Membangun Persatuan dengan Saling Mengenal

Bagi para pecinta pelajaran sejarah dunia, pasti akan mengingat dengan baik istilah “Magna Charta”, atau dikenal juga dengan sebutan  Piagam Besar yang diratifikasi di Inggris pada 15 Juni 1215. Piagam Magna Charta lahir sebagai reaksi kegelisahan atas kelaliman Raja John.

Pada masa itu terjadi  perseteruan antara Raja John, Paus Innocent III dan para bangsawan Inggris kelas Baron. Maka lahirlah Magna Charta yang menjadi perjanjian damai serta  meniadakan kekuasaan absolut seorang raja. Meski pada perjalanannya, Magna Charta mengalami pasang surut, kematian, dan diperbaharui lagi oleh Raja-Raja Inggris selanjutnya.

Piagam Magna Charta tercetus pada awal abad ke-13 dan pada pertengahan abad ke-20, tepatnya 10 November 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan sebuah kesepakatan baru bertempat di Paris, Perancis, yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang berisi 30 hak-hak Asasi Manusia.

Dua kejadian sejarah ini, bagi umat Islam sesungguhnya membawa nilai pembelajaran yang semestinya semakin meningkatkan kadar keimanan. Mengapa demikian? 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.” (QS Al-Hujurat, 49:13)

Dari ayat ini, tersurat dengan jelas bahwa Islam-lah yang meletakkan pondasi tentang kesamaan hak manusia dari berbagai bangsa dan suku, dan Islam-lah yang memerintahkan kepada seluruh manusia untuk saling mengenal satu sama lain. Dan ayat ini juga menegaskan bahwa Islam adalah agama yang universal, agama yang dapat diterima oleh semua lapisan dan oleh berbagai suku bangsa di dunia.

Pada peristiwa Haji Wada (Haji Perpisahan) di Mekkah, tidak lama sebelum Rasulullah S.W.T. wafat, beliau menyampaikan Khutbah di hadapan sejumlah besar orang-orang muslim, yang juga dikenal dengan Khutbah Wada :

“Wahai sekalian manusia, Tuhanmu itu Esa dan bapak-bapakmu satu jua. Seorang orang Arab tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang non Arab. Seorang kulit putih sekali-kali tidak mempunyai kelebihan atas orang-orang kulit merah, begitu pula sebaliknya, seorang kulit merah tidak mempunyai kelebihan apapun di atas orang berkulit putih melainkan kelebihannya ialah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia diantara kamu sekalian pada pandangan Tuhan ialah yang paling bertakwa diantaramu” (Baihaqi)

Mengapa manusia diperintahkan untuk saling mengenal?

Rasulullah S.A.W. bersabda:

“Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan. “(HR. Muslim)

Inilah hakikat dari saling mengenal, agar tumbuh kerukunan dan menjauhkan perselisihan. Perselisihan seringnya timbul dari kesalahpahaman, kesalahpahaman muncul dari ketidakmengertian atas sesuatu atau seseorang. Maka memberikan porsi yang cukup untuk terbuka dalam mengenal satu sama lain merupakan satu keharusan, agar jebakan perselisihan dapat dihindari dan yang timbul adalah kerukunan serta rasa saling menghargai antar suku, bangsa, agama, dan keyakinan yang ada. 

Sebuah pasukan akan meraih hasil gemilang dalam menjalankan misi-misinya, jika dalam pasukan tersebut sudah terbangun pemahaman yang benar mengenai apa misi yang harus dicapai, siapa yang memimpin, siapa yang melaksanakan dan bagaimana harus dilaksanakan. Pasukan tersebut akan bergerak sesuai irama yang sudah ditata. Tidak akan ada saling tuduh dan lempar tanggungjawab. 

Bangsa Indonesia, sudah sepatutnya bersyukur, karena mengenai kesamaan hak manusia, mengenai saling mengenal antarsuku, mengenai kehidupan yang rukun dan jauh dari perselisihan sudah sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semboyan “Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh”, cukup merefleksikan kandungan hadits di atas.  Maka sesungguhnya, bangsa ini dibangun oleh para pendirinya dengan nilai-nilai Islam yang luhur, disimbolkan dalam semboyan-semboyan untuk jadi pedoman.

 

Visits: 170

Ai Yuliansah

2 thoughts on “Membangun Persatuan dengan Saling Mengenal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *