LIMA MENIT BERWISATA RELIGI DALAM PESONA BATIK

Tring! Tanggal 1 Oktober WAG HP sudah heboh penuh dentingan pesan untuk hari esok. Mengingatkan ramai-ramai untuk jangan lupa tanggal 2 Oktober harus pakai kostum batik. 

Aku yang saat ini hanya mampu terbaring karena belum pulih dari operasi tetap merasa tenang karena kebanyakan baju kebesaran di rumah sejak sakit ini adalah daster katun. Terasa dingin dan nyaman. Mayoritas bermotif batik. Ohoy! Aku akhirnya bisa seperti yang lain ikut memeriahkan hari ini berbusana batik di kasur. 

Syukurlah di tahun-tahun sekarang, batik sudah naik pamor setelah sekian lama terpuruk dan hanya dipandang sebelah mata. Dulu batik dianggap pakaian kuno yang hanya dipakai oleh orang-orang zaman baheula yang sudah sepuh.

Kini batik sudah berubah penampilan dan pengakuan di segala lapisan masyarakat. Aku jadi teringat saat berkesempatan akan ke Luar negeri. Saat itu ada keharusan terdengar, orang Indonesia kalau mau ke Luar Negeri harus membawa baju batik. Kubelilah dua potong kain batik, dijahit. Tak lama baju itu jadi dan langsung disimpan di koper. Hati pun merasa aman. 

Tak hanya itu, dengan banyaknya kasus kesulitan menemukan kain ketika ada kejadian meninggalnya seseorang maka pra-koperasi cabang kami membuka order penjualan kain batik. Aku pun tak ketinggalan order karena kudengar ada nasihat setidaknya kita harus selalu memiliki persediaan 7 kain batik di rumah. Entahlah apakah nanti akan dipakai sendiri atau untuk orang lain.     

Selain fenomena pribadi di atas, sebenarnya apa sih yang melatar belakangi bangsa Indonesia untuk ikut peduli pada gaung batik? Berikut alasan para pemerhati batik sehingga mengatakan warga Indonesia wajib dan tak boleh malu memakai batik, diantaranya:

– Melestarikan budaya nusantara

– Mengenalkan budaya Indonesia

– Membangkitkan semangat nasionalisme

– Membantu roda ekonomi masyarakat

– Membuktikan batik itu fashionable untuk segala usia dan aneka acara dari formal hingga informal, sudah merupakan fashion dunia 

– Pengakuan internasional

– Digandrungi tokoh internasional

– Ada beragam makna filsafat dalam setiap pola dan motif batik Indonesia

Melihat animo tinggi dari level pejabat hingga rakyat biasa terhadap batik membuat hati ini ikut bangga. Kata-kata yang baik dan contoh teladan dari pejabat sebagai pimpinan memang berpengaruh besar terhadap pesatnya kenaikan roda perekonomian perbatikan.

Ditemukan data bahwa batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. Unesco kini telah menjadikan batik sebagian warisan dunia. Tentu semua sudah tahu  sejarah Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tahunnya pada 2 Oktober, berawal saat batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh badan PBB, UNESCO.

Tak heran bila di era ini, batik telah menembus pasar dunia dan selalu mendapat rating tinggi di dunia fashion. Bangsa Indonesia sebagai pemilik asli warisan batik dari leluhur tentunya harus menjadi pen-support batik tertinngi. 

Sebab, batik merupakan bagian dari produk dalam negeri kebanggaan tanah air. Ikut serta berpartsipasi dalam mencintai batik sama halnya dengan berkontribusi pada nilai cinta tanah air. Huzur berpesan, “Cinta Allah, cinta tanah air. Untuk mencintai Tuhan secara benar, maka Islam memerintahkan untuk mencintai tanah airnya.” (Hazrat Mirza Masroor Ahmad aba, Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian, Hal. 29-40)

Ketika dikaji lebih dalam, di balik batik terkuak nilai religi. Banyak sekali nilai luhur serta filosifi dalam setiap motif batik. Setiap orang pasti punya kesukaan masing-masing terhadap motif batik pilihannya. Aku pribadi pun begitu suka pada motif mega mendung tanpa tahu apa makna dan pesan agama yang tersirat dalam motif itu. Saat itu aku hanya terkesima dengan harmonisasi guratan sang pelukis batik berseni tinggi sehingga nikmat dipandang mata.  

Di Hari Batik ini aku tertarik belajar menyingkap nilai-nilai akhlak yang terbenam dalam pesona motif batik. Sesuatu yang indah ketika digali lebih dalam pasti memiliki keindahan yang lebih hakiki yang akan menghubungkan pada Tuhan.

