nabi muhammad tidak pernah sesat

NABI MUHAMMAD saw TIDAK PERNAH SESAT Menjawab (Ustadz) Evi Effendi

NABI MUHAMMAD saw TIDAK PERNAH SESAT
Menjawab (Ustadz) Evi Effendi

 

Siapa yang tak kenal (Ustadz) Evi Effendi? Dai kekinian yang gaul dan jenaka. Pujaan kaum milenial yang hendak hijrah. Ia mampu menjelaskan bahasan-bahasan agama dengan cara yang lucu, sehingga mudah diterima mereka yang tengah mencari jati diri.

Tak hanya itu, (ustadz) dikenal berlatar belakang pemuda begajulan, lalu mendapat hidayah hingga menjadi ustadz kenamaan di lingkungan kawula muda.

Ia selalu bercerita tentang masa lalunya, saat berdakwah di hadapan jama’ahnya yang masih unyu-unyu itu. Katanya, setiap orang pernah sesat, pernah bodoh. Lalu mendapat hidayah untuk hijrah.

Hingga, belum lama ini, ia memberikan satu ceramah yang kontroversial. Yang membuat banyak orang geram. Karena, statemennya sangat melukai kaum muslimin yang amat mencintai Rasulullah Muhammad saw.

Kali ini ia berujar, setiap orang sesat, awalnya, Nabi Muhammad termasuk.

nabi muhammad tidak pernah sesat menjawab ustadz evie Effendi

Statement singkat (ustadz) Evi ini menuai kritikan dari berbagai kalangan. Tak jarang kritikannya berujung “hujatan” yang mulai mempertanyakan ke-ustadz-an Evi Effendi. Sebab, mustahil wujud “ma’sum” tak ternoda, paling sempurna di antara para Nabi, baik sebelum maupun sesudah kenabiannya, bisa dikatakan “pernah” sesat awalnya.

Ini jelas menunjukkan dangkalnya pemahaman (ustadz) Evi Effendi terkait dengan ayat yang ia jadikan sebagai sandaran. Hingga akhirnya, pemahaman tersebut malah menurunkan derajat Yang Mulia Rasulullah saw.

Lalu, bagaimana sebenarnya tafsir terkait dengan ayat yang dijadijan sandaran: “Wawajadaka DHALLAN fahada” artinya “Dan Dia mendapati engkau DHALLAN (diartikan sesat oleh (ustadz) Evi), lalu Dia memberi petunjuk”.

Saya rasa, tidak hanya (ustadz) Evi saja yang mengartikan seperti itu, pasti masih banyak lagi orang yang terjebak mengartikan kata “dhallan” sebagai “sesat”. Padahal, satu kata dalam bahasa Arab memiliki banyak arti, sesuai dengan konteksnya.

Kalau kita lihat dalam kamus “Arabic-English Lexicon” karya E.W. Lane, kata DHALLA(n) bisa berarti:

  1. Ia bingung dan tidak mengetahui arah tujuan
  2. Ia sama sekali tenggelam atau hilang dalam kecintaan
  3. Ia berkelana mencari sesuatu dan gigih dalam pencariannya.

Dalam konteks Rasulullah saw tidak mungkin begitu saja kita artikan sebagai “sesat”. Sebab, kesempurnaan sifat-sifat beliau sudah terpancar bahkan ketika beliau kecil.

Sehingga, ayat di atas bisa ditafsirkan dengan beberapa pemahaman sebagai berikut:

  1. Rasulullah saw berkelana mencari jalan dan sarana untuk mencapai Tuhan, dan Tuhan mewahyukan kepada beliau syari’at yang membimbing beliau ke arah yang didambakan.
  2. Beliau bingung dan tidak mengetahui betapa cara menemukan jalan yang menjurus ke arah tercapainya apa yang dicari beliau dan Tuhan membimbing beliau ke arah itu.
  3. Seluruh wujud beliau telah hilang dalam kecintaan kepada kaum beliau dan Tuhan membekali beliau dengan petunjuk sempurna bagi mereka.

Jadi, jangan samakan “kebingungan” beliau dengan kebingungan makhluk penuh dosa seperti kita ini.

Beliau galau karena belum bisa tenggelam sepenuhnya dalam kecintaan kepada Allah. Sedang kita galau karena, misalnya, cicilan motor belum lunas, utang di Mpok Ani masih numpuk, pengen nikah modal belom ada, bahkan aja juga pengen nikah calonnya belmm ada.

Bagaikan langit dengan bumi. Sehingga tak pantaslah seorang ustadz mengambil permisalan untuk “penyimpangan” kita dengan “dhallan”-nya Rasulullah saw.

 

Visits: 147

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

1 thought on “NABI MUHAMMAD saw TIDAK PERNAH SESAT Menjawab (Ustadz) Evi Effendi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *