
Menanam Sebagai Bentuk Alternatif Shadaqah
Di suatu desa hiduplah seorang anak bernama Hakim, ia tinggal bersama kakeknya yang seorang petani. Tibalah suatu masa musim kemarau panjang melanda desa, tanaman mulai layu dan para petani mulai kehilangan harapan. Namun tidak dengan Hakim dan sang kakek, mereka bekerja sama membuat sumur dan irigasi sederhana.
Mereka bekerja siang dan malam membuat sumur hingga akhirnya kebun mereka nampak subur kembali. Hal itu tentu saja membuat para petani lain terkesan dan menanyakan rahasianya. Kenapa kebun mereka nampak berbeda dari kebun-kebun lainnya?
“Rahasianya hanya kesabaran dan cinta terhadap alam,” jawab sang kakek.
Saat sedang menanam tanaman, kakek mengusap lembut pundak Hakim, “Nak, tanaman yang kita tanam ini juga bukan hanya untuk kita saja, tapi untuk mahkluk lain. Jadi, menanam juga sebagai bentuk sedekah kepada alam.”
“Benar, Kek, kita sedekah dan berbagi kepada banyak hewan ya, Kek. Seperti burung, lebah, bahkan cacing yang juga ikut menyuburkan tanaman kita,” tukas Hakim.
Kakek tersenyum, “Benar, alam membantu kita untuk hidup. Begitu pun kita yang harus senantiasa menanam tanaman sebagai bentuk sedekah kepada alam. Sedekah tidak harus selalu berbentuk materi tapi juga kebaikan.”
Islam mengajarkan untuk menghargai kehidupan dan alam semesta. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan bercocok tanam. Sebagaimana Baginda Yang Mulia Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Tidaklah seorang Muslim yang bercocok tanam atau menanam satu tanaman lalu tanaman itu dimakan oleh burung atau manusia atau hewan melainkan itu menjadi shadaqah baginya.” [*]
Menanam mengajarkan bahwa tidak hanya sebagai sumber penghasilan, tetapi juga sebagai bentuk ibadah dan sedekah kepada alam, serta sarana untuk mempelajari kesabaran, kerja sama dan kebaikan. Semoga kisah ini menginspirasi dan kita senantiasa menjaga keseimbangan ekosistem alam dan selalu menebarkan kebaikan kepada orang lain.
Referensi:
[*] HR. Bukhari
Visits: 44