MEMBANGUN BENTENG KETAKWAAN DI MASA PANDEMI

Sudah hampir dua tahun dunia dihadapkan dalam masa-masa sulit yang tak kunjung berakhir. Suatu penyakit merebak tanpa pandang bulu, menyisakan kekhawatiran. Di awal kemunculannya, semua ketar ketir, kaget dengan situasi yang ada. Pola hidup dan kebiasaan sehari-hari yang sudah sangat nyaman dijalani, terpaksa harus berubah drastis. Hanya ada dua pilihan, mengikuti protokol kesehatan atau terserang virus mematikan. Pandemi Covid-19 kini sukses mengubah semua tatanan kehidupan.

Bukan kali pertama dunia dibuat heboh oleh wabah mematikan. Sejak berabad-abad lalu beragam jenis virus menyebar dalam kurun waktu tertentu. Bahkan Virus Cacar dan Influenza pun pernah ditakuti pada masanya. Semua pihak kewalahan mencari solusi untuk memperbaiki keadaan.

Setiap wabah memiliki ciri khas dan jalan keluarnya masing-masing. Penanganannya akan berbeda sesuai perkembangan zaman. Namun ada satu hal yang tetap sama, yaitu fakta bahwa musibah datang akibat ulah manusia itu sendiri. Kemerosotan iman dan kejatuhan akhlak memancing amarah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 148, “Mengapakah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” Ayat tersebut tidak menutup fakta tentang hukum sebab-akibat, dimana sesuatu tidak serta merta terjadi tanpa ada penyebabnya. Manusia kian angkuh dan luput dari rasa syukur pada Sang Pencipta, padahal semua bisa terjadi semata-mata karena izin Allah SWT. 

Manusia memiliki batas kemampuan dalam segala hal, berbeda dengan Allah SWT yang ilmu dan kemampuannya tak terbatas. Upaya setinggi-tingginya yang dapat dilakukan para petinggi dunia sampai saat ini adalah menghimbau masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. Namun, akankah ini berhasil tanpa bantuan Allah Ta’ala? 

Bukankah jika wabah ini berakhir, akan ada lagi masanya kemunculan musibah baru yang menghebohkan? Polanya akan tetap sama. Selama manusia belum memperbaiki akhlak dan keimanannya, keburukan demi keburukan dapat mengakibatkan bencana yang tak bisa terbayangkan. Maka dari itu, hanya ada satu cara agar rantai musibah ini berakhir, yaitu dengan Ketakwaan.

Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda, “Musibah-musibah tidak mempunyai batas. Lihat saja penyakit-penyakit, ada ribuan jenis penyakit yang cukup untuk menciptakan musibah-musibah. Namun orang yang berada di dalam benteng ketakwaan, dia akan terhindar dari musibah-musibah itu, sedangkan orang yang berada di luarnya, dia tengah berada di dalam hutan belantara yang dipenuhi oleh binatang-binatang buas.”

Adalah benar janji Allah Ta’ala, bahwa Ketakwaan mampu menangkal musibah-musibah yang ada. Ibarat kita berada dalam benteng yang tinggi, dimana musuh tak mampu menembusnya, begitu pulalah ketakwaan, mampu menahan semua serangan dari luar. Seperti manusia yang berjalan di antara semak berduri, dimana ia menjaga pakaiannya agar tidak terkoyak oleh duri. Ketakwaan adalah kunci terhindarnya manusia dari segala marabahaya.

Selama hampir dua tahun kita melalui hari dalam kecemasan dan overthinking, tentu saja kualitas hidup semakin menurun. Semangat beribadah dan berkorban di jalan Allah mulai berkurang. Lalu bagaimana kita bisa bertahan jika kualitas dan semangat itu malah menurun? Maka dari itu, di masa-masa yang rawan ini, perlu ada pergerakan dan komitmen dalam hati untuk tetap berjalan di atas jalur ketakwaan. 

Bukan hanya pasrah dengan keadaan dan membiarkan diri semakin tenggelam dalam keterpurukan. Mari bangun benteng pertahanan yang kuat agar semangat beribadah dan berkorban di jalan Allah tetap membara. Pola hidup dan kebiasaan yang berubah bukan menjadi alasan untuk diam, tapi jadikan ini motivasi untuk mencari jalan keluar dalam pengkhidmatan.

Entah sampai kapan pandemi ini berakhir. Mental dan fisik kita terkuras selama ini. Namun yakinlah, bahwa tanpa ketakwaan, mungkin saja kita telah hancur dalam kubangan kesedihan dan kegelisahan. Berbahagialah orang-orang yang senantiasa bersandar pada Allah SWT, karena dengannya ia bisa terselamatkan.

Visits: 147

Mumtazah Akhtar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *