Rasulullah saw. Adalah Pangeran Perdamaian

Pada dasarnya tidak ada manusia yang ingin terlibat suatu konflik. Sebab, setiap manusia pasti menginginkan terciptanya perdamaian, baik dalam hidup bermasyarakat maupun beragama.

Perdamaian merupakan suatu kondisi yang diinginkan manusia sehingga dapat hidup berdampingan, meskipun masyarakat tersebut memiliki perbedaan. Sementara perdamaian antaragama dapat tercipta apabila kita sebagai orang yang beriman memiliki keyakinan yang lebih terbuka dan memiliki pemahaman walaupun berbeda dalam iman dan agama tetapi masih tetap makhluk Tuhan yang sama.

Ini diwujudkan dalam Pancasila yang merupakan prinsip utama Indonesia sebagai sebuah negara yang memperlakukan semua orang sama tanpa memandang ras, suku, agama, dan lain-lain. Namun terasa menjadi semakin sulit dilakukan akhir-akhir ini karena radikalisme yang merajalela.

Teringat sebuah kisah sejarah yang terjadi di sebuah desa Cibugel, Kabupaten Sumedang yang kebetulan merupakan tanah kelahiranku.

Tercatat oleh tinta sejarah Indonesia adanya kejahatan dan kebiadaban gerombolan Darul Islam (DI) atau Tentara Islam Indonesia (TII) terhadap rakyat Cibugel dari tahun 1949 hingga sekitar tahun 1962. Padahal, masa itu Indonesia sudah merdeka, sayangnya rakyat Cibugel belum dapat merasakannya.

Kebiadaban DI/TII terjadi setelah memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Jawa Barat pada 7 Januari 1948. Ratusan warga dihujani ribuan peluru ke sebuah sungai yang menjadi tempat persembunyian mereka. Korban berjatuhan bahkan di antaranya terdapat banyak perempuan dan anak-anak. Mereka harus bermandikan darah dan sekarat di atas batu-batu sungai.

Menurut penelitian sejarah, hal itu terjadi akibat ketidakpuasan satu oknum terhadap pemerintah Indonesia saat perjanjian Renville dengan Belanda. Dalam pergerakannya untuk menggalang masa dan memusnahkan lawannya, DI/TII meneror sejumlah pihak yang tidak setuju dengan NII.

Korban gerombolan DI/TII telah tercatat dalam sejarah revolusi Indonesia. Diakibatkan adanya perselisihan pandangan ideologi dan politik melahirkan berbagai konflik dan pemberontakan yang memakan banyak korban jiwa. Berbagai penderitaan dialami masyarakat. Sering terjadinya penjarahan serta banyak penduduk meninggal hingga rumah-rumah dibakar. Semuanya hanya gara-gara dianggap berseberangan atau tidak sepaham dengan pemikiran para gerombolan. [1]

Semua warga dibuat ketakutan, tidak ada lagi rasa empati. Tidak ada lagi jiwa kemanusiaan. Mereka dengan seenaknya membantai masyarakat secara kejam tak terkecuali anak-anak dan kaum perempuan.

Dari kisah tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa agama dan perdamaian konsepnya sama. Keduanya mengajarkan kita untuk tidak melakukan konflik dan bertindak tanpa permusuhan ataupun tidak memiliki niat buruk terhadap orang lain. Kita harus memperlakukan orang lain dengan sebaik mungkin tanpa melihat identitas mereka (ras, etnis, agama dan lain-lain) serta saling menerima perbedaan satu sama lain.

Konsep perdamaian merupan hal yang baik dan dipandang sebagai hal yang harus diperjuangkan sebagai orang yang religius. Seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Mulia kita dalam menghadapi segala peperangan. Beliau saw. tetap menjaga adab serta norma-norma kebaikan sehingga menciptakan perdamaian. Sebagaimana yang disampaikan Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a., “Rasulullah saw. adalah Pangeran Perdamaian sesuai nubuatan Yesaya.”

Bahkan, di dalam pemerintahan yang didirikan Rasullullah saw. di dunia penuh dengan kebijaksanaan dan keadilan, demikian kata-kata nubuat itu. Bukti sejarah pun membuktikan, di antaranya dalam masa Umar bin Khattab r.a., khalifah kedua. Sepasukan bala tentara Islam terpaksa mundur untuk sementara waktu dari daerah Kristen karena tekanan laskar Roma yang lebih kuat.

Sebelum mereka melakukan hal itu, mereka mengumpulkan penduduk dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tak dapat lagi melindungi nyawa dan harta mereka, karena itu mereka menyerahkan kembali uang yang diperoleh mereka dari penduduk sebagai pajak. Penduduk Palestina yang beragama kristen begitu terkesan oleh kebijaksanaan dan keadilan yang luhur itu, sehingga mereka keluar bersama-sama dengan pasukan Islam itu sambil menangis dan mendoakan agar laskar Islam kembali dengan segera. [2]

Masya Allah! Semoga kita termasuk ke dalam golongan yang menjungjung tinggi rasa kebijaksanaan dan keadilan sehingga mampu mencapai perdamaian.

Referensi:
[1] [Inisumedang.com](http://inisumedang.com/)
[2] Pengantar Mempelajari Al-Qur’an

Visits: 37

Cucu Komariah

1 thought on “Rasulullah saw. Adalah Pangeran Perdamaian

  1. Tulisan yang menarik dan menambah pemahaman. Kita harus benar-benar menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya ya Bu. Islam yang penuh kedamaian. Seperti yang dicontohkan oleh kunjungan kita tercinta Rasulullah SAW.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *