
POHON SUCI PENUH KEBERKAHAN ITU MILIK SANG IMAM MAHDI AS.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Segala puji hanya milik Allah Ta’ala Tuhan semesta alam yang dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Bagaikan telah menumbuhkan sebatang pohon suci bernama Jemaat Ahmadiyah di tanah Indonesia ini, dan kini pohon itu telah berusia seratus tahun.
Seratus tahun bukan waktu yang singkat. Di dalamnya ada jejak air mata, pengorbanan, kesabaran, dan cinta kepada Tuhan. Generasi demi generasi berdiri, berjalan, bahkan jatuh namun bangkit lagi demi satu cita-cita suci. Menegakkan kebenaran, menyebarkan Islam dengan cinta, dan menjadi umat yang diridhai Allah.
Saudaraku tercinta,
Seratus tahun ini adalah nikmat besar. Namun, nikmat itu bukan untuk disanjung dengan kata-kata semata. Nikmat itu adalah amanah. Dan amanah itu hanya dapat kita balas dengan perbaikan diri yang sejati dan ikatan persaudaraan yang tulus.
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [1] (QS Ar-Ra’d: 11)
Hari ini, izinkan saya bertanya bukan kepada rekan-rekan, tapi kepada diri saya sendiri,
“Apakah hati ini sudah lembut ketika melihat saudara kita terjatuh?”
“ Apakah lidah ini sudah berhenti mencela dan mulai mendoakan?”
“ Apakah mata ini masih menangis dalam doa malam, atau telah kering oleh dunia?”
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda dalam Malfuzat:
“Jika kalian tidak saling mencintai seperti saudara kandung, maka kalian bukanlah bagian dari Jemaatku.” [2] (Malfuzat, Jilid 4)
Kalimat ini tajam dan menusuk
Jika di dalam hati kita masih ada dengki, iri, dan benci maka mungkin kita sudah hadir di Jemaat ini, tapi belum hidup di dalamnya.
Di dalam buku Barahin Ahmadiyya, beliau as. juga menulis:
“Tujuan utama dari agama adalah untuk menciptakan hubungan sejati antara manusia dan Tuhannya.”
Apakah kita sudah benar-benar berhubungan dengan Tuhan kita? Apakah shalat kita sudah membuat kita gemetar dan menangis di hadapan-Nya?
Saudaraku,
Seratus tahun Jemaat ini adalah doa yang dikabulkan. Dalam Tadhkirah, Allah mewahyukan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as,
“Aku akan menanam kecintaanmu dalam hati orang-orang yang saleh.”
Apakah kita sudah termasuk orang-orang yang Allah tanamkan cinta dalam hatinya?
Mari kita renungkan, jangan sampai kita menjadi generasi yang menikmati hasil pengorbanan para pendahulu, tapi lupa meneruskan semangatnya.
Jangan sampai kita menjadi umat yang berteriak “syukur!”, namun tidak berubah dalam amal, tidak bertumbuh dalam iman, dan tidak bersatu dalam cinta.
Hari ini, mari kita hadiahkan 100 tahun Jemaat ini kepada Allah dengan jiwa yang diperbaiki, hati yang bersih, dan lisan yang hanya menyebar kasih.
Mari kita genggam tangan saudara kita lebih erat, dan kita bawa nama Jemaat ini lebih tinggi bukan dengan teriakan, tapi dengan akhlak.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita bagian dari mereka yang diridhai, yang saling mencintai karena-Nya, dan yang menutup 100 tahun ini dengan air mata syukur dan tekad baru untuk menjadi lebih dekat kepada-Nya.
Visits: 51