Merawat Ketakwaan, Kunci Ibadah yang Berkelanjutan

Salat berjamaah menjadi pemandangan yang mendominasi di bulan Ramadan. Mereka yang sebelumnya jarang ke masjid, berbondong-bondong berusaha menempati saf terdepan. Al-Qur’an yang lama tak dibuka kembali disentuh dan dibaca, dengan tekad untuk mengkhatamkannya dalam sebulan.

Ramadan adalah bulan pembinaan diri, baik secara jasmani maupun rohani, agar menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah Swt. Namun, tantangan terbesar yang harus kita hadapi adalah mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah serta kebiasaan baik yang telah kita latih selama sebulan penuh. Apakah setelah Ramadan berlalu, kita tetap bisa merasakan keberkahannya? Ataukah kita justru kembali ke rutinitas ibadah yang biasa-biasa saja? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab melalui introspeksi dan evaluasi diri.

Allah SWT. berfirman: 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang dia persiapkan untuk esok hari, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha-waspada atas apa yang kamu kerjakan.” [1]

Bukankah Tuhan yang kita sembah saat Ramadan adalah Tuhan yang sama di bulan-bulan lainnya? Setelah melewati bulan penuh berkah, kita perlu bertanya pada diri sendiri: bagaimana menjaga semangat ibadah yang telah kita bangun selama Ramadan agar tetap lestari di bulan-bulan berikutnya?

Hadhrat Rasulullah saw. Bersabda:

“Barangsiapa yang berusaha menjaga diri (dari meminta-minta), maka Allah akan menjaganya. Barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar. Tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dibandingkan kesabaran.” [2]

Hadis ini mengajarkan bahwa menjaga semangat ibadah setelah Ramadan memiliki nilai yang istimewa di hadapan Allah Swt. Ini menjadi tolok ukur keberhasilan kita dalam menjalani bulan Ramadan. Lantas, bagaimana cara mempertahankan semangat Ramadan di bulan-bulan berikutnya?

Allah SWT. berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan.” [3]

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama puasa adalah melatih diri untuk bertakwa. Satu bulan penuh kita telah dididik dengan kedisiplinan, perbaikan diri, serta pengendalian hawa nafsu. Oleh karena itu, seseorang harus terus berupaya meningkatkan ketakwaannya, karena ketakwaanlah yang akan menjaga keberlanjutan amal saleh dan mendekatkan kita kepada Allah SWT.

Ketakwaan bukan hanya tentang menjauhi larangan, tetapi juga tentang membangun kebiasaan baik yang terus berlanjut. Dengan ketakwaan, Allah SWT. akan menjaga kita dari godaan setan serta memberi kita kekuatan untuk tetap istiqamah dalam melakukan kebaikan. Ketakwaan bukan hanya tentang menjauhi larangan, tetapi juga tentang membangun kebiasaan baik yang terus berlanjut. Dengan ketakwaan, Allah SWT. akan menjaga kita dari godaan setan serta memberi kita kekuatan untuk tetap istiqamah dalam melakukan kebaikan.

Hadhrat Masih Mau’ud as. Bersabda: 

“Seseorang harus memiliki gairah untuk meraih kedekatan dengan Allah, yang akan membuatnya berharga di mata Tuhan.” [4]

Jika seseorang menjadi berharga di hadapan Allah Swt., maka ia akan mendapatkan petunjuk yang benar dalam kehidupannya.

Selain ketakwaan, bersyukur juga menjadi kunci dalam menjaga semangat ibadah setelah Ramadan. Rasa syukur yang tulus akan menjadikan seseorang lebih sadar akan nikmat Allah, sehingga ia terdorong untuk terus meningkatkan kualitas ibadahnya. Selain ketakwaan, bersyukur juga menjadi kunci untuk menjaga semangat ibadah setelah Ramadan. Orang yang bersyukur akan selalu mengingat segala nikmat yang Allah berikan. Sikap ini menjadi jembatan untuk menjauhkan diri dari keburukan, karena orang yang bersyukur akan selalu menjadikan Allah sebagai tujuan utamanya.

Menzahirkan rasa syukur bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan kepatuhan yang sempurna kepada Allah Swt. Hal ini berarti menaati perintah-Nya dengan penuh perhatian dan menjauhi segala larangan-Nya dengan ketaatan yang sempurna.

Dengan ketakwaan dan rasa syukur, kita akan senantiasa mendapat perlindungan serta petunjuk Allah SWT. dalam menghadapi kehidupan. Semoga kita termasuk orang-orang yang istiqamah dalam menjaga kebiasaan baik setelah Ramadan, sehingga kita dapat terus meningkatkan kualitas ibadah dan memperoleh anugerah kesabaran serta ketenangan dalam menghadapi berbagai situasi.

Referensi :

[1] Al-Qur’an. Surah Al-Hasyr, 59:19

[2] Shahih al-Bukhari, hadis no. 1469

[3] Al-Qur’an. Surah Al-Baqarah, 2:183

[4] Ramadhan, Ketakwaan dan Pembaharuan Diri Ringkasan Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz pada 10 Juni 2016 di Baitul Futuh, London

Visits: 52

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *