
MERENDA KASIH UNTUK KELUARGA OJOL
Namaku Supriatin. Ibu rumah tangga. Aku tinggal di Bekasi. Suamiku adalah pengemudi ojek online, alias ojol. Sudah beberapa minggu ini orderan sepi. Sebab yang ramai adalah soal corona.
Aku selalu belajar bagaimana caranya mensyukuri apapun itu. Dan aku selalu diajarkan tentang sebuah keyakinan yang selalu aku pegang: Tenang, Tuhan tidak akan membiarkan makhluknya kelaparan.
Itu aku. Tidak tahu pengemudi ojol lain.
Rabu pagi setelah sholat subuh dan membaca beberapa ayat suci Alqur’an, kuambil ponselku untuk sebuah kebutuhan mendasar selain sandang, pangan, papan. Ya, kepoin urusan orang.
Seperti biasa dengan rasa kepo aku buka story teman-temanku di whatsapp. Ada dua story temanku yang menarik perhatianku, yaitu emoticon menangis tanpa ada kata-kata di dalamnya.
Dua orang itu, suaminya berprofesi sebagai ojol. Batinku mengatakan, dia pasti butuh pertolongan walau tidak diungkapkan dengan kata-kata.
Selesai masak langsung kumelakah untuk berkunjung ke rumah temanku tersebut. Betul saja kudapati dia dan ke empat anaknya sedang menangis tersedu-sedu.
Di rumah kontrakan petakannya yang begitu mungil, kulihat dia dengan balita di pelukannya nampak begitu sedih. Anaknya masih kecil-kecil ada yang merengek minta jajan kepada ibunya. Dua lainnya ikut menangis melihat ibunya bersedih.
Kuraih ibunya, kupeluk dan kugendong balita yang ada di tangan temanku, lantas dengan rasa yang begitu penasaran kucoba bertanya apa yang terjadi.
Ternyata sejak selasa pagi dia tidak bisa masak karena suami tercinta pulang hanya membawa uang empat ribu rupiah, hanya cukup dibelikan mie jumbo satu bungkus isi dua yang bisa dimakan oleh keempat anaknya.
Dalam hati kuberceloteh, Ya Allah mie satu bungkus dimakan empat anak mana bisa kenyang. Hatikupun ikut merasakan jeritan hati mereka.
Aku berusaha untuk tetap kuat. Padahal, sedari tadi aku menahan gelombang deras air mata duka yang tengah menganak sungai.
Dia melanjutkan kembali ceritanya, malam hari suaminya pulang tanpa membawa uang sepeserpun. Jadi lah mereka berpuasa tanpa ada yang di makan malam itu.
Aku tak bisa membayangkan. Empat anak yang masih kecil-kecil, yang belum mengerti bagaimana caranya menahan lapar, bagaimana cara mereka melewati malam dengan lapar?
Sejak marak covid-19 orderan ojol menjadi sepi. Dalam sehari suaminya hanya dapat satu dua tarikan saja.
Tidak jarang dia harus berhutang di warung atau ke saudaranya untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan mendasarnya.
Tanpa buang waktu aku segera bergegas pulang mengambil beras, mie dan telor yang ada di rumahku dan langsung kuberikan kepadanya. Dengan rasa haru dia menerima uluran tangan dariku.
Aku pulang dengan membawa sebongkah pilu di atas punggung ini.
Disisi lain dalam kondisi seperti ini masih banyak orang dengan bangganya pamer stok makanan di story mereka. Tetapi tadi, sungguh amat nyata kulihat mereka masih banyak yang menjerit kelaparan.
Kejadian itu sontak mengetuk hatiku ingin mencari jalan keluar untuk sedikit meringankan beban hidup keluarga ojol yang sangat membutuhkan uluran tangan siapapun itu. Meskipun aku tahu, aku juga butuh, aku juga dalam posisi seperti mereka. Tapi, masih banyak lagi mereka yang lebih membutuhkan.
Dengan segala keterbatasanku, aku terus berfikir dan berdoa bagaimana aku bisa membantu mereka.
Akhirnya aku mencoba menggalang dana untuk mereka. Berawal dari teman-teman alumni sekolahku dan grup senamku. Aku ceritakan pengalamanku tadi. Aku sampaikan kepada mereka bahwa masih banyak teman-temanku keluarga besar ojol yang bernasib sama. Aku memohon uluran tangan mereka.
Alhamdulillah diantara mereka ada yang bersedia menyisihkan sebagian rezekinya baik yang berupa uang maupun sembako.
Aku tak akan pernah kehilangan keyakinan tentang orang-orang baik yang siap menolong negeri ini. Aku yakin akan selalu ada mereka yang tergerak hatinya, teriris-iris nuraninya, hingga mereka siap menyisihkan kelapangan rezeki mereka untuk sesama.
Meskipun mereka bukanlah Datuk Sri Taher yang menyumbang 52 M, bukan juga Erick Tohir yang menyumbang 500 M, bukan juga Nikita Mirzani yang menyumbang 100 juta untuk atasi pandemi corona ini.
Mereka adalah diri mereka sendiri. Membantu sesuai dengan pijakan kaki mereka berada. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk melakukan sesuatu.
Dan ini bukan soal berapa yang mereka keluarkan? Tapi ini adalah soal bagaimana kita bisa bergerak untuk membantu siapapun yang tengah dirundung kesusahan.
Aku berharap apa yang bisa kuperbuat saat ini bisa sedikit meringankan beban hidup para keluarga ojol dari dampak covid-19 saat ini.
Mari sayangi yang di bumi agar yang di langit menyayangi kita.
Visits: 84
🙏👍👍👌👌
Tulisan yg sgt menginspirasi