Membangun bangsa unsur menjaga persaudaraan

Membangun Bangsa: Beberapa Unsur Menjaga Persaudaraan

 

Dalam tulisan yang lalu (Esensi Persaudaraan Dalam Islam), telah disampaikan bahwa persaudaraan merupakan satu fitrah dasar manusia yang memiliki peran penting dalam maju dan mundurnya suatu bangsa.

Rasa persaudaraan yang kuat akan menjadi penopang kemajuan suatu bangsa. Sebaliknya, kemajuan apapun yang diraih, tidak akan bertahan lama jika di antara anak bangsanya tidak ada rasa persaudaraan.

Kesadaran akan hal tersebut harus terus dibangunkan, dan yang paling mudah lagi konkrit untuk dijalankan adalah dengan terus memunculkan narasi-narasi keislaman (terkait hal dimaksud) mengingat mayoritas penduduk negeri ini adalah Muslim.

Nah, dalam Islam persaudaraan dipandang sebagai sesuatu yang demikian mulia lagi berharga.

Pemuliaan dan penghargaan itu dapat dilihat dari bagaimana Al-quran –sebagai sumber utama hukum dalam Islam- telah memberikan suatu aturan yang jelas lagi komprehensif mengenai hal tersebut.

Al-Quran Surah Al-Hujurat (49;11-14) menjadi tempat dimana permasalahan ini dibahas, yang secara ringkas dapat kita simpulkan demikian:

Pertama, persaudaraan merupakan kekuatan hakiki Islam, dan setiap Muslim punya tanggungjawab untuk menjaganya.

Kedua, dibahas pokoh-pokok permasalahan untuk menciptakan keserasian, keakraban, dan kerjasama yang baik diantara orang Muslim secara perorangan atau golongan.

Ketiga, disebutkan beberapa keburukan sosial yang menyebabkan ketidak-serasian, pertentangan dan perselisihan yang secara pasti menggerogoti unsur-unsur penting tadi, lalu diperintahkan juga kepada orang-orang Muslim supaya berjaga-jaga terhadap hal-hal itu. Beberapa diantara keburukan-keburukan sosial itu antara lain; Mengejek dan mencemooh orang lain, memata-matai dan memanggil dengan kata makian, curiga dan mengumpat.

Keempat, di akhir bahasannya semua rangkaian aturan tadi ditutup dengan satu seruan indah tentang ‘awareness of equality’ (kesadaran tentang kesetaraan), yaitu;

Hai, sekalian manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan kami telah membuat kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu dapat kenal mengenal.”

Mengamati bahasan tersebut maka secara jelas, Islam telah menutup segala celah munculnya rasa keangkuhan rasial yang semu, baik itu karena kelas, warna kulit, kesukuan, terlebih politik. Karena sejatinya ‘takdir’ perbedaan yang ada adalah cara Tuhan untuk membuat kita saling mengenal satu sama lain.

Untuk itu, tingkatkan terus rasa persaudaraan, jalin terus keakraban dan kerjasama, karena Indonesia terlalu besar jika untuk dikuasai oleh segelintir anak bangsa.

Visits: 100

Muballigh at JAI | Website

Seorang Penulis, Muballigh dan pemerhati sosial. Tinggal di Pulau Tidung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *