Mari Perbaiki Akhlak untuk Kesempurnaan Iman

Di alam dunia ini, manusia pasti melalui dua fase kehidupan. Pertama, kehidupan yang dilalui dengan kesengsaraan dan penderitaan, kedua kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kekuasaan. Kedua fase ini akan membentuk akhlaknya masing-masing. Kesengsaraan dan kesulitan akan membentuk akhlak kesetiaan pada Tuhan-nya serta tetap bersiteguh di jalan-Nya. Selanjutnya timbul rasa syukur karena dipilih-Nya menjadi sosok yang teraniaya di jalan Allah SWT.

Bagian kedua, kehidupan yang penuh kesenangan dan kekuasaan terbentuklah akhlak pengampunan, bersabar dan mencintai para penganiaya. Tidak tamak akan harta kekayaan akan tetapi muncul sifat pemurah. Kedua bentuk sifat-sifat akhlak terwujud sempurna dalam wujud para nabi dan orang-orang suci. [1]

Hadhrat Rasulullah saw. merupakan yang paling menonjol berkaitan dengan hal ini. Kedua kondisi tersebut dengan begitu sempurna telah terwujud dalam sifat-sifat akhlak beliau, begitu cemerlang bagai sinar matahari, sehingga Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak luhur.” [2]

Sejarah telah mencatat bagaimana perjalanan Hadhrat Rasulullah saw. selama berada di Mekah, segala penderitaan dan kesengsaraan semua begitu sempurna dialami beliau. Hadhrat Rasulullah saw. melaluinya dengan penuh kesabaran dan ketawakalan tanpa ada keluhan serta keinginan untuk membalas.

Dikisahkan Hadhrat Rasulullah saw. tertidur di bawah sebuah pohon. Beliau saw. terbangun mendengar suara keributan, ternyata seorang baduy tengah menghunus pedang ke arah Beliau saw. seraya berkata, “Hai Muhammad (saw.)! Katakanlah, siapakah yang dapat menyelamatkan engkau dari tanganku saat ini?” Dengan tenang Beliau saw bersabda, “Allah.”

Kata “Allah” berdampak besar bagi orang baduy sehingga tangannya gemetar dan pedang pun jatuh. Pedang itu diambil oleh Hadhrat Rasulullah saw. dan bersabda, “Katakanlah, siapa yang dapat menyelamatkan engkau dari tanganku?” Akhirnya Hadhrat Rasulullah saw. memperlihatkan akhlak fadhilah dan bersabda, “Pergilah, engkau dibebaskan.” Hal ini berdampak orang tersebut masuk Islam. [3]

Sungguh Allah SWT. telah berikan penghargaan begitu sempurna kepada Hadhrat Rasulullah saw., sehingga Beliau saw. menjadi sosok terakhir pengemban amanat Allah SWT. Dan siapa pun nanti yang dipilih Allah SWT. harus mendapatkan cap pengesahan dari Beliau saw. Sungguh begitu benar bunyi hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.”

Oleh karena itu sudah sewajarnya bila kita mengaku beriman maka tampilan akhlaknya juga bagus. Yuk, sama-sama perbagus akhlak!

Referensi:
[1] Inti Ajaran Islam, hal. 314-316
[2] QS. Al-Qalam 68: 5
[3] Malfuzat, Add. Nazir Ishaat, London, 1984, jld. I, p. 39

Visits: 73

Erah Sahiba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *