
Memetik Hikmah dari Kisah Viral Penjual Es Teh
Beberapa waktu terakhir ini, jagat maya diramaikan oleh sebuah video yang memperlihatkan seorang lelaki paruh baya tengah membawa nampan berisi beberapa gelas es teh di atas kepalanya. Lelaki paruh baya itu bermaksud untuk menjajakan es tehnya di tengah keramaian jamaah yang sedang mendengarkan sebuah ceramah dari seorang pemuka agama yang cukup terkenal. Harapannya, es teh yang dia jajakan akan habis terjual.
Namun, waktu pemuka agama menyampaikan ceramahnya, dia melontarkan ‘guyonan’ yang terdengar kasar seakan-akan merendahkan dan melukai hati penjual es teh tersebut. Sontak semua orang tertawa mendengar ‘guyonan’ itu. Di tengah riuh rendahnya suara tawa sang pemuka agama, orang-orang yang duduk di sekitar beserta jamaahnya, lelaki penjual es teh itu hanya bisa terdiam sambil menarik nafas panjang dan menghela nafas perlahan.
Tergambar kesedihan dari raut wajahnya, hatinya telah terluka namun berusaha untuk tetap ikut tertawa. Sebenarnya, kehadirannya hanya untuk mencari nafkah agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Apa yang salah dengan dirinya sehingga menjadi bahan guyonan?
Seketika kejadian tersebut telah mengusik sebagian besar dari berbagai kalangan. Sungguh tidak sepantasnya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. merendahkan dan melukai hati sesama manusia dengan ucapan yang kasar atau sinis hanya karena Allah SWT. telah melebihkan hartanya, kedudukannya, atau ilmunya.
Sebagaimana Allah SWT. telah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jangan suatu kaum mencemoohkan kaum yang lain, boleh jadi mereka itu lebih baik daripada mereka, dan jangan suatu golongan wanita mencemoohkan wanita yang lain, boleh jadi mereka itu lebih baik daripada mereka. Dan jangan kamu mencela satu sama lain, dan jangan memanggil satu sama lain dengan nama-nama buruk. Di panggil dengan nama buruk setelah beriman adalah hal yang sangat buruk, dan barang siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang yang aniaya.” [*]
Dari kisah viral tersebut, dapat kita petik hikmahnya baik dari sisi sang pemuka agama maupun dari sisi sang penjual es teh yaitu, jangan merasa besar, hebat, dan angkuh hanya karena Allah SWT. telah melebihkan kita baik dari segi harta, kedudukan, atau pun ilmu. Namun, jadilah orang besar yang memiliki kerendahan hati.
Sabda Hadhrat Masih Mau’ud as., “Sebagian orang menemui orang-orang besar dengan penuh hormat. Akan tetapi orang besar adalah dia yang mendengarkan (memperhatikan) perkataan orang miskin dengan kerendahan hati, membahagiakan hatinya, menghormati perkataannya, tidak mengeluarkan kata-kata sinis yang dapat melukai hatinya.”
Akibat dari terlenanya seseorang dalam kenikmatan yang Allah SWT. titipkan, dalam hal ini sang pemuka agama, kini dia telah kehilangan kehormatan dan kedudukannya hanya karena dia telah lupa bagaimana cara menghormati orang lain.
Sebaliknya jangan merasa sedih dan berkecil hati karena segala kekurangan yang dimiliki. Sungguh Allah akan mengangkat derajat seseorang dengan cara yang tidak terduga, sebagaimana yang telah dialami oleh lelaki penjual es teh.
Lelaki penjual es teh telah mendapatkan banyak bantuan hingga bisa berangkat umrah ke baitullah Makkah. Namun tetap saja, merendahkan dan menyakiti orang lain dengan cara apa pun bukanlah suatu akhlak yang terpuji.
Dan benarlah firman Allah SWT. bahwa setiap keburukan dan kebaikan yang kita dapatkan di dunia ini adalah ujian atau cobaan. Jadi, jangan merasa besar ketika mendapat kebaikan dan jangan merasa kecil ketika mendapat keburukan karena sejatinya orang yang paling mulia di sisi Allah SWT. adalah orang yang bertakwa.
Referensi:
[*] Al-Hujurat 49: 11
Editor: Erah Sahiba
Views: 110