
Pesan Universal Rasulullah saw. tentang Toleransi
Baru-baru ini beberapa naravlog membuat resah masyarakat karena konten mereka yang menyinggung masalah agama. Seorang naravlog membuat konten yang memuat fitnah dan ujaran kebencian pada Yang Mulia Rasulullah saw. hingga akhirnya ia ditangkap pihak berwajib. Di lain pihak ada pula yang menghina Yesus melalui akun media sosialnya.
Banyak sekali oknum yang berani menyuarakan masalah agama tanpa memiliki ilmu yang cukup. Mereka hanya menyampaikan isi pikiran dengan kesimpulan yang dibuat sendiri tanpa ada dalil yang jelas. Adanya kaum minoritas yang menyebut diri mereka Muslim namun bertindak radikal dan sangat tercela telah membuat Islam mendapatkan citra yang buruk. Hal ini juga membuat banyak non-Muslim yang takut terhadap Islam.
Padahal Islam adalah Rahmatan lil ‘Alamin. Kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam. Islam mengajarkan untuk berbuat baik pada Muslim ataupun non-Muslim. Islam memerintahkan agar setiap insan saling menghormati dan berbuat adil tanpa memandang latar belakang siapa pun.
Ada satu peristiwa yang memperlihatkan teladan Rasulullah saw. dalam berinteraksi dengan non-Muslim. Suatu ketika, delegasi Kristen dari kota Najran datang bertemu kepada Rasulullah saw. di Madinah. Selang beberapa waktu, orang-orang Kristen mulai gelisah dan Nabi (saw.) bertanya apakah ada sesuatu yang salah. Orang-orang Kristen memberi tahu bahwa waktu sudah tiba bagi mereka untuk ibadah kebaktian mereka. Setelah itu, Nabi saw. mempersilakan orang-orang Kristen untuk beribadah di masjid beliau sendiri di Madinah, sesuai dengan tata cara dan kebiasaan mereka.
Demikian pula dalam Al-Qur’an, Allah telah menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah ‘rahmat bagi semua manusia’. Tanpa diragukan lagi, di setiap hidup Nabi Muhammad saw. mewujudkan cinta dan rasa hormat yang luar biasa kepada semua orang. Hati beliau saw. yang murni nan mulia itu dipenuhi dengan kasih sayang dan setiap saat beliau berupaya melakukan perbaikan bagi umat manusia untuk meringankan penderitaan orang lain.
Beliau mengajarkan para pengikutnya untuk menghormati dan menghargai semua orang. Sebagai contoh, pada satu kesempatan Nabi Muhammad saw. yang sedang duduk segera berdiri sebagai tanda penghormatan ketika beliau saw. melihat ada prosesi pemakaman. Setelah itu, salah seorang sahabat mengatakan bahwa jenazah itu adalah orang Yahudi, bukan seorang Muslim. Mendengar ini, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Apakah dia bukan manusia?” [1]
Sikap yang ditunjukkan Rasulullah saw. sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 109: “Dan janganlah kamu memaki apa yang mereka seru selain Allah, karena nanti mereka pun akan memaki Allah disebabkan rasa permusuhan tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami telah menampakkan indah kepada tiap-tiap umat amalan mereka. Kemudian kepada Tuhan-nya-lah mereka kembali, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa-apa yang senantiasa mereka kerjakan.”
Berbuat baik kepada semua orang, termasuk non-Muslim merupakan wujud dari nilai-nilai universal dalam Islam yang selalu menyebarkan kasih sayang dan toleransi. Dengan menjalankan kehidupan yang penuh cinta kasih seperti itu, kita telah membantu mewujudkan kesejahteraan dan keharmonisan dalam masyarakat.
Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. dalam pidatonya di gedung parlemen di London menyampaikan bahwa Islam sangat menekankan pentingnya toleransi agama yang tidak mungkin dapat dijumpai standar tinggi yang seperti itu di tempat lain. Orang lain cenderung percaya bahwa sebelum agama-agama lain terbukti palsu, mereka tidak dapat membuktikan kebenaran agama mereka.
Pendekatan Islam sangat berbeda karena Islam mengajarkan bahwa walaupun Islam adalah agama yang benar yang telah diturunkan untuk semua umat manusia, tetapi sebenarnya adalah semua utusan Allah telah diutus kepada semua kaum dan bangsa di dunia. Hal ini jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, Allah telah berfirman bahwa semua nabi diutus oleh-Nya dengan ajaran cinta dan kasih sayang, dan oleh karenanya semua umat Islam sejati harus menerima mereka.
Tidak ada agama lain yang secara sukarela dan terbuka memuji setiap agama dan setiap bangsa seperti yang Islam lakukan. Karena umat Islam percaya bahwa nabi telah dikirim kepada semua kaum dan semua bangsa, mereka tidak pernah menganggap para nabi itu palsu. Dengan demikian, umat Islam tidak bisa untuk tidak menghormati, mengejek, atau menghina salah satu nabi Allah, mereka juga tidak dapat melukai perasaan para pengikut agama apapun. [2]
Hal ini selaras dengan nasihat yang disampaikan Hadhrat Masih Mau’ud as., “Islam merupakan suatu agama yang begitu sucinya, ia tidak memberikan izin untuk memburuk-burukkan pendiri agama mana pun.”
Referensi:
[1] https://ahmadiyah.id/toleransi-beragama-dan-kebebasan-dalam-islam.html?amp
[2] https://ahmadiyah.id/islam-agama-damai-dan-kasih-sayang
Views: 48