Makna Idulfitri: Tentang Perayaan atau Kemenangan?

Hari Raya Idulfitri merupakan perayaan besar yang menjadi momen kemenangan bagi seluruh umat Muslim. Kemenangan ini dicapai setelah umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan berjuang mengendalikan nafsu serta menjauhi berbagai keburukan di bulan Ramadan. Selain itu, Idulfitri juga menjadi momen bagi umat Muslim untuk saling bermaafan. Dalam perayaan ini, setiap Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan kemaslahatan.

Idulfitri dirayakan sebagai ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur atas selesainya ibadah puasa di bulan Ramadan serta kembalinya umat Muslim kepada fitrah yang suci pada 1 Syawal. Sementara itu, Iduladha dirayakan pada 10 Zulhijah untuk memperingati kebahagiaan memperoleh berkah haji serta mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. Dari satu sisi, jemaah salat Idulfitri menjadi gambaran keagungan agama dan budaya Islam. Oleh karena itu, laki-laki, perempuan, dan anak-anak dianjurkan untuk ikut serta dalam pelaksanaannya.

Secara khusus, perayaan Idulfitri yang identik dengan mengenakan pakaian baru memiliki makna yang lebih dalam. Memakai pakaian baru hanyalah sunnah, sedangkan makna yang lebih utama adalah anjuran untuk meningkatkan ketakwaan setelah perayaan Idulfitri. Artinya, umat Muslim yang telah menjalankan ibadah puasa dan amalan sunah lainnya di bulan Ramadan diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas diri serta keimanan dengan menjalankan ibadah yang lebih baik setelah Ramadan berakhir.

Meskipun hal ini tidak selalu mudah, seseorang yang mampu menjaga serta meningkatkan ibadahnya setelah Ramadan merupakan tanda bahwa ibadah yang telah dilakukan selama bulan suci tersebut diterima oleh Allah SWT. Motivasi ini seharusnya menjadi dorongan bagi setiap Muslim agar terus berupaya memperoleh kebaikan dan keberkahan.

Menurut Prof. H. M. Baharun, hakikat perayaan Idulfitri sejatinya adalah perayaan kemenangan iman dan ilmu atas nafsu dalam jihad Ramadan. Umat Islam yang berhasil menundukan nafsunya selama bulan Ramadan akan kembali dalam keadaan fitrah dan layak merayakan Idulfitri dengan cara yang baik serta benar.

Khalifatul Masih V aba. Dalam salah satu Khutbah Idulfitri mengatakan, “Adapun perayaan ‘Id yang biasa kita rayakan, maka itu adalah perkara yang sudah ditetapkan waktunya tetapi kita diperintahkan untuk merayakannya juga. ‘Id yang hakiki yaitu yang memotivasi insan pada amalan yang senantiasa berlanjut terus-menerus, maksudnya ia akan tetap menaruh perhatian menjalankan secara permanen, inilah tujuan kita atau harus senantiasa menjadi tujuan kita. Kita berdoa kepada Allah Ta’ala semoga memberikan taufik kepada kita semua untuk itu.” [1]

Referensi:

[1] Khutbah Idulfitri Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 30 Juli 2014 di Masjid Baitul Futuh, Morden, UK.

Visits: 36

Andi Nurabidah Siddiqah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *