
Melalui Puasa, Dapatkan Hadiah dari Allah Tanpa Batas!
Bulan Ramadan identik dengan bulan penuh berkah dan ampunan dosa. Bagi setiap muslim, bertemu kembali dengan Bulan Ramadan sama artinya dengan keberuntungan. Keberuntungan mendapatkan peluang untuk meraih banyak faedah berkat, karunia, hingga ampunan dosa dari Allah Taala.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.’” [1]
Mengerjakan puasa di Bulan Ramadan memiliki keistimewaan dibanding amalan yang lainnya. Amal kebaikan lain akan kembali kepada manusia menjadi sepuluh kebaikan bahkan lebih dari itu. Namun, amalan puasa Allah khususkan untuk diri-Nya, sehingga amalan puasa bisa tak terhingga pahalanya.
Amalan kebaikan seperti bersedekah, mengajarkan ilmu dan kebaikan lainnya, akan Allah balas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal. Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, laam itu satu huruf, dan miim itu satu huruf.” [2].
Dari hadits ini dapat kita pahami, begitu besarnya karunia dan rahmat Allah Taala kepada hambanya. Kebaikan membaca satu huruf dari Al-Qur’an pun dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
Balasan amalan kebaikan lainnya dituturkan oleh Salman bin ‘Amir adh-Dhabbi, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sedekah kepada orang miskin akan mendapat ganjaran sedekah, sedangkan (sedekah) kepada kerabat akan mendapatkan ganjaran dua kali lipat. Satu adalah ganjaran sedekah dan kedua ganjaran menunaikan hak kekeluargaan/silaturahmi.” [3]
Lantas, mengapa Allah Taa’la menyebutkan bahwa untuk amalan puasa tidak ada batasan bilangan? Hanya Allah Taa’la yang tahu seberapa besar pahala puasa tersebut. Dalam diri orang berpuasa tercermin ketaatan seorang hamba dan kesabaran dalam upayanya meraih ridha Allah SWT. Dalam berpuasa, seorang hamba diminta memperlihatkan kesabaran, tidak hanya memberikan penekanan pada doa-doa dan ibadah Nafal, beristigfar, dan bertaubat, tapi juga melakukan amal-amal soleh dan berjanji untuk selalu berjalan di atas ketaqwaan.
Demi meraih ridha Allah Taa’la, seorang hamba rela meninggalkan semua keburukan dan bersabar menahan segala kelemahan. Dia rela menahan diri dari rasa lapar, haus, dan gejolak emosi manusiawi. Dia berusaha menjauhi dusta, zina, dan perbuatan buruk lainnya yang membatalkan puasa. Meski dalam kondisi tidak ada siapa pun, seorang hamba yang berpuasa tetap menahan segala hasrat dan keinginannya, semata demi menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena itu, amalan kebaikan puasa adalah untuk Allah Taa’la dan hanya Allah Taa’la sendiri yang tahu seberapa besar balasan kebaikannya.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda, “Di dalam Al-Qur’an terdapat 700 hukum. Apabila kita menelaah Al-Qur’an di Bulan Ramadan, menelaahnya sampai sedalam-dalamnya dengan cermat dan membaca terjemahnya, maka kita juga akan mengetahui akan hukum-hukum itu. Dan apabila kita telah mengetahui, maka kita harus berupaya untuk mengamalkan perintah-perintah itu. Dan upaya yang dilakukan dengan niat yang baik itu akan meningkatkan kebaikan -kebaikan. Jadi inilah pertanda pecinta sejati, yakni mengucapkan labbaik pada perintah-perintah Allah, mengamalkannya dan berupaya mengamalkan.” [4]
Referensi:
[1] HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151
[2] HR. Tirmidzi no. 2910
[3] HR. Tirmidzi no. 658
[4] Khutbah Jumat Khalifatul Masih V, 22 Oktober 2004 Khutbah Jumat Khalifatul Masih V, 28 Agustus 2009
Visits: 49