
Membebaskan Diri dari Keburukan Merupakan Cara Terbebas dari Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi yang saat ini sangat dekat dengan kehidupan kita. Kini sangat mudah kita dapat menemukan orang-orang yang harus hidup dalam keadaan memprihatinkan. Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang orang inginkan.
Karena, dalam keadaan tersebut, jika kita melihat lebih dalam maka kemiskinan memiliki akar yang menjurus kepada hal-hal yang buruk. Misalkan karena kekurangan uang sedangkan kebutuhan keluarga sangatlah mendesak maka akan mengesampingkan akal sehat demi tercukupinya kebutuhan.
Hal ini dibuktikan dengan maraknya tindak kriminal seperti penghilangan nyawa hanya karena keinginan untuk mengambil hak milik orang lain. Sungguh sangat disayangkan ketika seharusnya akal sehat adalah suatu kelebihan yang dimiliki oleh manusia kini justru dilewati begitu saja karena keterpaksaan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adapun fenomena anak-anak menjadi korban karena keadaan ekonomi orang tuanya sehingga banyak dari mereka mengalami krisis gizi buruk. Tentunya fenomena ini akhirnya bermuara kepada terganggunya pertumbuhan anak, baik itu pertumbuhan tubuh ataupun perkembangan daya pikir.
Atau sering kita temukan karena terbatasnya ekonomi orang tua, banyak anak yang akhirnya tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak dan memilih untuk bekerja demi membantu kedua orang tuanya. Tentunya, selain dari segi psikis anak yang belum siap, tubuhnya pun belum bisa menanggung tanggung jawab yang begitu berat.
Ini menjadi arti bahwa kemiskinan merupakan suatu yang mengerikan bagi setiap orang. Imbas dari kemiskinan bisa menjalar kemana-mana dan kepada siapapun. Tidak aneh jika akhirnya Mahatma Gandi mengatakan bahwa, “Kemiskinan adalah bentuk kejahatan yang buruk.” Karena memang keburukan yang dibawa oleh kemiskinan sangatlah merusak orang-orang yang berada dalam kondisi tersebut.
Oleh sebab itu, Islam sangatlah membenci kemiskinan karena memang dekat dengan keburukan sebagaimana yang disabdakan oleh Hadhrat Rasulullah saw. bahwa, “Kemiskinan mendekati kekufuran.” [1]
Itulah sebabnya Islam sebagai agama yang penuh rahmat ini datang dengan anjuran mengenai sadaqah dan zakat. Tujuannya agar rezeki atau uang itu berputar juga kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini menjadi arti bahwa Islam tidak hanya membenci melainkan memberi solusi kepada manusia bahwa kemiskinan itu bisa dientaskan dengan kerjasama dan simpati antar umat manusia.
Namun, nyatanya banyak kita jumpai penggalangan dana, pengumpulan bantuan, atau bentuk sedekah lain tidak mampu menarik orang-orang dari kemiskinan. Hal itu disebabkan bahwa perspektif orang-orang mengenai rezeki sangatlah sempit, dan poros mengenai kehidupan yang layak adalah tentang meraup uang sebanyak-banyaknya.
Sehingga, banyak orang yang terfokus pada bagaimana bisa meraih uang yang banyak, bukan pada apa saja bentuk rezeki itu. Sedangkan jika kita lihat dalam ayat Al-Qur’an telah disebutkan, bahwa setiap jiwa itu telah Allah SWT. titipkan rezekinya. Itu hanya tinggal kembali kepada kita bagaimana cara untuk meraihnya.
Bahkan di dalam Al-Qur’an pun telah tercantum bahwa, “Adalah Allah SWT. yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” [2]
Kalau saja kita bisa merenungi, bahkan rezeki bisa datang dari hal yang tidak perlu kita usahakan, contohnya air hujan. Kita hanya perlu berpikir lebih kreatif dan berikhtiar lebih keras untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih baik. Perlu kita ingat bahwa janji Allah SWT. adalah nyata. Allah SWT. telah menjanjikan untuk merubah keadaan suatu kaum apabila kaum itu mau berusaha merubah keadaannya.
Referensi:
[1] HR. As-Sayuti
[2] QS. Ibrahim 14: 32
Visits: 55