
Menemukan Makna Kehidupan dari Memaafkan
Setiap orang pasti memimpikan punya hidup yang tentram dan bahagia. Namun, faktanya tidak seindah angan-angan. Ada banyak hal terjadi dan mungkin itu semua bukan keinginan. Terutama ketika kita harus berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam pergaulan dengan manusia lainnya ini, kita akan dihadapkan persinggungan yang terkadang menimbulkan sakit hati.
Hal ini tentu tidak mudah diterima. Apalagi ketika kita sudah sangat tersakiti atas perbuatan seseorang. Namun Islam mengajarkan kita untuk memiliki sifat sabar. Kita diharapkan mampu memaafkan mereka yang telah menyakiti hati kita. Bahkan dengan yang pernah meremehkan diri kita pun harus kita maafkan agar kita memperoleh ketenangan dan kebahagiaan di dalam hidup ini.
Namun memberi maaf pada mereka yang telah melukai kita seringkali terasa sulit dan itu tidak mudah. Terutama di kala rasa sakit telah benar -benar menyelimuti hati. Merelakan dan mengikhlaskan perasaan yang tak nyaman pun kadang penuh dilema. Namun, selalu ada ruang di hati kita untuk bisa menghadirkan maaf.
Memaafkan dan dimaafkan, keduanya akan selalu menjadi bagian dari kehidupan. Bahkan dalam memaafkan, ada kekuatan luar biasa yang bisa kita dapatkan. Seperti yang pernah di sabdakan oleh Hazrat saydina Ali bin Abi Thalib. Beliau mengatakan, “Memaafkan adalah kemenangan terbaik.”
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala juga berfirman berkaitan dengan hal memaafkan yang terdapat dalam Surat Al Baqoroh: 237 (ayat tentang perceraian). Artinya:
“Dan jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan maharnya, maka (bayarlah) seperdua dari yang telah kamu tentukan kecuali jika mereka (membebaskan) atau dibebaskan oleh orang yang akad nikah ada di tangannya. Pembebasan itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu lupa kebaikan di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan bahwa memaafkan itu lebih utama dan sifat pemaaf mendekatkan manusia kepada taqwa. Jika sudah tidak cocok lagi dan membahayakan kehidupan keduanya maka perceraian bisa menjadi jalan terakhir dari kebuntuan.
Seperti kisah yang terjadi terhadap seorang hamba Allah, sebut saja namanya Robiah. Robiah tadinya adalah seorang istri yang selalu dizolimi oleh suaminya. Hidup penuh dengan penderitaan dan siksaan selama ini dia rasakan. Siapa yang mengira jika kehidupan yang asalnya biasa saja tiba-tiba harus berubah menjadi penuh luka.
Namun perlahan tapi pasti dia mampu memaafkan semua yang pernah terjadi. Dia berusaha melalui rintangan ujian demi ujian, dihina, dicaci bahkan dihancurkan perasaannya oleh sang suami kala itu. Kemudian setelah memilih jalan perceraian, dja pun mulai bangkit dan memaafkan perbuatan mantan suaminya dan dia bisa menikmati kehidupan yang lebih baik. Robiah merasakan mendapat sebuah kemenangan, kebahagiaan terbaik yang pernah dia peroleh.
Bicara mengenai kehidupan, Islam mempunyai pandangan tersendiri tentang hal tersebut. Tidak hanya itu saja, agama ini juga mengajarkan kepada para umatnya untuk selalu berpikir positif meskipun banyak kesulitan yang menghadang. Pasalnya, sesuai firman Allah SWT bahwa semua manusia akan selalu diuji dalam kehidupannya. Entah dalam bentuk kebahagiaan maupun kesedihan. Agar bisa mengerti tentang makna dari sebuah kehidupan.
Visits: 190
Masyaallah,Mubarak bu Sri💞