
MERAIH KECINTAAN ALLAH SWT. DENGAN BERLAKU ADIL
Allah SWT. Mengutus Hadhrat Rasulullah saw. Sebagai Rahmatalil Aalamiin yang membawa Rahmat bagi sekalian alam dengan Al-Qur’an sebagai syariat dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Salah satu petunjuk tersebut yaitu ajaran tentang menegakkan keadilan.
Penting bagi kita sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain untuk menjalankan pedoman Al-Qur’an tentang adil ini.
Sebagaimana alam Firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan kepada orang lain, dan memberi seperti kepada kerabat sendiri; dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan pemberontakan. Dia memberimu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran.” [1]
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan hak seseorang sesuai dengan porsinya yang tidak memihak, tidak berat sebelah dan selalu berpihak pada kebenaran. Adil berarti meletakkan sesuatu sesuai dengan fungsinya atau kedudukannya yang semestinya serta memastikan setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya secara setara.
Hadhrat Rasulullah aaw. Bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil mereka berada di sisi Allah di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya di sisi kanan Ar-Rahman azza Wa jalla dan kedua tangannya adalah kanan yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam menghukum dan berlaku adil terhadap keluarga mereka dan terhadap bawahan mereka ketika mereka berkuasa.” [2]
Hadits ini menggambarkan keutamaan orang-orang yang berlaku adil dalam segala aspek kehidupan, mereka akan mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Religiusitas bukan hanya tentang menjalankan ritual keagamaan tetapi juga tentang menjunjung tinggi nilai-nilai universal seperti keadilan, kasih sayang dan kejujuran.
Seseorang yang dapat berlaku adil dalam perbuatannya bahkan sejak dalam pikirannya, mereka adalah pribadi yang cerdas dan terpelajar sebgaimana seorang sastrawan mengatakan:
“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” [3]
Seseorang yang terpelajar seringkali diasosiasikan dengan orang yang memiliki pendidikan tinggi atau wawasan yang luas. Akan tetapi, seorang terpelajar bukan hanya mereka yang menguasai sebuah teori dan meraih gelar akademis, lebih dari itu ukuran terpelajar sejati adalah kemampuannya menjaga keadilan bahkan sejak dalam ranah paling tersembunyi yaitu pikiran, sebab dari pikiranlah lahir sikap dan dari sikap lahir perbuatan. Seorang terpelajar adalah dia yang menjadikan pengetahuan sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan dapat bermanfaat bagi lingkungannya.
Jika seseorang sejak dalam pikirannya sudah mengutamakan keadilan maka diharapkan tindakan dan perbuatannya akan benar-benar jujur dan bermanfaat bagi sesama. Dunia pendidikan hendaknya tidak hanya menekankan aspek kecerdasan intelektual saja, tetapi diimbangi dengan kecerdasan moral. Seorang terpelajar jangan berhenti pada kepandaian tetapi harus mampu menegakkan keadilan, keberpihakan terhadap kebenaran harus tertanam kuat dalam pikiran sebelum ia mengekspresikannya lewat tindakan, itulah sebabnya Pramoedya menekankan pentingnya adil dalam pikiran karena pikiran yang adil akan membentuk karakter yang jernih dan tindakan yang tulus.
Banyak orang terdidik justru tergelincir pada praktek tidak adil karena pikirannya dipenuhi ambisi pribadi, prasangka atau kepentingan kelompok. Padahal pendidikan sejatinya dimaksudkan untuk membentuk manusia yang bijaksana, manusia yang bisa menimbang segala hal dengan hati nurani yang bersih. Keadilan bukanlah sesuatu yang dimulai ketika kita bertindak melainkan sesuatu yang harus sudah hadir dalam benak, cara pandang dan cara kita menilai dunia, sebab pikiran yang adil akan melahirkan perbuatan yang adil dan itulah ukuran tertinggi seorang manusia berpendidikan.
Satu hal yang harus menjadi tujuan dalam mewujudkan keadilan ini adalah satu, yakni mengharapkan keridhaan Allah SWT. Agar kita meraih kecintaan-Nya. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” [4]
Semoga kita mendapatkan Karunia menjadi golongan hamba-hamba yang dicintai-Nya. Aamiin
Referensi:
[1] QS. An-Nahl 16: 91
[2] HR. Muslim, Ahmad dan Nasa’i
[3] Pramoedya Ananta Toer
[4] QS. Al-Mumtahanah 60: 9
Views: 17