MENDAHULUKAN AGAMA, ALLAH ZAHIRKAN PERTOLONGANNYA UNTUKKU

Di zaman dimana orang-orang demikian masygul dalam berlomba-lomba mengumpulkan harta benda, jika ada satu golongan yang malah berpikir sebaliknya, dimana ghairat mereka adalah untuk berlomba-lomba dalam mengorbankan harta benda mereka di jalan agama, kelompok itu tak lain adalah Jemaat Ahmadiyah.

Aku adalah seorang remaja Ahmadi yang tumbuh dengan didikan dari orang tua untuk mendahulukan urusan agama dari urusan-urusan dunia. 

Bunda selalu mengajarkanku, Dinda harus belajar menyisihkan uang jajan yah untuk bayar pengorbanan harta. Aku pun selalu menyisihkan uang jajan tersebut diberikan kepada agama.

Orang tuaku suka mengutip satu ayat dalam Al-Quran, yakni Surah Al-Baqarah ayat 273 yang artinya, Dan harta apapun yang kamu infakkan niscaya akan dikembalikan kepadamu dengan penuh dan kamu tidak akan dianiaya.

Ayat inilah yang menjadi peganganku juga keyakinanku bahwa perniagaan di jalan Allah Ta’ala berupa pengorbanan harta di jalan-Nya, pasti Dia akan menggantinya. Bahkan, berkali-kali lipat.

Aku ingin sedikit bercerita pengalamanku terkait dengan mendahulukan urusan agama dari dunia. Dan bagaimana Allah Ta’ala memberikan sebuah pertolongan khas-Nya kepadaku.

Satu waktu di sekolah SMPku diumumkan bahwa ujian semester ganjil akan dilaksanakan bulan Desember. Di sisi lain, aku juga mendapat kabar bahwa pada bulan yang sama akan dilaksanakan kegiatan Pekan Olahraga Daerah (PORDA) sekaligus Muawanah Gabungan di daerah kami.

Kontan saja aku berdoa kepada Allah, semoga saja waktu pelaksanaannya tidak berbarengan, karena aku ingin mengikuti keduanya.

Dengan karunia Allah Ta’ala, PORDA dimajukan ke akhir November. Dan ujian semester ganjil dilaksanakan di awal Desember. Betapa leganya hatiku. Tapi ujianku sebagai seorang Ahmadi baru dimulai setelah ini.

Tanggal 29 November adalah batas pelunasan uang ujian semester. Di sisi lain, kami juga membutuhkan sejumlah uang untuk berangkat ke lokasi PORDA. Aku dan kedua orangtuaku berdiskusi soal ini. Apakah dana yang ada dipakai untuk melunasi ujian semester atau untuk ongkos kegiatan Jemaat?

Akhirnya, bunda memutuskan bahwa dana yang ada diprioritaskan untuk mengikuti kegiatan Jemaat. Untuk ujian semester semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan.

Bunda menasehatiku, “Jika kita dahulukan agama, InsyaAllah dunia nanti akan mengikuti.”

Kami akhirnya berangkat menuju tempat PORDA. Kami pulang pada minggu malamnya. Dan pagi harinya, aku sudah harus masuk sekolah.

Dan benar saja. Pada hari itu diumumkan siapa-siapa yang belum melunasi uang ujian semester ganjil. Aku masuk dalam daftar.

Kami diharuskan melunasinya pada hari Selasa. Sebab, Rabunya sudah dibagikan nomor ujian. Dan Kamisnya kami sudah ujian semester.

Sebagai seorang remaja, aku dirundung sedih. Batinku bergejolak. Sebab aku tahu, memang kami belum memiliki uang untuk melunasinya. Mulut ini pun tak pernah kering dari memohon kepada-Nya, semoga Dia memberikan pertolongan kepada kami.

Sepulang sekolah, aku ceritakan perihal ini kepada kedua orangtuaku. Kami pun terlibat perbincangan untuk mencari jalan keluarnya. 

Dan belum selesai kami mencari jalan keluarnya tiba-taba ada yang datang mengetuk pintu sembari mengucapkan salam. Spontan kami bertiga menjawab salam tersebut.

Disinilah aku menyaksikan bagaimana pertolongan Allah Ta’ala datang di saat kami benar-benar membutuhkan. Rupanya, tamu yang datang itu mengantarkan sejumlah uang untuk diberikan kepada ayahku.

Akhirnya, besok aku pun bisa melunasi uang ujian semester ganjilku.

Dan benar apa yang bunda katakan bahwa jika kita mendahulukan agama, maka dunia pun akan mengikuti. 

Mungkin, jika kami menggunakan dana yang tersisa itu untuk bayar ujian, kami tak mungkin bisa ikut kegiatan Jemaat. Bahkan ruginya lagi, kami pun tak mungkin bisa melihat penzahiran pertolongan Allah Ta’ala atas hal-hal yang mustahil ini.

.

.

.

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 59

Dinda Indri Annisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *