuk menghambur-hamburkan tanpa perhitungan, sama saja dengan menunjukkan seolah-olah tidak ada campur tangan Allah Ta’ala atas usaha keras seseorang.
Teringat sebuah kisah dua orang pemuda yang sedang makan di sebuah restoran. Mereka memesan makanan yang sangat banyak sampai-sampai mereka tidak mampu menghabiskan makanan mereka.
Tingkah mereka diperhatikan oleh seorang nenek. Si nenek kemudian menghampiri mereka dan menegur tingkah laku mereka. Si nenek berkata, “Wahai, Anak Muda! Kenapa kalian tidak memesan makanan sesuai dengan kemampuan kalian memakannya dan tidak membuatnya menjadi mubazir seperti ini?”
“Tahukah kalian makanan yang kalian sia-siakan ini adalah asalnya dari sumber daya alam yang sangat dibutuhkan juga oleh orang-orang yang tidak mampu? Betul kalian yang memiliki uang untuk membelinya. Tetapi bila kalian hambur-hamburkan, di luar sana masih sangat banyak yang sangat membutuhkan.”
Mendengar kata-kata si nenek, dua pemuda itupun merasa malu dengan apa yang diperbuatnya.
Lalu bagaimana sebenarnya agama membimbing kita dalam mengatur kebutuhan hidup? Hal ini dinasehatkan oleh Imam Syafii. Beliau berkata, “Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak.”
Agama Islam adalah agama yang bukan hanya mengajarkan teori namun juga praktik nyata yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Beliau SAW. dalam hidupnya sangatlah mengutamakan kesederhanaan. Padahal jika beliau SAW. memintanya, mungkin Allah Ta’ala akan memberikan semuanya untuk beliau.
Namun beliau tidak melakukan hal itu hanya untuk menuruti hawa nafsu semata. Sebaliknya, beliau SAW. mencontohkan apa yang lebih penting dan lebih dibutuhkan saat itu maka itulah yang harus lebih diutamakan.
Karena itu jika kita merasa sebagai umat Rasulullah SAW. seharusnya yang kita lakukan adalah meneladani semua yang beliau amalkan selama hidup beliau. Apalah gunanya pengakuan sebagai umat beliau SAW bila amalan-amalan beliau malah kita pilah-pilah untuk kita laksanakan.
Visits: 320
Memang biasanya kaum emak yang suka belanja. Harus belajar mengendalikan keinginannya