Pentingnya Perlakuan dengan Kecintaan dan Kelembutan

Hari itu Pak Khairi dan anaknya, Arya, pergi ke masjid yang menyelenggarakan donor darah. Jadwal berkala untuk menyumbangkan tetesan darah bagi yang membutuhkan juga sebagai ajang healing dari rutinitas kerja dan sekolah.

Seperti biasa selesai donor, pihak PMI selalu memberikan bingkisan sebagai tanda terima kasih. Arya mendapatkan bingkisan pula meski dia tak donor, karena usia yang belum cukup untuk melakukan donor. Arya baru duduk di kelas 3 SMP. Dia mendapatkan dari seorang ibu yang turut donor darah.

Ketika pulang, Pak Khairi mampir dulu ke sebuah mini market untuk membeli sesuatu. Di depan pintu mini market terdapat 2 orang anak kecil yang menanti belas kasih dari pengunjung. Karena merasa kasihan dan bingkisan juga ada dua, Arya memberikan satu bingkisan kepada mereka tanpa sepengetahuan bapaknya.

“Arya, mana bingkisan tadi? Bapak mau minum minumannya,” tanya Pak Khairi karena dirasa kering tenggorokannya.

“Ini,” jawab Arya seraya memberikan botol yang berisi minuman.

“Kamu nggak minum? Kan, ada satu lagi,” tanya Pak Khairi sambil merogoh kantong plastik tempat bingkisan.

“Tadi Arya berikan sama anak-anak yang berada di depan mini market, Abi,” jawab Arya menerangkan.

“Kenap kamu berikan padanya?” selidik Pak Khairi.

“Ya, kasihan. Katanya lapar, daripada dikasih uang terus uangnya malah dipakai beli yang nggak perlu, kan, mending kasih bingkisan itu,” terang Arya menjelaskan pada abinya.

Ada rasa haru dalam hati Pak Khairi, merasa bahwa pendidikannya selama ini ada hasilnya. Terbukti dari perilaku Arya yang terjadi tadi.

Contoh kecil di atas memberikan gambaran bahwa sifat empati dan simpati harus ditanamkan sejak kecil. Bila besar nanti dan kelak mungkin menjadi orang besar, akan tertanam satu karakter dari akhlak yang baik.

Tentu saja pendidikan ini selaras dengan sabda Khalifatul Masih V, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba., “Penting bagi orang besar (berkedudukan) untuk mengkhidmati yang kecil (orang biasa) dan memperlakukannya dengan kecintaan dan kelembutan.”

Pernyataan di atas menjadi satu bahan renungan bagi kita untuk memperlakukan siapa pun dengan penuh kasih sayang. Apalagi, bila kita sebagai orang yang diberi amanat menjadi orang besar, tentunya harus bisa memperlakukan orang kecil dengan sebaik-baik perlakuan.

Memperlakukan siapa pun dengan penuh kecintaan dan kelembutan akan menjadi terapi kepapaannya dalam menghadapi hidup. Perlakuan yang baik akan membuat dunianya menjadi luas, walau harta atau waktunya sempit sekali pun.

Perlakuan yang baik telah dicontohkan pula oleh pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulan Ahmad as., “Bagiku, jika aku sedang salat dan aku mendengar suara seseorang yang sakit, aku akan menghentikan salat dan melakukan apapun yang dapat aku lakukan untuk menunjukkan perhatian sebanyak yang aku miliki. Bukanlah sifat yang baik seseorang membiarkan saudaranya yang kesusahan. Jika tidak ada yang dapat kalian lakukan untuknya, paling tidak kalian dapat mendoakannya. Berkaitan dengan masyarakat kita, bahkan yang lain dan orang-orang Hindu harus diperlakukan dengan baik dan penuh perhatian. Seseorang jangan memperlihatkan ketidakpedulian dalam hal apapun.” [1]

Sabda di atas menyiratkan seolah-olah ketika sedang beribadah kepada Tuhan pun, bila ada makhluk-Nya yang membutuhkan pertolongan, maka pemberian bantuan harus diutamakan karena hal itu menyangkut keberlangsungan hidup makhluk-Nya. Ketika bantuan telah diberikan maka ibadah pribadi yang menyangkut hablum minallah dapat dilanjutkan kembali.

Ada sebuah hadits qudsi yang menyiratkan hal ini. Pada hari kiamat Allah menegur seseorang, “Wahai anak Adam, saat Aku sakit kenapa kau tidak menjenguk-Ku?” Orang itu menjawab, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku mendoakan-Mu bukankah Engkau Tuhan sekalian alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si fulan itu sakit. Namun kau tidak menjenguk-Ku. Tahukah kau, seandainya kau menjenguknya maka kau akan mendapati-Ku di sisinya.” [2]

Hadits di atas memberikan gambaran yang jelas bagaimana kita harus memperlakukan orang-orang lemah dengan penuh perhatian, memberikan kecintaan dengan penuh kelembutan, karena Allah selalu bersama dengan mereka. Bila kita melakukan hal tersebut, Allah memberikan jaminan bahwa Allah berada di sisinya.

Semoga kita bisa mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi karakter yang mendarah daging bahkan bisa menularkannya pada yang lain terutama pada keturunan kita.

Referensi:
[1] Malfuzaat, Vol. I, hal 442
[2] HR. Bukhari dan Muslim

Visits: 70

Erah Sahiba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *