
Nabi Muhammad saw. sebagai Penerang Rohani Manusia
Rasullullah saw. lahir di Mekah pada Agustus 570 M. Ketika beliau lahir, masyarakat Arabia menganut paham polytheisme atau bertuhan banyak. Kaum Mekah membuat patung beberapa orang suci dan saleh yang mereka sembah sebagai sarana meraih ridha Ilahi. Terdapat 360 patung. Mereka tenggelam ke dalam kemusyrikan.
Mereka pemabuk berat, karena mabuk dianggap suatu perbuatan terpuji bukan suatu dosa. Mereka beranggapan orang yang sopan adalah yang sering mengundang perjamuan minum arak. Perjudian juga menjadi kegemaran mereka, kejahatan dan tindakan asusila merajalela, membunuh anak perempuan adalah perbuatan terhormat. Beragam cara dilakukan untuk membunuh bayi perempuan, mengubur hidup hidup atau mencekiknya.
Ketika kebencian meluap-luap, mereka tidak segan untuk membelah badan dan mengambil suatu bagian untuk di makan sebagai cara yang buas memakan daging manusia. Berbagai keaniayaan tak luput mereka lakukan. Mencungkil mata, memotong hidung dan telinga, adalah cara lain dari untuk menzahirkan keganasan mereka.
Membunuh tidak jauh beda seperti memotong sayuran belaka. Tiap-tiap tuan berbuat sesuka hati pada budaknya. Belas kasih dan tenggang rasa terhadap satu sama lain tidak ada. Mereka terlibat dalam semua kejadian buruk yang dilakukan bangsa di dunia seluruhnya.
Di dalam kaum demikianlah Rasullullah saw. dilahirkan. Ketika usia beliau mencapai tiga puluh tahun, kecintaan pada Tuhan dan ibadah kepada Dia lebih menguasai beliau. Muak akan kejahatan, kedurhakaan dan perbuatan dosa kaum Mekah beliau memilih bertafakur di Gua Hira. Di sinilah beliau menerima kasyaf yang memerintahkan beliau membaca. [1]
Ayat ini memerintahkan Rasulullah bangkit dan siap sedia mengumumkan nama Tuhan Yang Maha Esa. Ayat ini mengabarkan zaman ketika dunia akan diajari segala macam ilmu yang belum diajarkan sebelumnya.
“Allah sungguh telah menurunkan seorang pemberi peringatan, seorang rasul yang membacakanmu tanda tanda Allah yang nyata, supaya ia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari segala macam kegelapan kepada cahaya.” [2]
Ayat di atas menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. datang untuk memberikan peringatan kepada umat manusia agar mengenal Ketauhidan Allah Swt. Karena kita tidak mungkin mengetahui tauhid hakiki tanpa mengikuti Nabi Muhammad saw. Seseorang tidak mungkin sampai pada Allah tanpa mengikuti teladan Yang Mulia Rasulullah saw.
Nabi Muhammad saw. mengajarkan manusia pada jaman jahiliyah menjadi manusia yang beradab, penuh kasih sayang dan segala sifat baik sebagai bentuk manifestasi dari sifat Allah Swt. Mereka yang tadinya bertabiat seperti binatang menjadi manusia yang bertuhan. Beliau adalah yang memberikan cahaya pada kegelapan dan menghidupkan kematian rohani manusia sejak berabad-abab lamanya. Rasulullah saw. menerangi seluruh dunia dengan cahaya keruhanian dan menjadi teladan yang sempurna bagi segala isi dunia. Betapa tinggi derajat beliau tiada bandinganya bahkan tidak ada manusia yang akan mampu menduga secara tepat keluhuran kerohanian beliau.
Jadi sekiranya kita ingin di sebut sebagai muslim mutaqi sebagai wujud syukur kepada Allah Swt. yang telah mengaruniakan rezeki mulia untuk menjadi pengikut Rasul yang menjadi matahari bagi kalbu manusia sebagaimana layaknya sang surya bagi tubuh kita. Hendaknya kita membangun hubungan dengan Tuhan dan perlu meningkatkan standar kerohanian seperti apa yang telah di contohkan Rasullullah saw. Kita perlu meningkatkan tingkat ibadah, keimanan akan tauhid yang sempurna dan standar akhlak tertinggi. [3]
Semoga kita dapat senantiasa mencintai dan mengikuti beliau sehingga kita senantiasa di golongan yang menjadi umat, sahabat nabi Muhammad saw. serta berhak dan layak menerima safa’at beliau di hari akhir.
Referensi:
[1] QS. Al-‘Alaq 96: 2-6
[2] QS At-Talaq 65: 11-12
[3] Khutbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih V aba, 1 Desember 2017
Visits: 63
Sungguh keluhuran akhlak wujud suci Rasulullah SAW tak pernah habis untuk dikisahkan.
Allahumma Shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa ali Muhammad wa ‘alaa ashaabihi ajma’iin.