Tak ada salahnya memperoleh ajaran akhlak melalui batik karena setiap orang harus berjuang keras untuk mampu menangkap hikmah sehingga berakhlak baik dengan fasilitas yang Tuhan berikan di depan mata.

Siapkan waktu yang panjang untuk menarik ajaran akhlak dari batik, namun untuk lima menit saja mari kita nikmati dulu filosofi beberapa jenis batik dari 1000 lebih motif batik di Indonesia.

  1. Batik Parang Kusumo (Solo)

Kehidupan harus dilandasi oleh perjuangan dan usaha. Perjuangan nyata dalam rangka untuk mencapai keharuman lahir dan batin. Keharuman pribadinya tanpa meninggalkan norma yang berlaku dan sopan santun.

  1. Batik Mega Mendung (Cirebon)

Dalam kehidupan manusia sebagai sifat yang sabar, tidak mudah marah.

  1. Batik Sidomukti (Solo dan Yogyakarta)

Sidomukti berasal dari kata “sido” yang berarti jadi atau menjadi atau terus menerus sedangkan “mukti” yang berarti mulia dan sejahtera.

  1. Batik Tujuh Rupa (Pekalongan)

 Menggambarkan ciri kehidupan masyarakat pesisir yang mudah beradaptasi pengaruh budaya luar. akulturasi ikatan kebudayaan leluhur yang dalam lukisannya memiliki kefasihan dan kelembutan. 

  1. Batik Lasem (Rembang)

Pertama kali menerima kedatangan warga Tionghoa di Nusantara pada zaman Laksamana Cheng Ho, memiliki gaya perpaduan yang selaras antara gaya China dengan Jawa. Batik ini merupakan perpaduan dan hasil akulturasi dua budaya. 

  1. Batik Singa Barong (Cirebon)

Simbol-simbol yang bersifat spirititual. Lebih memaknai garuda yang bersayap seperti burak atau bauraq sebagai lambang agama Islam, sedangkan gajah sebagai lambang agama Hindu, dan naga sebagai lambang agama Budha (atau budaya Cina), dan yang terakhir adalah singa sebagai lambang agama Protestan (atau budaya Eropa Barat).

  1. Batik Sekar Jagad (Solo dan Yogyakarta)

Melambangkan keberagaman baik di dalam Indonesia maupun di seluruh dunia.

  1. Batik Pring Sedapur (Magetan)

 Mengandung arti hidup rukun dan tentram.

  1. Batik Sidoluhur (Solo)

Satu bentuk doa sang pemakai agar selalu sehat jasmani rohani, serta menjadi orang yang terhormat dan bermartabat.

  1. Batik Priyangan (Tasikmalaya)

Memberikan kesan semangat kesederhanaan, terbuka, dan pluralis juga memperlihatkan kesan imut selaras dengan citra umum wanita sunda.

  1. Batik Kawung

Pengendalian diri yang sempurna, hati yang bersih tanpa adanya keinginan untuk ria.

  1. Batik Tambal (Yogyakarta)

Mempunyai arti menambal sesuatu atau memperbaiki sesuatu yang telah rusak. 

Selain itu, ditemukan kupasan lain tentang kandungan makna dibalik motif yang tak kalah berarti. Motif Udan Riris, ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Motif Parangkusuma,  hidup harus dilandasi oleh perjuangan utk mencari keharuman lahir dan batin, ibaratnya keharuman bunga (kusuma). 

Motif Parikesi, untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit. Motif Kawung, keinginan & usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Motif Truntum, tumbuh dan berkembang. Motif Sidaluhur, keluhuran. Motif Sidamukti, kemakmuran.

Motif Megamendung, dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya melambangkan kehidupan manusia secara utuh. Motif parang Barong, seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan

Luar biasa, batik ternyata bukan sembarang batik. Hari ini kita tengah berwisata religi, belajar banyak hal dari sebuah kain yang bernama batik. Setinggi apapun ilmu bila sudah pada tahap terdalam, ia akan mengantarkan makhluk-Nya pada sang Maha Pencipta. 

يُؤۡتِى الۡحِكۡمَةَ مَنۡ يَّشَآءُ‌‌ ۚ وَمَنۡ يُّؤۡتَ الۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ اُوۡتِىَ خَيۡرًا كَثِيۡرًا‌ ؕ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al-Baqarah Ayat 270)

 .

.

.

Penulis: Iim Kamilah

Editor Muhammad Nurdin

Visits: 51

Iim Kamilah

1 thought on “LIMA MENIT BERWISATA RELIGI DALAM PESONA BATIK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *