Pentingnya Menjaga Pendengaran Kita

Adanya indera pendengaran merupakan suatu nikmat luar biasa yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia. Karena pendengaran, hidup menjadi penuh warna sebab kita bisa menikmati berbagai jenis suara di alam semesta ini. 

Sebagai bentuk rasa syukur, kita harus senantiasa merawat telinga sebagai indera pendengaran kita sedemikian rupa, agar tidak membawa manusia kepada lembah kenistaan. Kita harus bisa memilih dan memilah suara mana yang tidak boleh masuk ke dalam telinga kita, 

Dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 78, Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memberikan kepada kita indera pendengaran dengan tujuan supaya kita bersyukur, yaitu dengan menggunakannya sebagai sarana ibadah yang semakin mendekatkan kita kepadaNya bukan sebaliknya. 

Banyak yang tidak menyadari bahwa dosa semisal ‘ghibah’ itu tidak hanya dikenakan kepada orang yang membicarakan keburukan orang lain. Namun dosa juga dikenakan kepada orang yang mendengarnya karena orang yang mendengarkan telah bersama-sama dalam sebuah keburukan. Bayangkan bila ada orang yang berghibah namun tidak ada yang mendengarkan, maka ghibah itu akan berhenti dengan sendirinya. 

Perbuatan ghibah mencakup dua hal yaitu lisan dan pendengaran. Lisan tergelincir karena membuka aib orang lain sedangkan telinga tergelincir dengan mendengarkan aib orang lain.

Semakin kita banyak mendengarkan ilmu-ilmu kemaksiatan, hal-hal melalaikan atau laghaw, hal yang sia-sia, akan mematikan hati. Tapi jika pendengaran kita gunakan untuk mendengarkan kebaikan melalui ilmu-ilmu makrifat, maka pensucian diri dengan berbuah akhlaq baik akan kita dapatkan. Amin Allohumma Amin.

Hal ini sesuai dengan Hadist dari Imam Syafei yang berbunyi, “Menghindarkan telinga dari hal-hal yang tidak baik, merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.”

Abu Laits menceritakan kisah istri Rasulullah yang mendapat teguran. Dari Ibnu Abi Najih berkata, “Ada seorang perempuan pendek datang ke rumah Nabi Muhammad SAW dan ketika telah keluar, Sayyidah Aisyah RA berkata, “Alangkah pendeknya orang itu.”

Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Engkau ghibah.” Sayyidah Aisyah berkata, “Saya tidak menyebut kecuali yang sebenarnya ada padanya.” Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda: “Engkau telah menyebut yang paling jelek padanya.”

Akhlaq baik yang bersumber dari hati yang baik, akan memunculkan prilaku yang baik pula, karena perbuatan hati yang baik tidak ada yang bisa memaksanya, karena menyempurnakan akhlaq yang baik atau mulia bersumber dari hati yang bersih dan sehat, sehingga hasilnya akan baik pula.

Maka dari itu perbanyaklah doa yang disampaikan Syakal bin Humaid ra, ia pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasulullah ajarkan kepadaku suatu doa.” Maka beliau mengatakan, “Bacalah doa, “Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari kejelekan pada pendengaranku, dari kejelekan penglihatanku, dari kejelekan pada lisanku, dari kejelekan hatiku serta kejelekkan dari kemaluanku.”” (HR Abu Daud)

Semoga kita senantiasa bertafakur kepada Allah Ta’ala dalam ikhtiar mengevaluasi diri agar segala amal perbuatan kita lebih baik lagi serta ada dalam RidhoNya. Amin Allohumma Amin.

Visits: 1613

Euis Mujiarsih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *