
Korupsi Agama Menyesatkan Sesama
Rakyat Indonesia tak asing lagi mendengar deretan tindak pidana korupsi yang menghiasi ranah jurnalistik negeri ini. Tak tanggung-tanggung, kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari tindakan amoral tersebut mencapai triliunan rupiah.
Hal ini membuat kita bertanya, apakah saat melakukan tindakan tersebut, para pelaku tidak pernah memikirkan dampaknya bagi masa depan generasi bangsa? Apakah pelakunya mengalami demensia atau short term memory loss akan ajaran agama yang dianutnya saat tindakan amoral itu dilakukan?
Harus diakui, sehebat itulah bisikan syaitan pada manusia yang lemah imannya, untuk memenuhi hasrat akan dunia. Padahal di sisi Allah, nilai kenikmatan dunia hanyalah seumpama air yang menempel di ujung jari saat kita mencelupkannya ke lautan luas.
Di sisi lain ada pula kasus korupsi dari sudut pandang berbeda yang jauh lebih unik terjadi di negara ini. Pada beberapa tempat, sekelompok orang dengan lantang menyerukan ajaran Islam dengan tampilan memukau, berbalut jubah yang dianggap bernilai Islami.
Namun di saat yang sama, mereka mengajak untuk merusak rumah ibadah, memprovokasi umat dengan ujaran kebencian, begitu mudah menyesatkan sesama muslim lainnya, hingga mengobarkan api permusuhan yang justru sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam yang sesungguhnya.
Bukankah dalam Al Quran Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS. Al-Anbiya 21: 107]
Lantas, untuk siapa itu semua mereka lakukan? Apakah untuk menyebarkan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin? Demi membela agama yang Allah sendiri memiliki kuasa penjagaan mutlak atasnya? Alih-alih mendapatkan kemajuan, agama yang penuh dengan kasih sayang seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w., tindakan-tindakan anarkis tersebut justru akan mencemari ajaran Islam.
Secara sadar atau tidak, sejatinya yang telah dilakukan oleh oknum-oknum tersebut bukanlah murni untuk Allah dan Rasul-Nya. Namun lebih kepada dorongan nafsu pribadi atau kelompok yang dibisikkan oleh syaitan di dada mereka. Saat itu mereka seolah-olah lupa akan peringatan Agung yang telah Allah ta’ala firmankan, “Janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan.” (QS. Al-Baqarah 2: 169)
Di tempat lain Allah juga mengajarkan kepada kita, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.”[QS. An-Nahl 16: 125]
Syaitan telah membuat tindakan buruk yang mereka lakukan tampak indah, seolah sejalan dengan kebenaran. Kata-kata dan tampilan lahiriah mereka menghipnotis masyarakat awam. Padahal tindakan yang mereka lakukan sangat berbanding terbalik dengan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Inilah yang termasuk cikal bakal korupsi agama sebagaimana sebuah kutipan yang disampaikan oleh Imam Al Gazali, “Korupsi agama berasal dari mengubahnya ke kata-kata belaka dan penampilan.” Sebagaimana syaitan meracuni koruptor dunia hingga mabuk akan harta dan tahta. Demikian pula syaitan mendorong manusia jatuh dalam jeratan korupsi agama. Hal ini bukan hanya berbahaya bagi dirinya sendiri saja, namun juga melahirkan dampak buruk bagi orang lain yang mengikuti ajakan serta arahan menyimpang mereka dengan kedok agama.
Karenanya, sebagai hamba Allah yang beriman dan menjunjung tinggi nilai ajaran Islam, perbanyaklah bertabayyun dengan mengkaji dan memahami sungguh-sungguh Islam melalui Al-Qur’an. Pelajari dan ikutilah peri kehidupan akhlak Rasulullah s.a.w. yang begitu mulia, agar kita terhindar dari koruptor-kuruptor agama yang menjadikan Islam sebagai hiasan di bibir dan tampilan lahiriah saja.
Visits: 157