
Mencari Kebahagiaan Akhirat dengan Perantara Dunia
Fase kehidupan manusia di dunia ini terlampau singkat jika dibandingkan dengan kehidupan yang akan kita jalani kelak di akhirat nanti. Bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu hidup yang singkat di dunia ini sebagai bekal hidup di akhirat nanti?
Dunia ibaratnya hanya sebagai anak tangga kehidupan yang kita lalui dan akhirat adalah ujung tangga yang akan kita capai. Banyak orang yang bisa tergelincir ke dalam lembah dosa akibat bujuk rayu kenikmatan hidup di dunia yang bersifat fana, tetapi tak sedikit juga yang bisa memanfaatkan dunia untuk tujuan akhirat.
Hazrat Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai dua surga bagi orang bertakwa yang bunyinya, “Ingatlah, orang-orang yang melangkahkan kaki ke arah Allah Ta’ala dengan jujur dan ikhlas, mereka tidak akan pernah disia-siakan. Kepada mereka akan diberikan anugerah dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman supaya jangan sampai ada yang beranggapan bahwa ia bisa kehilangan alam yang akan datang. Justru bagi orang-orang bertakwa tersedia dua surga, sebagaimana Dia berfirman, “Dan bagi siapa yang takut akan makam Tuhan-nya, tersedia 2 surga.” (QS. Ar Rahman: 47) Surga yang pertama adalah dunia ini juga, dan surga lainnya dalam memperoleh berkat dan Keridhoan Ilahi di Akhirat.
Pentingnya kehidupan di dunia telah membuat seorang mufti besar sunni Islam mengibaratkan, “Jika ada seorang yang ingin menjual dunia ini kepadaku dengan nilai harga sekeping roti, niscaya aku tidak akan membelinya.” (Imam Syafi’i)
Hz. Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Kehidupan surga bermula dari kehidupan dunia pula. Barang-barang dunia diciptakan Allah Ta’ala hanyalah sebagai upah/imbalan. Yakni supaya jangan sampai manusia mati karena kelelahan, menderita serta lapar dan haus. Hal Itu disediakan untuk membantu kemampuan/kekuatan yang merosot. Jadi barang-barang itu dibenarkan hanya pada batas-batas yang membantu manusia untuk memenuhi ibadahnya dan memenuhi haququllah (hak Allah) serta haququl ‘ibaad (hak sesama manusia).
Jika tidak, apabila manusia melampaui batas tersebut, maka hal Itu akan membuat manusia bagaikan binatang-binatang yang hanya merupakan budak perut, dan membuatnya musyrik sebagai penyembah perut (nafsu makan). Dan hal Itu bertentangan dengan Islam.” (Malfuzhat, Add Nasir Isyaat, London, 1974, Jilid 5, h. 248/MI08.01.98)
Dari sabda Masih Mau’ud a.s. di atas jelaslah bahwa dunia bisa dimanfaatkan untuk menjadi jalan mencapai kebahagiaan akhirat dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan. Tatkala hubungan dengan dunia dibalut dalam hubungan dengan Allah Ta’ala dan kecintaan terhadap dunia itu dituangkan dalam kecintaan kepada Allah Ta’ala, maka akan muncul suatu cahaya Keridhoan Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mencari kebahagian di akhirat kelak dengan memanfaatkan dunia yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada kita. Serta berbuat baiklah kepada semua orang sebagaimana Allah Ta’ala telah berbuat baik kepada kita semua. Dengan kata lain, jadikanlah nikmat duniawi yang Allah Ta’ala berikan kepada kita sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan di akhirat nanti.
Visits: 248